jpnn.com - SURABAYA - Seminggu sudah operasi pasar diadakan Pemprov Jatim maupun pemkot/pemkab di wilayahnya bersama Bulog. Harga beras pun perlahan turun. Gubernur Soekarwo menjamin harga bahan pokok itu stabil setidaknya sampai akhir bulan ini.
Hal tersebut disampaikan orang nomor satu di jajaran pemerintahan Jatim itu saat sidak operasi pasar di Pasar Soponyono, Rungkut, kemarin (5/3).
Didampingi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Divre Jatim Witono, serta Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Warno Harisasono, gubernur meninjau harga beras di titik pelaksanaan operasi.
Harga beras jenis premium dari Rp 12 ribu kini menjadi Rp 11 ribu per kilogram (harga per 5 Maret). Meski begitu, pemprov dan Bulog tetap mengadakan operasi pasar hingga harga beras stabil sekitar Rp 9.500 ribu per kilogram.
Sementara itu, harga beras jenis premium yang sebelumnya Rp 9.850 kini turun menjadi Rp 9.200 per kilogram dan diharapkan mencapai harga stabil sekitar Rp 8 ribu per kilogram. "Paling tidak masih harus menurunkan Rp 1.500 per kilogram lagi. Setelah itu, baru operasi pasar berhenti," ungkapnya.
Soekarwo mengatakan, bulan ini merupakan masa panen padi di Jatim. Setidaknya sekitar 500 ribu hektare dipastikan panen. Yaitu, ada sekitar 3,5 juta ton beras yang akan dihasilkan dari panen raya tersebut. Total hasil panen di Jatim per tahun sekitar 7,8 juta ton per tahun, sedangkan kebutuhan masyarakat sekitar 3,8 juta ton per tahun. Dengan demikian, Jatim selalu surplus beras sekitar 4,4 juta ton. "Jadi, tidak perlu khawatir. Akhir bulan ini justru beras sudah sangat stabil," jelasnya.
Total hasil panen sebanyak 7,8 juta ton/tahun, sedangkan kebutuhan masyarakat hanya 3,8 juta ton/tahun sehingga ada kelebihan produksi 4,4-4,6 juta ton. Menurut dia, harga beras di Jatim saat ini naik lantaran pada Desember 2014-Februari 2015 terjadi paceklik (gagal panen).
Selain itu, distribusi beras miskin (raskin) dari pemerintah pusat untuk Jatim terlambat. Akibatnya, masyarakat mengalami kepanikan terhadap kelangkaan beras. "Seharusnya akhir Januari lalu, raskin sudah didistribusikan. Karena itu, ada panic buying. Apalagi, harga beras di Jakarta juga naik. Jatim yang sebenarnya aman justru ikut terkena dampak kenaikan harga beras," tuturnya.
Berdasar data Bulog Divre Jatim, jumlah penerima raskin sekitar 2,86 juta rumah tangga sasaran-penerima manfaat (RTS-PM) atau setara beras 42 ribu ton per bulan, sedangkan stok beras di Bulog sekitar 362.748 ton atau mampu untuk memenuhi kebutuhan selama delapan bulan ke depan. "Masyarakat miskin harus mendapat subsidi dari pusat dengan jatah raskin," ujar Soekarwo.
Pria yang akrab disapa Pakde itu menambahkan, untuk menstabilkan harga beras, seharusnya tidak hanya Jatim yang mengadakan operasi pasar. Daerah sekitar juga harus melakukan hal serupa. Misalnya, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jakarta. "Agar stabil, harus diadakan operasi pasar secara nasional," jelasnya.
Witono menambahkan, hingga kemarin beras yang dikeluarkan dari gudang Bulog Divre Jatim sekitar 492 ton. Beras tersebut digunakan dalam operasi pasar di seluruh Jatim. Untuk Surabaya, beras yang terjual sekitar 80 ton per hari. "Kami terus menyediakan beras di beberapa titik operasi pasar," katanya.
Sementara itu, Risma mengungkapkan, pemkot juga mengadakan operasi pasar sejak dua minggu lalu. Sasaran operasi pasar pemkot adalah daerah-daerah pinggiran yang tidak terjangkau pemprov. Misalnya, di balai RW. Bahan pokok yang dijual tidak hanya beras, tetapi juga minyak goreng, tepung, gula, dan kebutuhan pokok lain. "Setidaknya beras 20 ton per hari habis. Operasi pasar ini dilakukan sampai harga benar-benar stabil," ujarnya.
Dari Pasar Soponyono, Rungkut, sidak operasi pasar dilanjutkan ke Pasar Larangan, Sidoarjo. Gubernur Jatim Soekarwo yang didampingi Wakil Bupati Sidoarjo M.G. Hadi Sutjipto dan Kepala Bulog Divre Jatim Witono menyaksikan transaksi penjualan dalam operasi pasar di halaman parkir Pasar Larangan.
Tohir, warga Desa Mindi, Kecamatan Porong, menyatakan senang dengan adanya operasi pasar tersebut. Bapak lima anak itu mengaku mengalami kesulitan dengan harga beras yang melambung tinggi. ''Kalau ada seperti ini (operasi pasar, Red), kebutuhan sehari-hari ya tercukupi. Kalau beras mahal, uangnya hanya cukup buat beli beras,'' katanya. (ayu/rst/c7/ayi)
BACA JUGA: Rini Berupaya Cairkan Gaji Karyawan Merpati
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rekor Rupiah Terendah Sejak 1998
Redaktur : Tim Redaksi