jpnn.com, MOROWALI UTARA - Wakil Bupati Morowali Utara (Morut), Sulteng, Moh Asrar Abd Samad, tiba-tiba mengamuk
Dengan nada emosi, teriak dan melakukan aksi tending meja, dia berupaua menghentikan prosesi pelantikan pejabat di Ruang Pola Kantor Bupati, Jumat (9/2) sore.
BACA JUGA: Kronologis Wabup Morut Mengamuk, Banting Foto Bupati, Braak!
Wabup Morut Moh Asrar Abd Samad, kepada awak media di rujabnya membeberkan inti persoalan.
Menurutnya, kemarahan di prosesi pelantikan itu adalah akumulasi persoalan yang dipendamnya sejak dua tahun terakhir.
Wabup menuturkan, ada tiga hal yang membuat emosinya memuncak. Pertama soal pelantikan tanpa pelibatan dirinya.
Kedua soal biaya rumah tangganya sebagai pejabat daerah tidak dipenuhi. Ketiga karena mobil dinas istrinya diambil tanpa sepengetahuan Asrar. Selebihnya masih banyak pemicu lainnya.
"Saya baru terima undangan jam sembilan pagi tadi. Tidak pernah sekalipun saya dilibatkan dalam hal penetuan kebijakan pelantikan ini. Sudah tiga kali pelantikan ini tanpa saya ketahui," jelasnya.
Wabup lantas mengeluh biaya listrik dan air bersih yang ditanggungnya sendiri. Padahal biaya itu sudah dianggarkan melalui APBD.
"Bahkan saat saya minta air malah dimintai biaya Rp150 ribu. Belum lagi beli token listrik Rp2 juta. Saat mengambil dana itu saya malah dipersulit," bebernya.
Terkait mobil dinas yang dimaksudnya, Wabup mengatakan mobil itu sudah dimohonkan untuk operasional di Kecamatan Mamosalato atau daerah asalnya.
Sebelumnya, istri Wabup telah menerima pengadaan mobil baru. Otomatis mobil lama yang dimaksudnya ditarik ke bagian asset.
"Epi ambil mobil dinas saya. Itu saya kejar siapa yang menyuruhnya. Saya sudah minta mobil itu untuk operasional di Mamosalato, karena kalau pulang saya tidak bisa bawa mobil ke sana," katanya.
Asrar kemudian menyingkap masalah utama yang membuat hubungannya dengan Bupati Morut, Aptripel Tumimomor, renggang. Menurutnya, orang-orangnya tidak lagi mendapat pekerjaan.
"Siapa pun orangnya saya (Wabup) tidak boleh dapat proyek. Ini sudah tidak benar," imbuhnya.
Meski telah menyebabkan kisruh, Wabup mengaku menyesal atas kejadian itu. Ia pun berharap kejadian itu sebagai pembelajaran di kemudian hari.
"Sesungguhnya saya menyesali kejadian tadi. Tapi itu karena mereka tidak menghargai saya. Walau bagaiman pun saya adalah partner Bupati," sebut Asrar.
Terpisah, Bupati Morut Aptripel Tumimomor membantah tudingan soal pengaturan proyek. Ia menegaskan bahwa selama ini hanya mengurus apa yang menjadi tugas dan kewenangnya sebagai kepala daerah.
"Kalian juga tahu saya tidak mengurus proyek. Saya hanya bekerja sesuai kewenangan saya," kata Aptripel kepada awak media sebelum meninggalkan kantor Bupati, Jumat malam.
Bupati kemudian mengapresiasi upaya Kapolres Morowali AKBP Edward Indharmawan EC yang langsung turun tangan. Mediasi yang diinisasi kepolisian itu juga diterimanya.
"Demi kebaikan daerah, saya terima soal mediasi itu. Saya juga mengapresiasi Kapolres yang tanggap dengan situasi tadi," tandasnya.
Disinggung soal pelantikan, Aptripel kemudian mengarahkan wartawan kepada BKD dan Sekab Morut. Sebab menurutnya, ia tidak pernah melaksanakan sesuatu tanpa melalui prosedur yang benar.
"Saya tidak berani melanggar prosedur. Saya juga tidak pernah berbuat yang tidak sesuai aturan di sini," tegasnya.
Terkait tudingan Wabup soal pengangkan hak pengawasan yang diatur oleh Bupati, ia justru menyebut baru bertemu Asrar kurun waktu setahun ini.
"Dia baru datang hari ini. Inspektorat juga cari-cari dia. Selama ini Inspektorat melapor ke saya bahwa Wabup tidak pernah ada," jelas Aptripel. (ham)
Redaktur & Reporter : Soetomo