Sochi 2014 Jadi Pertaruhan Reputasi Vladimir Putin

Bujet Terbesar dalam Sejarah, Keamanan Maksimal

Minggu, 09 Februari 2014 – 22:55 WIB

jpnn.com - Di tengah derasnya kritik dan berbagai ancaman keamanan, Olimpiade Musim Dingin 2014 berlangsung di Rusia. Jumat lalu (7/2) Presiden Vladimir Putin membuka pesta olahraga empat tahunan itu di Kota Sochi, Krasnodar Krai, Rusia. Menurut rencana, perhelatan akbar tersebut berlangsung selama sekitar lebih dari dua pekan atau sampai 23 Februari mendatang.

= = = = = = = = = = = = =

BACA JUGA: Wow, Militer AS Bikin Alat ala Mission Impossible

BERBEDA dengan perhelatan Olimpiade lainnya, ketika Rusia resmi terpilih sebagai tuan rumah Olimpiade musim dingin yang ke-22 pada 4 Juli 2007, semua aspek kota kecil di negara itu menghiasi berbagai media. Sebagian besar bukan cabang olahraga yang diperbincangkan, namun mengenai kesiapan Rusia menghelat event tersebut di Sochi.

Terutama memperkenalkan Sochi sebagai kota yang memang layak untuk menghelat 15 cabang olahraga musim dingin. Maklum, masyarakat internasional tidak terlalu mengenal kota di perbatasan Georgia tersebut. Sebagai kota resor terbesar Rusia, Sochi kurang tenar.

BACA JUGA: Filipina Ucapkan Terimakasih Lewat Iklan

Karena itu, pemerintahan Putin harus bekerja keras mendongkrak pamor Sochi di mata dunia. Lantaran kota berpenduduk sekitar 350 ribu jiwa itu dikepung wilayah rawan konflik seperti Chechnya, Dagestan, dan Georgia, Kremlin berfokus membenahi sektor keamanan. Moskow berusaha keras menjadikan Sochi sebagai kota yang aman.

Mengamankan Sochi dan menjadikan kota wisata tersebut sebagai kota yang nyaman dikunjungi bukan perkara mudah. Sebab, sejak awal, militan dan kelompok-kelompok ekstremis Islam mengancam akan memboikot Olimpiade tersebut. Belum lagi para aktivis gay kecewa berat dengan kebijakan Putin soal hak-hak kaum liyan yang memiliki orientasi seksual tidak biasa.

BACA JUGA: Hotel Terbakar, 15 Jamaah Umroh Tewas di Madinah

Bukan hanya keamanan dan propaganda gay, Kremlin juga harus menghadapi masalah lain yang tidak ringan. Yakni, korupsi. Ya, menyulap Sochi menjadi tuan rumah event internasional setingkat Olimpiade jelas membutuhkan dana besar. Kucuran dana dari pemerintah pusat itulah yang lantas mengalir ke kantong pribadi sejumlah pejabat yang bertanggung jawab atas sarana dan prasarana Olimpiade.

Konon, Moskow menghabiskan dana lebih dari USD 50 miliar (sekitar Rp 598,56 triliun) untuk keperluan Olimpiade. ''Jumlah yang bombastis. Sepanjang sejarah, belum pernah ada negara mana pun yang menghabiskan dana sampai sebanyak itu,'' terang Ben Wyatt, reporter CNN yang bertugas di Sochi hanya untuk meliput penyelenggaraan Olimpiade.

Namun, jumlah fantastis tersebut justru membuat mantan Wakil Perdana Menteri Rusia Boris Nemtsov bertanya-tanya. Sebab, dana sebanyak itu rawan menjadi bancakan para pejabat yang tidak bertanggung jawab. Benar saja. Belum lama ini, para pejabat Rusia yang bertanggung jawab atas Olimpiade menyebutkan bahwa pembangunan fasilitas olahraga hanya lebih dari USD 10 miliar (sekitar Rp 120,5 triliun).

Sebab, pembangunan hanya meliputi fasilitas olahraga. Itu pun yang memang belum ada di Sochi. Pejabat yang merahasiakan namanya tersebut mengungkapkan bahwa sistem transportasi dan fasilitas penunjang lain tidak masuk dalam anggaran bombastis tersebut. Sebab, itu sudah masuk dalam rencana dan anggaran pembangunan kota. "Lantas, ke mana larinya dana USD 20 miliar (sekitar Rp 239,7 triliun) atau USD 30 miliar (sekitar Rp 359,59 triliun) tersebut?" ujar Nemstov.

Memang, Sochi sukses berdandan menjadi jauh lebih cantik. Pemerintah kota juga berhasil menghapuskan kesan kumuh dari Sochi. Tetapi, perubahan signifikan itu tidak sampai menelan dana yang besar.

Barangkali, alokasi dana terbesar masuk ke sektor keamanan. Demi berusaha meminimalkan ancaman keamanan, pemerintahan Putin menempatkan beberapa fasilitas pengaman canggih di Sochi. Mulai mesin x-ray hingga pos keamanan ala bandara. Selain itu, sejak sekitar sebulan sebelum Olimpiade dibuka, tidak boleh ada kendaraan yang bukan milik warga Sochi melintas di kota tersebut.

Sejak akhir tahun, pemerintah juga menempatkan sejumlah besar personel keamanan, baik polisi maupun militer, di seluruh titik. Terutama di wilayah perbatasan. Beberapa personel keamanan rutin berpatroli di pusat dan pinggiran kota. Sistem tiket pun berubah. Panitia menggunakan sistem barcode untuk membaca validitas tiket para penonton Olimpiade.

Putin mempertaruhkan reputasi baiknya dalam Olimpiade musim dingin kali ini. Sebagai presiden yang gemar berolahraga, dia berusaha keras membuat masyarakat internasional terpesona. Karena itu, meski menghadapi ancaman serius dari dalam negeri, pemimpin 61 tahun tersebut tetap ngotot menyelenggarakan Olimpiade di Sochi. Bahkan, dua bom yang meledak di dekat Sochi tidak mampu membendung niat Putin.

Bagi dia, Sochi merupakan kota yang unik. "Kota ini istimewa. Di pantai-pantainya, Anda bisa menikmati liburan musim panas yang sempurna. Tapi, jika ke pegunungan di sekitarnya, Anda akan tenggelam dan nuansa musim dingin," paparnya. Bulan lalu, Putin berkunjung ke Sochi dan menguji kesiapan kota itu untuk menyambut tamu dari seluruh dunia.

Sayangnya, keseriusan Rusia masih belum mampu meyakinkan para pemimpin Barat. Kemarin sejumlah presiden, termasuk Barack Obama, memilih untuk tidak hadir dalam pembukaan Olimpiade. Tetapi, para pemimpin Asia tetap hadir dalam pembukaan. Di antaranya, Presiden Tiongkok Xi Jinping, Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe, dan PM Turki Recep Tayyip Erdogan. (CNN/AP/AFP/hep/c14/tia)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penjelajah Samudra Masih Harus Opname


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler