Soal Defisit Pangan, Pemerintah Tekankan Jaga Distribusi

Kamis, 30 April 2020 – 14:24 WIB
Mentan Syahrul Yasin Limpo. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menegaskan, saat pandemi COVID-19 ini pemerintah berupaya memperbaiki alur distribusi bahan pangan. Kerja bersama antar kementerian saat ini, menurutnya sedang berjalan menyalurkan pangan dari daerah surplus, ke daerah yang minim produksinya.

"Yang terpenting adalah distribusi kita berjalan dengan lancar. Identifikasi wilayahnya kita punya pemetaannya. Ini perintah Bapak Presiden supaya kita semua kementerian bekerja sama menutup defisit. Artinya, tidak ada lockdown, tidak ada isolasi, tidak melakukan penguncian dan tidak membuat rintangan terhadap distribusi pangan," kata Syahrul di Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jakarta (30/4).

BACA JUGA: Kementan Dukung Pelibatan Lahan BUMN Untuk Pertanian

Perbaikan distribusi dilakukan antara Kementerian Pertanian (Kementan), Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Kementerian Perdagangan, sebagai upaya memastikan 11 kebutuhan bahan pokok nasional dalam kondisi aman dan terkendali, diantaranya beras, daging sapi dan ayam, minyak goreng, telur, bawang putih, bawang merah, aneka cabai dan gula.

"Semuanya tidak ada yang kurang karena pemerintah sudah menghitung neraca stok pangan yang ada. Adanya PSBB dan lockdown beberapa negara memang berpengaruh, namun kami menjamin stoknya aman," tegasnya.

BACA JUGA: Kementan Keluarkan Sertifikat agar Sabut Kelapa Jabar Banjiri Tiongkok

Selain itu, kata Mentan, masyarakat juga diharapkan bersikap tenang dengan tidak melakukan panic buying yang bisa menimbulkan gejolak pangan. Begitu juga dengan para pedagang agar tidak memanfaatkan situasi ini menjadi kisruh dan keruh.

"Insya Allah kalau masyarakat tidak panik dan tidak ada pedagang yang memainkan situasi ini, maka kebutuhan kita benar-benar aman," katanya.

BACA JUGA: Kementan Laksanakan Kegiatan RJIT di Wilayah Bali seluas 5.245 ha

Meski demikian, Syahrul membenarkan apa yang disampaikan Presiden terkait adanya sejumlah provinsi yang mengalami defisit stok. Kata Syahrul, catatan Kementan sampai dengan bulan April ini ada beberapa Provinsi yang mengalami defisit produksi. Satu diantaranya, yakni Kalimantan Tengah mengalami minus diatas 10 persen.

Kemudian ada dua provinsi yang defisitnya sampai 25 persen. Masing-masing adalah Provinsi Bali dan Kalimantan Barat. Sedangkan sisanya, yakni Sumatera Utara dan Riau mengalami defisit dibawah 25 persen.

"Namun setelah kami intervensi, artinya komoditas komoditas dari daerah yang surplus itu kami alihkan, lalu masuk ke daerah yang defisit, maka hasilnya ada sekitar 28 provinsi yang saat ini dalam kendali. Walaupun 2 diantaranya, yaitu Kalimantan Utara dan Maluku perlu mendapat perhatian lebih," tutupnya.(ikl/jpnn)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler