Soal PDIP & Anies, Pelampiasan Dendam kepada Kubu Jokowi?

Senin, 26 Agustus 2024 – 09:18 WIB
Pak Jokowi. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com - Dahlan Iskan menilai ada sisi baik dan buruk bila PDI Perjuangan atau PDIP jadi mencalonkan Anies Baswedan menjadi calon gubernur di Pilkada Jakarta.

Hal ini disampaikan Dahlan dalam esainya berjudul Damai Ahok, Disway edisi Senin (26/8/2024).

BACA JUGA: Mahfud MD Ikut Bicara soal Raja Jawa, Langsung Sebut Nama

"Sisi baiknya: PDI Perjuangan menunjukkan sikap kebangsaan yang luar biasa," kata Dahlan.

Kolumnis kondang itu pun menjelaskan soal sisi baik itu. Menurutnya, Anies yang di masa lalu dicitrakan sebagai lambang "kanan" dirangkul oleh partai yang dicitrakan sebagai "kiri".

BACA JUGA: Viral Polwan Brigadir Putri Cikita Disorot Masalah Sopan Santun, Divhumas Polri Bereaksi

Hal itu menurutnya tidak hanya baik. Itu luar biasa baik bagi bangsa, serta pendidikan kebangsaan. Di mana, yang kanan bisa bergeser ke kiri. Yang kiri mau bergeser ke kanan.

"Terbentuklah kekuatan kanan dalam dan kiri dalam, bahkan, kalau bisa, mereka bergeser ke tengah. Alangkah hebatnya bangsa ini," tuturnya.

BACA JUGA: Luhut Marah-Marah, Prabowo Marah Besar, Gibran Idem

Dari pengamatan Dahlan, sikap semacam ini bukan hal baru bagi PDI Perjuangan. Dahulu, PDIP pernah merekrut seorang Abdullah Azwar Anas yang adalah kader NU murni.

"Sebelum lahir pun dia sudah NU. Ketika bayi dia jadi bayi NU. Anak NU. Pelajar NU. Pemuda Ansor NU. Politikus NU. Berkat prestasinya Azwar Anas direkrut oleh PDI Perjuangan. Dia dicalonkan jadi bupati Banyuwangi. Berhasil. Terpilih. Berhasil," lanjutnya.

Terbukti, Azwar Anas mampu membangun Banyuwangi –bahkan setengah menyulapnya– dengan istimewa. Jadilah Banyuwangi model pembangunan kabupaten ideal di Indonesia.

Anas terus setia pada partai Banteng. Dia dicalonkan kembali untuk periode kedua. Terpilih lagi.

"Selanjutnya Anda sudah tahu: nama Banyuwangi begitu harum. Pun istrinya ikut mendapat nama besar Anas: terpilih sebagai bupati Banyuwangi berikutnya," ujar Dahlan.

Setelah itu, PDI Perjuangan masih ingin menjadikan Anas calon wakil gubernur Jatim. Namun, sial. Ada jejak digital yang membuatnya gagal berlayar.

Walakin, bagi Dahlan, Anas adalah contoh ideal orang kanan yang bergeser ke kiri. Dia mau dan mampu.

"Tentu sebagai orang kanan dia tidak mungkin bergeser terlalu ke kiri. Jadilah dia orang tengah," ucap Dahlan.

Akan tetapi, posisi orang yang berada di tengah kadang sangat sulit, seperti terjepit. Oleh kanan dia dianggap "murtad". Oleh kiri dia dianggap masih "munafik".

Terkadang, posisi seperti itu sangat menyiksa, tetapi Dahlan menyebut ada juga nikmatnya di posisi dijepit.

"Saya bisa membayangkan betapa sulit posisi Anas di saat Jokowi dan Megawati berseberangan. Sebagai orang tengah dia terlihat berhasil bermain sebagai safety player," kata eks menteri BUMN itu.

Lantas bagaimana soal sisi buruknya jika Anies diusung PDIP di Pilkada Jakarta?

Menurut Dahlan, sebagai partai terbuka, PDI Perjuangan membuktikan diri bisa membuka diri untuk siapa saja.

Dia menilai akan banyak suara keberatan dari kubu PDI Perjuangan sendiri jika mencalonkan Anies Baswedan. Terutama, dari kubu kader militan yang seumur hidup mereka membela partai.

"Kok, ketika tiba masanya panen, hasil panen itu diberikan kepada orang lain. Mereka tentu marah. Pun sampai gondok. Atau sebaliknya," kata Dahlan.

Belum lagi bila membayangkan orang seperti Ahok, kader PDIP yang sampai berani berseberangan dengan Jokowi demi partai, mungkin bisa mewakili perasaan yang paling marah, apalagi dia punya sejarah luka yang dalam dengan Anies.

"Kalau jadi Anies dicalonkan oleh PDI Perjuangan, saya sangat berdebar menantikan apa yang akan dilakukan orang seperti Ahok," ungkap Dahlan.

Selain itu, Dahlan menilai masih ada sisi buruk lainnya bila Anies jadi dicalonkan PDIP.

"Yakni, apabila niat pencalonan Anies hanyalah sebatas untuk membalas dendam kepada kubu Jokowi. Semua agama mengajarkan: dendam tidak menyelesaikan persoalan. Dendam adalah musuh kedamaian. Negara ini harus damai. Rakyat harus damai," tutur Dahlan.(*/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler