Sebagai kota pelesir dan mode, ada ratusan kafe dengan keunikan desain bangunan dan menu masakan di Kota Bandung. Namun, tidak ada yang memiliki daya tarik sehingga menjadi pemberitaan media dunia sekuat Soldatenkaffe.
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
IQBAL KUKUH-MURWANI, Bandung
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
WAJAH Henry Mulyana terlihat lesu. Suasana hati pengusaha restoran itu dalam seminggu terakhir sedang gundah. Dia tidak menyangka bahwa liputan sebuah media online berbahasa Inggris awal Juli lalu berimbas sedemikian besar sehingga mengancam salah satu sumber pemasukannya, yakni kafe dan resto Soldatenkaffe.
Jika ditilik dari efek promosi, seharusnya Henry layak bergembira. Tulisan media online itu menyebar ke mana-mana. Bahkan menjadi trending topic di media mainstream seperti CNN, Daily Mail, dan The Sun. Namun, karena respons pembaca media-media tersebut negatif, Henry malah memutuskan untuk menutup Soldatenkaffe miliknya.
Berdasar pantauan, pada pintu masuk bangunan kafe empat lantai itu terpampang bendera dengan logo bulat bertulisan Kaffe Soldaten. Selain itu, terdapat simbol Nazi yang berupa elang jerman (iron eagle) berdiri di atas bendera swastika dengan lambang SS bolts.
Di ruang dalam, nuansa Nazi terasa lebih kental. Foto Adolf Hitler langsung menyambut pengunjung kafe. Sedangkan pada dinding kafe yang diblok warna merah ditempel kostum Wehrmacht atau pakaian angkatan bersenjata Nazi, helm tentara Jerman asli, dan foto-foto zaman perang Nazi.
Dalam tulisan hasil wawancara, Soldatenkaffe yang berlokasi di kawasan Paskal Hyper Square Bandung itu digambarkan menjadi tempat berkumpul dan propaganda ideologi Nazi. Ideologi tersebut memang mendapat penolakan keras di Eropa karena mendukung rasialisme dan ultranasionalis.
Henry tentu kecewa berat dengan pesan tulisan di media-media asing tersebut. Dia menegaskan, Soldatenkaffe tak punya sangkut paut dengan partai anti-Yahudi pada 1940-an pimpinan Adolf Hitler tersebut. "Tema yang diusung kafe ini kan pop culture atau seni kontemporer yang mengangkat tema Perang Dunia II dari sisi Jerman," tutur Henry dalam jumpa pers di Soldatenkaffe Sabtu (20/7). "Di sini perlu digarisbawahi, kafe kami hanya seni, bukan ideologi, apalagi ekstremisme dan rasialisme seperti Nazi," tegasnya.
Henry kemudian mengatakan, sejak awal dalam website Soldatenkaffe pun telah dijelaskan maksud dan tujuan kafe itu yang tidak terafiliasi secara politik dengan ideologi Nazi. Dia pun menambahkan, sejak awal, pemilihan nama Soldatenkaffe yang memiliki arti kafe untuk serdadu pun sudah jelas tanpa kerancuan.
"Kafe ini mengangkat sejarah militer, bukan ideologi. Itulah kenapa kami angkat seragam militer dan ornamen Perang Dunia II. Supaya menekankan tema kafe serdadu itu. Gak cuma Nazi, seragam TNI zaman dahulu juga ada," ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut Henry juga ingin meluruskan, pihaknya tidak pernah mengatakan atau mengklaim bahwa tidak pernah ada bukti Nazi telah melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap bangsa Yahudi pada masa lalu (yang populer disebut holocaust). Hal tersebut dia katakan menyusul pemberitaan di media internasional bahwa pihaknya menyangkal holocaust dan tak ada konfirmasi kepada pihaknya mengenai pemberitaan itu.
"Saya percaya dan yakin holocaust pernah terjadi. Oleh sebab itu, saya nyatakan bahwa saya telah menjadi korban dari pemberitaan sepihak yang jauh melenceng dari keterangan narasumber," ucapnya seraya menuturkan bahwa pemberitaan di media internasional terkesan dipelintir dan bertujuan mencari sensasi.
Karena itu, Henry mengaku akan menggunakan hak jawab atau melaporkan media yang bersangkutan kepada Dewan Pers. Pasalnya, pemberitaan tersebut telah berdampak negatif terhadap citra dirinya. "Saya punya seluruh bukti tertulis yang berupa pengakuan dari jurnalis yang bersangkutan lewat e-mail bahwa apa yang diberitakan memang berbeda dengan keterangan yang saya berikan saat wawancara," ujarnya.
Keputusan Henry menutup kafe itu juga mendapat dukungan pihak kepolisian. Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP Trunoyudo Wisnu Andiko mengimbau pemilik Soldatenkaffe mengganti atribut yang bernuansa Nazi dengan maksud mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. "Diimbau agar diganti. Kan tidak ada salahnya. Hal tersebut untuk mengantisipasi agar tidak timbul konflik," ujar Wisnu saat ditemui di Mapolrestabes Bandung kemarin.
Wisnu menegaskan, tidak ada pelanggaran hukum oleh pemilik, namun pihaknya tetap melakukan langkah antisipasi. "Guna keamanan dan kenyamanan saja kami melakukan langkah preventif (imbauan) dan persuasif (negosiasi)," tuturnya.
Ramainya pemberitaan Soldatenkaffe juga mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Kota Bandung. Wakil Wali Kota Bandung Ayi Vivananda menyatakan akan memanggil pemilik Soldatenkaffe untuk memastikan tujuan pemasangan simbol Nazi yang identik dengan swastika.
"Kami akan panggil pemilik atau pengelolanya. Tentu akan mempertanyakan maksud dan tujuan pemasangan logo Nazi itu," ujar Ayi kemarin.
Ayi menegaskan, memang tidak ada aturan yang melarang pemasangan simbol Nazi. Namun, sepatutnya simbol tersebut memang tidak digunakan karena berkaitan erat dengan isu rasialisme internasional. "Kami akan panggil pemilik atau pengelolanya melalui disparbud," tuturnya. (*/c11/kim)
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
IQBAL KUKUH-MURWANI, Bandung
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
WAJAH Henry Mulyana terlihat lesu. Suasana hati pengusaha restoran itu dalam seminggu terakhir sedang gundah. Dia tidak menyangka bahwa liputan sebuah media online berbahasa Inggris awal Juli lalu berimbas sedemikian besar sehingga mengancam salah satu sumber pemasukannya, yakni kafe dan resto Soldatenkaffe.
Jika ditilik dari efek promosi, seharusnya Henry layak bergembira. Tulisan media online itu menyebar ke mana-mana. Bahkan menjadi trending topic di media mainstream seperti CNN, Daily Mail, dan The Sun. Namun, karena respons pembaca media-media tersebut negatif, Henry malah memutuskan untuk menutup Soldatenkaffe miliknya.
Berdasar pantauan, pada pintu masuk bangunan kafe empat lantai itu terpampang bendera dengan logo bulat bertulisan Kaffe Soldaten. Selain itu, terdapat simbol Nazi yang berupa elang jerman (iron eagle) berdiri di atas bendera swastika dengan lambang SS bolts.
Di ruang dalam, nuansa Nazi terasa lebih kental. Foto Adolf Hitler langsung menyambut pengunjung kafe. Sedangkan pada dinding kafe yang diblok warna merah ditempel kostum Wehrmacht atau pakaian angkatan bersenjata Nazi, helm tentara Jerman asli, dan foto-foto zaman perang Nazi.
Dalam tulisan hasil wawancara, Soldatenkaffe yang berlokasi di kawasan Paskal Hyper Square Bandung itu digambarkan menjadi tempat berkumpul dan propaganda ideologi Nazi. Ideologi tersebut memang mendapat penolakan keras di Eropa karena mendukung rasialisme dan ultranasionalis.
Henry tentu kecewa berat dengan pesan tulisan di media-media asing tersebut. Dia menegaskan, Soldatenkaffe tak punya sangkut paut dengan partai anti-Yahudi pada 1940-an pimpinan Adolf Hitler tersebut. "Tema yang diusung kafe ini kan pop culture atau seni kontemporer yang mengangkat tema Perang Dunia II dari sisi Jerman," tutur Henry dalam jumpa pers di Soldatenkaffe Sabtu (20/7). "Di sini perlu digarisbawahi, kafe kami hanya seni, bukan ideologi, apalagi ekstremisme dan rasialisme seperti Nazi," tegasnya.
Henry kemudian mengatakan, sejak awal dalam website Soldatenkaffe pun telah dijelaskan maksud dan tujuan kafe itu yang tidak terafiliasi secara politik dengan ideologi Nazi. Dia pun menambahkan, sejak awal, pemilihan nama Soldatenkaffe yang memiliki arti kafe untuk serdadu pun sudah jelas tanpa kerancuan.
"Kafe ini mengangkat sejarah militer, bukan ideologi. Itulah kenapa kami angkat seragam militer dan ornamen Perang Dunia II. Supaya menekankan tema kafe serdadu itu. Gak cuma Nazi, seragam TNI zaman dahulu juga ada," ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut Henry juga ingin meluruskan, pihaknya tidak pernah mengatakan atau mengklaim bahwa tidak pernah ada bukti Nazi telah melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap bangsa Yahudi pada masa lalu (yang populer disebut holocaust). Hal tersebut dia katakan menyusul pemberitaan di media internasional bahwa pihaknya menyangkal holocaust dan tak ada konfirmasi kepada pihaknya mengenai pemberitaan itu.
"Saya percaya dan yakin holocaust pernah terjadi. Oleh sebab itu, saya nyatakan bahwa saya telah menjadi korban dari pemberitaan sepihak yang jauh melenceng dari keterangan narasumber," ucapnya seraya menuturkan bahwa pemberitaan di media internasional terkesan dipelintir dan bertujuan mencari sensasi.
Karena itu, Henry mengaku akan menggunakan hak jawab atau melaporkan media yang bersangkutan kepada Dewan Pers. Pasalnya, pemberitaan tersebut telah berdampak negatif terhadap citra dirinya. "Saya punya seluruh bukti tertulis yang berupa pengakuan dari jurnalis yang bersangkutan lewat e-mail bahwa apa yang diberitakan memang berbeda dengan keterangan yang saya berikan saat wawancara," ujarnya.
Keputusan Henry menutup kafe itu juga mendapat dukungan pihak kepolisian. Kasatreskrim Polrestabes Bandung AKBP Trunoyudo Wisnu Andiko mengimbau pemilik Soldatenkaffe mengganti atribut yang bernuansa Nazi dengan maksud mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. "Diimbau agar diganti. Kan tidak ada salahnya. Hal tersebut untuk mengantisipasi agar tidak timbul konflik," ujar Wisnu saat ditemui di Mapolrestabes Bandung kemarin.
Wisnu menegaskan, tidak ada pelanggaran hukum oleh pemilik, namun pihaknya tetap melakukan langkah antisipasi. "Guna keamanan dan kenyamanan saja kami melakukan langkah preventif (imbauan) dan persuasif (negosiasi)," tuturnya.
Ramainya pemberitaan Soldatenkaffe juga mendapat perhatian khusus dari Pemerintah Kota Bandung. Wakil Wali Kota Bandung Ayi Vivananda menyatakan akan memanggil pemilik Soldatenkaffe untuk memastikan tujuan pemasangan simbol Nazi yang identik dengan swastika.
"Kami akan panggil pemilik atau pengelolanya. Tentu akan mempertanyakan maksud dan tujuan pemasangan logo Nazi itu," ujar Ayi kemarin.
Ayi menegaskan, memang tidak ada aturan yang melarang pemasangan simbol Nazi. Namun, sepatutnya simbol tersebut memang tidak digunakan karena berkaitan erat dengan isu rasialisme internasional. "Kami akan panggil pemilik atau pengelolanya melalui disparbud," tuturnya. (*/c11/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kesaksian Korban Kerusuhan Tinju di Nabire
Redaktur : Tim Redaksi