Soal Transportasi, Jakarta Harus Contoh Singapura

Rabu, 28 Maret 2012 – 07:36 WIB

TRANSPORTASI massal masih menjadi impian warga Jakarta yang tak kunjung terealisasi. Salah satunya, transportasi berbasis rel yang disebut Mass Rapid Transit (MRT), seperti yang dimiliki Singapura. Negara tetangga itu telah membuktikan, betapa MRT mampu menjadikan kota tersebut maju dan lalu lintasnya tertib dan nyaman bagi masyarakat.

Kepala Biro Komunikasi PT MRT Jakarta Manpalagupta Sitorus mengatakan, Jakarta memang harus mencontoh Singapura dalam menyediakan transportasi massal untuk warganya. Untuk itu, ia meminta dukungan masyarakat dalam pembangunan MRT di ibu kota.

Dengan demikian, nantinya warga Jakarta memiliki alternatif sarana transportasi massal yang mudah menjangkau lokasi-lokasi strategis. Tidak seperti sekarang, transportasinya jauh dari memadai dan nyaman, apalagi modern.

"MRT di Jakarta ini tidak akan berbeda dengan di Singapura. Nantinya, akan lewat juga di lokasi-lokasi strategis di Jakarta. Seperti Fatmawati, Blok M dan Sudirman," kata Manpalagupta saat kunjungan di Singapura, pekan lalu.

Manpalagupta mengatakan, MRT memang telah berhasil menjadi tulang punggung sarana transportasi massal dan mengakses berbagai kawasan baik perkantoran, pusat perbelanjaan maupun pemukiman sejak tahun 1987 di Singapura. Saat ini, tersedia empat jalur MRT yang terdiri dari 89 stasiun dengan 11 stasiun transit yang mempermudah pengguna berpindah jalur.

Beberapa lokasi strategis yang mudah dijangkau dengan MRT adalah Orchard, Somerset, City Hall, Raffles Place, Bugis, China Town, Esplanade, Bayfront dan Marina Bay. Bahkan biaya menggunakan MRT ini hanya berkisar sekitar 1-2 dollar Singapura. Tarif ini tentu jauh lebih murah dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi atau naik taksi.

"Naik taksi dari Bugis sampai Clementi bisa sampai 14 dollar Singapura. Sedangkan naik MRT hanya 2 dollar Singapura," ujar Manpalagupta.

Tidak hanya itu, jika mengendarai kendaraan pribadi saat hari kerja maka masyarakat harus bersiap membayar sebesar 4 dollar Singapura tiap kali melewati wilayah Electronic Road Pricing (ERP). Ditambah lagi, tarif parkir di gedung untuk kendaraan pribadi jauh lebih mahal daripada tarif parkir kendaraan pribadi di fasilitas park and ride yang terintegrasi dengan MRT.

Manajer Komunikasi pihak otoritas transportasi di Singapura, Land Transport Authority (LTA), Khrisna menjelaskan, sebelum adanya MRT kawasan Holland Village, di Singapura, merupakan daerah yang belum berkembang. Namun, setelah MRT melintas kawasan tersebut lebih berkembang, baik bisnis maupun perekonomiannya.

"Dulu Holland Village kondisinya macet, susah parkir, bisnis turun tapi setelah ada MRT semakin berkembang," imbuhnya.

Bahkan meski telah memiliki empat jalur MRT yang terdiri dari 89 stasiun dengan 11 stasiun transit, pemerintah Singapura terus mengembangkan transportasi ini, seperti pembangungan terowongan, rel, dan stasiun. Sebab pemerintah Singapura telah menyadari sarana transportasi merupakan faktor pendukung percepatan ekonomi negara.

"Karena itu kami lakukan segala upaya untuk memperkuat sektro transportasi. Dan kami pastikan, MRT merupakan tulang punggung sektor transportasi Jakarta," tandasnya. (wok/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Isu Banjir Demo, Jalanan Jakarta Sepi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler