jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga setuju dengan prediksi bahwa Koalisi Besar bakal mengusung Prabowo Subainto sebagai calon presiden (Capres).
Lalu untuk calon wakil presiden, Jamiluddin mengatakan, ada dua kandidat internal di Koalisi Besar, yakni Ketum Golkar Airlangga Hartarto dan Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
BACA JUGA: Projo Makin Menguning, Airlangga: Ini Tanda-Tanda Zaman
“Tentu kinerja Airlangga lebih baik. Airlangga selama menjadi menteri, khususnya saat dan pasca pandemi Covid-19, kinerja sudah teruji. Sementara Cak Imin hingga saat ini belum terlihat kinerjanya,” ujar Jamiluddin saat dihubungi, Selasa (11/4).
Kemampuan memimpin Airlangga, lanjut dia, juga terlihat lebih baik daripada Cak Imin. Hal itu terlihat, di saat krisis Airlangga tetap mampu memimpin dengan baik. Hal itu tidak terlihat pada sosok cak Imin.
BACA JUGA: Airlangga Hartarto Bertemu Prabowo Subianto, Bahas 3 Hal Penting
“Dari segi kekuatan partai, Golkar lebih banyak kursinya di DPR daripada PKB. Ini artinya, perolehan suara Golkar pada Pileg 2019 jauh lebih besar ketimbang PKB,” imbuhnya.
Akan tetapi, pekerjaan rumah dari dua tokoh yakni Airlangga dan Cak Imin memiliki elektabilitas yang relatif rendah. Karena itu, kedua sosok ini dianggap tidak membantu signifikan Prabowo dalam perolehan suara.
BACA JUGA: Soal Airlangga Cawapres Koalisi Besar, Hary Tanoe: Beliau Ahli Ekonomi
Sementara, Jamiluddin tak menutup kemungkinan peluang Prabowo akan mengambil cawapres dari luar Koalisi Besar. Hal ini guna membantu perolehan elektoral di Pemilu 2024.
Sementara itu, Ketua DPP Partai Golkar Lamhot Sinaga mengungkapkan, sosok Airlangga Hartarto memiliki kans yang besar untuk dapat diusung menjadi capres atau cawapres di Pemilu 2024. Termasuk diusung oleh koalisi besar yang terdiri dari lima parpol pendukung pemerintah.
Menurutnya, Airlangga adalah figur yang tepat di tengah upaya menghentikan polarisasi masyarakat yang juga menjadi visi dari Koalisi Indonesia Bersatu.
"Jadi Pak Airlangga ini sekarang menjadi tokoh tengah, tokoh yang bisa diterima dengan baik dari sebelah kanan maupun dari sebelah kiri. Pak Airlangga adalah tokoh yang saat ini yang diterima oleh pihak manapun. Itu yang mau kami tawarkan," ujar Lamhot saat dihubungi, Selasa (11/4).
Sosok Airlangga sebagai Menko Perekonomian pun menurut Anggota Komisi VII DPR RI ini, bisa menjadi kandidat kuat diusung sebagai capres atau cawapres dari Koalisi Besar nantinya.
Lamhot memberi beberapa contoh prestasi Airlangga yang membuat posisinya menjadi strategis. Yakni telah berhasil menjaga perekonomian nasional di tengah ketidakpastian belakangan ini. Seperti pandemi hingga goyangnya perekonomian global.
Menurut Lamhot, prestasi tersebut selaras dengan apa yang diwacanakan di dalam Koalisi Besar, yakni melanjutkan pembangunan di pemerintahan Presiden Joko Widodo.
"Dalam posisi melanjutkan pembangunan ini tentu kan kita bisa lihat track record daripada Pak Airlangga sebagai Menko Perekonomian. Sehingga saya kira dalam konteks melanjutkan pembangunan yang sudah dilanjutkan Pak Jokowi, Pak Airlangga sangat layak. Itu lah proposal yang akan diajukan oleh Golkar nantinya," kata Lamhot.
"Nah jadi kalau bicara soal kriteria, melanjutkan pembangunan Jokowi, maka Airlangga adalah sosok ideal," ujar Lamhot.
Meski demikian, Lamhot mengatakan, terlalu dini membahas siapa yang akan diusung sebagai capres dan cawapres dalam Koalisi Besar.
Menurutnya, yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah menyamakan frekuensi sehingga memiliki kesamaan visi dalam menjalankan koalisi nantinya.
"Dalam tahap itu dulu yang harus kita samakan frekuensinya, khususnya dengan Gerindra dan PKB, Koalisi Indonesia Raya. Soal nanti capres sama cawapres itu kan tentu akan dibahas secara musyawarah dengan lima partai, bahkan kalau dengan PDIP nanti jika mereka ikut bergabung dalam koalisi besar ini. Tapi untuk saat ini kita belum pada tahap membicarakan siapa capres siapa cawapres," ucap Lamhot.
Selain menyamakan frekuensi dan visi, di dalam koalisi ini juga belum sampai pada pembahasan partai apa yang nantinya akan menjadi pemimpin koalisi.
Terkait hal itu, Lamhot menegaskan sudah seharusnya Golkar lah yang memimpin koalisi, mengingat perolehan kursi Golkar lebih besar ketimbang keempat partai lainnya, yaitu Gerindra, PAN, PPP, PKB.
"Jadi sudah selayaknya lah Golkar yang akan memimpin koalisi besar ini, gitu," tutup Lamhot.
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif