jpnn.com, JAKARTA - Hasil survei Indometer menyebutkan pendukung partai politik yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) cenderung lebih solid dibandingkan dengan partai-partai koalisi lain, seperti Partai NasDem, PKS, dan Partai Demokrat.
Direktur Eksekutif Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) Herry Pasrani Mendrofa memprediksi hal itu disebabkan karena basis kesamaan elektoral partai. KIB beranggotakan Partai Golkar, PPP, dan PAAN.
BACA JUGA: KIB Solid, Pemilih PKS dan Demokrat Tolak NasDem
Ketiganya merupakan partai yang tergabung dalam partai pendukung pemerintah dalam Koalisi Indonesia Maju.
“Yang pertama jelas karena mereka memiliki segmen yang sama, yaitu ceruk elektoral berbasis yang pro terhadap pemerintah karena ketiga parpol ini ada di kubu pemerintah," tegas Herry di Jakarta, Selass (30/8/2022).
BACA JUGA: Rakernas PAN Membahas Nama Capres 2024, Kenapa Tidak Mengundang KIB?
Selain itu, KIB hingga saat ini belum memunculkan nama figur yang hendak diusung dalam Pilpres 2024.
Sebab belum ada nama calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres), maka pendukung parpol anggota KIB cenderung nyaman dengan pembahasan visi-misi maupun program koalisi.
BACA JUGA: Dukungan untuk Airlangga Meningkat, Pengamat: Masyarakat Lihat Kinerja
“Kedua, sampai hari ini belum tersebut nama capres. Artinya belum ada finalisasi soal siapa yang akan diusung oleh ketiga parpol itu," ujarnya.
Herry mengungkapkan prediksi ketika KIB sudah memutuskan nama untuk berlaga pada kontestasi 2024. Bisa jadi, salah satu partai akan menarik diri karena merasa tidak terwadahi terakomodasi kepentingan politiknya.
"Mungkin ketika sudah muncul nama tersebut dan itu berasal dari parpol dari ketiga parpol itu, barangkali ada satu parpol yang nantinya sedikit menarik diri dari situ, dari koalisi ini. Bisa saja seperti itu kemungkinannya," ungkapnya.
Tidak Hanya Elite
Sementara itu, pengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat menjelaskan meskipun solid, dalam praktiknya masih perlu dibuktikan bahwa bukan cuma elite partai yang mesra, namun juga akar rumputnya.
“Jadi, kalau kita bicara pendukung yang solid, ketika terjadi koalisi beberapa waktu lalu, baik itu KIB, Gerindra-PKB, atau yang lain, itu kan di tingkat elite, tinggal nanti para pemilih apakah perilakunya patuh taat pada elite atau tidak,” kata Cecep, Selasa (30/8).
Berangkat dari pengalaman pemilu lalu, lanjut Cecep, sekarang ini komunikasi di elite sudah baik.
“Namun, di akar rumput belum, ada yang tidak paralel,” kata Cecep.
Di tengah masyarakat identitas politik lewat pilihan ideologi tidak begitu kentara, apakah benar pendukung partai dengan ideologi nasionalis kemungkinan memilih calon yang nasionalis, atau akan ikut saja siapa Capres-Cawapres yang diusung partainya. Sehingga, keberadaan swing voter pada Pemilu 2024 akan ramai.
Ditambah lagi dengan hadirnya pemilih baru dari kalangan milenial maupun Gen Z.
“Identitas partai dan Ideologi partai kuat, banyak terjadi swing votes. Perilaku pemilih yang berpikir mudah bergeser dan mudah mengalihkan pilihannya. Ditambah lagi lahir generasi Z milenial, mereka yang paparan teknologi informatika tinggi dan ideologi partai mereka tidak begitu kuat,” ujar Cecep.
Alhasil, selain memiliki pendukung setia, partai maupun koalisi harus terus membangun masa dari kalangan tersebut, mengungat politisi mulai melek teknologi dan menggunakan platform sosmed yang ada.
"Di sisi lain mereka bisa menggunakan platform yang ada. Jadi, harapannya bukan sekedar tanpa tujuan, namun sebagai pendidikan politik,“ pungkas Cecep.(fri/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Friederich Batari