Soal BBM Ramah Lingkungan, Indonesia Tertinggal Jauh dari Negara Tetangga

Jumat, 25 September 2020 – 04:07 WIB
Ilustrasi pengisisan BBM ke kendaraan. Foto: dok for jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat otomotif Mukiat Sutikno menyoroti penggunaan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.

Menurut Mukiat penggunaan BBM ramah lingkungan di Indonesia jauh ketinggalan dibandingkan negara lain, termasuk di kawasan Asia Tenggara.

BACA JUGA: Komunitas Otomotif Ajak Masyarakat Konsumsi BBM Ramah Lingkungan

“Kebanyakan negara lain sudah Euro 4. Bahkan Singapura sudah Euro 5 ke Euro 6. Di Indonesia sendiri Euro 2 dan 3 masih ada,” kata Mukiat pada Kamis (24/9).

Untuk itu menurut hematnya, Indonesia juga harus segera mengikuti, kalau tidak, tentu semakin ketinggalan.

BACA JUGA: Jaga Kualitas Udara, Pertamina Gaungkan Pemakaian BBM Rendah Emisi

Dan jika disetarakan dengan angka oktan, lanjut Mukiat, penggunaan memang setidaknya harus dengan BBM yang memiliki RON di atas 90.

Karena itu, Indonesia mau tidak mau memang harus segera beralih menggunakan BBM dengan oktan tinggi.

BACA JUGA: Cuma di BritAma FSTVL, Buka Rekening BRI Dapat Voucher Rp150 ribu

Dilihat dari perspektif industri otomotif, desakan peningkatan angka oktan BBM tersebut mendesak, karena hampir semua merk kendaraan bermotor di Indonesia juga dijual di luar negeri.

Dengan demikian, industri otomotif mau tidak mau memang harus melakukan penyesuaian kondisi mesin, sebelum melakukan penjualan ke mancanegara. Dan hal itu, tentu berdampak terhadap biaya produksi.

"Tetapi kalau BBM kita sudah serentak pakai RON tinggi, tentu industri tak perlu melakukan adjusment,” imbuhnya. 

Sedangkan dilihat dari sudut pandang konsumen, BBM oktan rendah memang berpengaruh buruk terhadap performa kendaraan dan kondisi mesin. Selain menurunkan performa, juga bisa berpengaruh terhadap keawetan  mesin.

Apalagi saat ini, spesifikasi mesin kendaraan bermotor keluaran terbaru sebenarnya sudah disesuaikan untuk BBM dengan angka oktan tinggi.

“Dan jika diisi dengan BBM yang tidak sesuai, yaitu yang lebih rendah, tentu berpengaruh terhadap mesin. Karena harusnya dikasih minuman sehat, tetapi diberikan agak kotor, bisa sakit perut tuh mobil. Jadi intinya memang jelek untuk kendaraan,” tandas Mukiat.(chi/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler