Soal Rencana IPO Subholding Pertamina, Sunarsip: Tidak ada yang Perlu Dikhawatirkan

Sabtu, 15 Agustus 2020 – 21:10 WIB
Kantor Pusat Pertamina. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Ekonom The Indonesia Economic Intelligence (IEI) Sunarsip menilai rencana initial public offering (IPO) subholding PT Pertamina bukanlah bentuk privatisasi BUMN.

Mengingat perusahaan yang masuk lantai bursa merupakan anak usaha dan bukan saham BUMN Pertamina.

BACA JUGA: Soal Isu IPO Subholding Pertamina, Rhenald Kasali: Terlalu Dibesar-besarkan

"Tidak bisa disebut sebagai privatisasi BUMN dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan," ujar Sunarsip, Sabtu (15/8).

Menurut Sunarsip privatisasi adalah berkurangnya saham pemerintah di induk perusahaan, sedangkan dalam rencana IPO anak usaha atau subolding Pertamina ini, saham pemerintah di BUMN tersebut sama sekali tidak berkurang.

BACA JUGA: IPO Subholding Bakal Untungkan Pertamina

Rencana IPO subholding Pertamina, lanjutnya, sama seperti yang dilakukan beberapa BUMN di bidang konstruksi, ketika melepas saham anak perusahaan mereka di bursa saham.

Dalam hal ini, saham pemerintah di BUMN tersebut juga sama sekali tidak berkurang.

BACA JUGA: Nasabah Tabungan Emas Pegadaian Melonjak, Didominasi Generasi Milenial

Karena itu, dia menegaskan tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karena laporan keuangan anak perusahaan yang masuk lantai bursa tersebut, nantinya tetap akan dikonsolidasikan 100 persen ke dalam laporan keuangan Pertamina.

Termasuk, di dalamnya, adalah laporan kinerja, besarnya aset, utang, ekuitas, pendapatan, belanja, dan laba subholding tersebut.

"Dengan demikian, Pertamina masih memegang kendali terhadap subholding yang direncanakan masuk bursa saham tadi. Apalagi, berdasarkan informasi, saham anak perusahaan yang akan dilepas ke bursa sangat kecil, sekitar 20-30 persen saja," katanya.

Di sisi lain Sunarsip mengatakan, rencana IPO anak usaha tersebut, merupakan aksi korporasi biasa terkait upaya fund raising Pertamina.

Menurut Sunarsip, rencana IPO subholding juga muncul karena Pertamina membutuhkan kenaikan aset, revenue, dan laba. Jika tidak melakukan aksi korporasi seperti itu, akan sulit buat BUMN energi tersebut untuk mengejar posisi-posisi perusahaan sejenis di luar negeri.

"Ini memang strategi perusahaan untuk mengejar pertumbuhan anorganik," ucapnya.

Rencana IPO subholding dirasa sangat penting, karena dengan ekuitas yang terbatas, Pertamina tidak mungkin meminta pemerintah untuk menyuntikkan modal lagi.

Untuk itu perusahaan harus kreatif mencari sumber pendanaan di luar penyertaan modal dari pemerintah.(ANTARA/JPNN)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler