Soempah Pemoeda

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Jumat, 28 Oktober 2022 – 16:40 WIB
Wartawan senior Dhimam Abror diangkat sebagai anggota Dewan Kehormatan PWI Pusat. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah pembentukan Indonesia sebagai sebuah bangsa.

Sumpah Pemuda juga sekaligus menegaskan tekad untuk merdeka di bawah kedaulatan negara Indonesia.

BACA JUGA: Hari Sumpah Pemuda, Mahasiswa Makassar Gelar Demo, Jokowi Gagal Total

Salah satu unsur penting dalam Sumpah Pemuda adalah ditetapkannya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Berbahasa satu bahasa Indonesia.

Dan terbukti bahasa Indonesia menjadi pemersatu yang sangat penting bagi Indonesia yang terdiri dari ratusan suku dengan bahasa masing-masing.

BACA JUGA: Habib Aboe: Bawa Semangat Sumpah Pemuda dalam Suasana Politik Nasional

Keberagaman Indonesia yang begitu luas sangat sulit untuk disatukan melalui satu gagasan yang konkret. Tanah air satu tanah air Indonesia.

Gagasan mengenai tanah air adalah sebuah gagasan yang abstrak yang sulit untuk dipahami oleh orang awam.

BACA JUGA: Sekjen PDIP: Pemuda Hadir menjadi Kekuatan Meminggirkan Politik Identitas

Berbangsa satu bangsa Indonesia. Gagasan mengenai bangsa juga sebuah gagasan imajinatif yang tidak mudah dimaterialisasi.

Bangsa dan tanah air adalah sebuah konsep, sebuah gagasan. Bangsa adalah sebuah gagasan yang hanya bisa dibayangkan.

Imagined Community, sebagaimana konsep Ben Anderson, adalah gagasan yang ada di imajinasi setiap orang yang menjadi anggota sebuah bangsa.

Unsur paling kuat dalam imajinasi itu adalah bahasa. Dengan bahasa yang sama, setiap orang bisa menggambarkan dan menjelaskan imajinasi kebangsaannya sehingga bisa dipahami bersama-sama.

Sungguh mencengangkan. Orang-orang yang sangat berbeda dalam hal adat istiadat, agama, dan latar belakang budaya, bisa disatukan menjadi sebuah komunitas yang diikat oleh kesamaan bahasa.

Dari sebuah ujung desa di Aceh sampai ke puncak gunung di Irian Jaya orang bisa memahami satu sama lainnya melalui kesamaan bahasa. Inilah yang menjadi perekat utama yang membuat gagasan Indonesia yang abstrak itu menjadi nyata.

Pada tahun-tahun itu jumlah penduduk yang ada di wilayah jajahan Hindia Belanda sudah mencapai sekitar 100 juta, sebuah jumlah yang masif.

Sangat sulit menyatukan orang-orang yang sebegitu besarnya kalau tidak ada bahasa yang sama. Dan, bahasa sebagai alat perekat itu tidak bisa dipaksakan melalui kekuasaan maupun senjata.

Negara-negara multikultural hasil rekayasa maupun eksperimen politik selepas Perang Dunia II rata-rata sudah gagal dan tinggal menjadi sejarah.

Josip Bros Tito di Yugoslavia ingin menyatukan bangsa-bangsa Balkan yang beraneka ragam menjadi sebuah negara federasi Yugoslavia.

Tito melakukan eksperimen sosial politik itu dengan mempergunakan karisma dan kekuatan politik yang didukung oleh kekuatan senjata dan tekanan politik. Eksperimen ini tidak bertahan 50 tahun dan hancur berantakan pada 1990.

Uni Soviet adalah eksperimen politik terbesar dalam sejarah umat manusia modern. Vladimir Lenin menggalang revolusi komunis dengan mengandalkan kelompok Bolshevik yang sangat militan untuk kemudian berhasil menumbangkan rezim feodalise Tsar.

Komunisme Uni Soviet didukung oleh semua piranti kekuasaan yang canggih, mulai dari kekuasaan ekonomi, politik, sampai senjata.

You can do anything with a bayonet except sitting on it. Kamu bisa melakukan apa saja dengan bayonet kecuali duduk di atasnya.

Itu adalah ungkapan sarkastis untuk menggambarkan rapuhnya kekuasaan yang dibangun di atas bayonet. Kekuasaan itu akan runtuh karena tidak mungkin orang bisa duduk di atas bayonet yang terhunus.

Dua eksperimen besar itu hancur berantakan tidak bisa bertahan melewati 50 tahun. Uni Soviet pun ambruk dan Yugoslavia ikut ambruk seperti rumah kartu.

Sebuah federasi besar yang tidak dibangun atas kesamaan identitas terbukti rapuh seperti rumah kertas yang bisa ambruk setiap saat.

Sebuah negara kecil seukuran Singapura pun menghadapi tantangan disintegrasi yang serius karena tidak adanya bahasa pemersatu.

Pada 1965, Singapura dipaksa untuk memisahkan diri dari Malaysia setelah upaya untuk membentuk negara Federasi Malaysia tidak menemui titik kesamaan.

Pemimpin Malaysia Tengku Abdur Rahman tidak menghendaki Singapura yang mayoritas China merusak dominasi ras Melayu di Malaysia.

Jika Singapura bergabung dengan Malaysia dalam sebuah federasi maka jumulah ras Melayu dengan China kurang lebih akan seimbang.

Kecurigaan rasial yang mendalam antara Melayu dengan China melahirkan banyak kerusuhan komunal yang membawa banyak korban nyawa.

Pemimpin Singapura Lee Kuan Yew bersikeras menggabungkan Singapura ke dalam Federasi Malaysia karena posisi geografis Singapura yang rentan karena tidak mempunyai cukup sumber daya alam untuk menopang hidup.

Akan tetapi, kecurigaan rasial antara Melayu dan China begitu lebar sehingga terlihat mustahil untuk dipersatukan.

Keputusan untuk berpisah pun menjadi keputusan terbaik. Malaysia memutuskan berjalan sendiri sebagai negara merdeka tanpa Singapura.

Malaysia memperkuat identitas nasionalnya sebagai bangsa Melayu berbahasa Melayu dan beragama Islam.

Lee Kuan Yew yang sangat terpukul oleh keputusan pemisahan itu harus segera menemukan jati diri bangsanya untuk bisa bertahan hidup dan berkembang.

Malaysia tidak mempunyai problem etnis yang kompleks karena bangsa Melayu menjadi mayoritas. Karena itu pula Malaysia dengan mudah menetapkan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional.

Bahasa Melayu menjadi simbol pemersatu sekaligus simbol identitas puak Melayu bumiputra dan beragama Islam.

Lee Kuan Yew menghadapi persoalan serius untuk menetapkan identitas bangsanya yang baru lahir.

Etnis China memang dominan, tetapi masih ada etnis Melayu yang juga kuat dan etnis India dan Tamil yang juga berpengaruh.

Selain itu masih ada diaspora Inggrus dan  kelas elite China yang berpendidikan Inggris dan berbudaya serta berbicara dalam bahasa Inggris.

Etnis China yang dominan juga punya bahasa dengan dua dialek yang sangat berbeda, yaitu dialek Hokian dan Mandarin.

Lee Kuan Yew beretnis China, tetapi dia lahir dari keluarga saudagar kelas menengah yang setiap hari menggunakan bahasa Inggris, sehingga Lee tidak bisa berbahasa Mandarin maupun Hokian. Lee harus mengikuti kursus privat untuk menguasai bahasa China.

Persoalan bahasa nasional menjadi masalah serius. Banyak lidah, satu bahasa, ‘’Different tongues one language’’, itulah semboyan yang digaungkan Lee Kuan Yew.

Dia tidak bisa memilih satu bahasa etnis karena akan mengecewakan etnis lainnya. Akhirnya semua bahasa ditampung menjadi bahasa resmi, bahasa Melayu, bahasa Inggris, bahasa Mandarin, dan bahasa Tamil adalah bahasa resmi Singapura. Untuk bahasa nasional diputuskan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional.

Singapura hanya sebuah pulau kecil dengan penduduk total 4 juta orang. Sebegitu pun mereka tidak bisa menetapkan bahasa persatuan.

Untunglah Lee Kuan Yew bisa mempersatukan bangsanya melalui pembangunan ekonomi yang dijalankan dengan disiplin tinggi dan keras, sehingga bangsa Singapura masih bertahan sampai sekarang.

Bangsa Indonesia tidak menghadapi kesulitan dan perdebatan sebagaimana yang dialami oleh Singapura. Para pemuda Indonesia ketika itu sadar dengan sepenuh kesadaran bahwa bahasa adalah unsur pemersatu yang mutlak untuk bisa merekatkan bangsa yang sangat beraneka.

Untunglah para pemuda itu mencapai kesepakatan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang bisa mempersatukan mereka.

Para pemuda aktivis Jong Java, Jong Celebes, Jong Islamiten Bond, Jong Borneo, sama-sama punya kesadaran untuk menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Andai para pemuda Jong Java ketika itu bersikeras minta agar bahasa Jawa menjadi bahasa nasional, tentu pemuda dari etnis lain tidak bisa menolak, karena etnis Jawa memang mayoritas.

Akan tetapi, para pemuda itu dengan sukarela dan dengan kesadaran penuh memutuskan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Sebuah keputusan yang terbukti jenius dan sangat modern serta visioner. (**)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler