Soros

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Kamis, 01 Juli 2021 – 17:33 WIB
Pelatih Ukraina Andriy Shevchenko. Foto: (PA)

jpnn.com - Perampok bank akan masuk penjara, tetapi pembobol Bank Sentral Inggris malah menjadi selebritas keuangan internasional.

Itulah yang dialami oleh George Soros, pedagang saham yang tidak dikenal, tetapi mendadak viral pada 1992 dan namanya menjadi sebutan tiap orang yang berbicara mengenai saham.

BACA JUGA: EURO 2020 Bukan Sekadar Sepak Bola Buat Ukraina, Inggris Harus Hati-Hati

Di Inggris, peristiwa itu dikenang sebagai Black Wednesday. Rabu 16 September 1992 diingat oleh masyarakat ekonomi sebagai hari ketika para spekulan saham membobol dan menghancurkan mata uang Inggris Poundsterling.

Akibatnya, pemerintah Inggris nyaris bangkrut dan terpaksa menarik mata uangnya keluar dari mekanisme mata uang Eropa, European Exchange Rate Mechanism (ERM).

BACA JUGA: Dinamit Denmark Bikin Wales Hancur, Ada Perempuan Cantik yang Senang Banget

Dengan bergabung dalam ERM, Inggris berharap ikut ambil bagian dalam pemersatuan ekonomi Eropa.

Eropa selama ini tercerai-berai dalam kekuatan-kekuatan yang saling bersaing. Inggris punya Poundsterling yang kuat, Jerman punya Deutschmark yang kokoh, dua-duanya saling bersaing.

BACA JUGA: Prancis Tersingkir, Ibu Adrien Rabiot Marah-Marah kepada Keluarga Pogba dan Mbappe

Koalisi besar kemudian dicapai. Inggris bergabung dalam mata uang bersama Eropa pada 1990-an.

Segala keberbedaan teknis, seperti beda tingkat inflasi, coba disisihkan sebagai upaya mempersatukan Eropa menjadi kekuatan besar.

Namun, ada kekuatan-kekuatan tersembunyi yang tidak disangka-sangka muncul merusak aliansi itu.

Tingkat inflasi Inggris menjadi tinggi, tetapi suku bunga rendah.

Inggris kemudian memutuskan untuk masuk ERM dengan keinginan menjaga nilai Poundsterling di atas Deutschmark.

Secara fundamental, hal tersebut tidak masuk akal karena tingkat inflasi Inggris kala itu jauh lebih tinggi daripada Jerman. Kelemahan inilah yang dibidik oleh para spekulan, dan mata uang Inggris pun luluh lantak.

Keluarnya Inggris dari ERM membuat Inggris malu besar. Harga diri mereka sebagai bangsa terpukul.

Harus ada orang yang bertanggung jawab terhadap kejahatan ini. Maka muncullah nama George Soros yang dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab.

Soros pialang saham berdarah Yahudi kelahiran Hungaria.

Ia menyelesaikan kuliah ekonomi di London School of Economics. Ilmu ekonomi yang dipelajari di Inggris ternyata dipakainya untuk memukul Inggris.

Soros dengan cepat menjadi villain, penjahat, dan public enemy number one, musuh masyarakat nomor satu di Inggris.

Soros yang tadinya tidak terlalu terkenal tiba-tiba menjadi populer dengan julukan "Orang yang Membangkrutkan Bank of England".

Soros dibenci, tetapi diam-diam kecerdikan dan kecerdasannya banyak dipuji.

Ia kemudian menjadi pedagang mata uang paling sukses di dunia yang ditakuti sekaligus dihormati.

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menuduh Soros menjadi penyebab krisis ekonomi Asia Tenggara pada 1998.

Soros tidak membantah atau membenarkan.

Lahir di Budapest, Hungaria 12 Agustus 1930, pada usia 17 tahun Soros hijrah ke Inggris pada akhir Perang Dunia II.

Ia mempelajari filsafat di London School of Economics dan menjadi murid filosof Inggris ternama Karl Popper.

Sebelum pindah ke Wall Street dan melanjutkan karier keuangannya, pada 1956 Soros bergabung dengan Singer dan Friedlander, bankir London.

Ia lalu mendirikan Quantum Fund yang kemudian terkenal sebagai salah satu perusahaan hedge fund pertama di dunia.

Cara kerjanya adalah menggunakan modal dari orang-orang kaya dan menginvestasikannya ke dalam transaksi internasional yang sangat berisiko, tetapi memiliki potensi keuntungan yang sangat besar. Quantum Fund berhasil menjadi perusahaan hedge fund terbesar dan paling disegani di dunia.

Pada Black Wednesday, Soros mendulang keuntungan sebesar 1 miliar Poundsterling. Pada saat yang sama, Soros membeli saham-saham Inggris hingga senilai 350 juta Poundsterling, dengan berasumsi bahwa harga saham-saham di suatu negara seringkali menguat setelah mata uangnya melemah.

Ia mengakui bahwa tindakannya itu hanya menguntungkan dirinya pribadi, pada waktu itu. Ia mengeklaim bahwa satu-satunya hal yang bisa menyelamatkan Inggris hanyalah mata uang tunggal, seperti Euro sekarang, satu hal yang tetap ia yakini sampai sekarang.

Soros bukan sekadar spekulan biasa. Ia memahami strategi keuangan dan tahu betul kekuatan dan kelemahan semua pemain di dalamnya.

Satu senjata yang tidak dipunyai spekulan lain adalah, Soros memahami filsafat yang dipelajarinya dari Karl Popper, bahwa dunia selalu berada pada kenisbian.

Abad sekarang ini disebutnya sebagai abad kenisbian, the age of fallibility.

Tidak ada kekuatan yang benar-benar mapan. Semuanya ada dalam kenisbian, karena ada perbedaan antara harapan dan realitas.

Dalam ruang hampa antara harapan dan realitas itulah terjadi kenisbian. Kekuatan-kekuatan yang tidak terdeteksi bisa saja setiap saat muncul menjadi kekuatan yang menghancurkan.

Soros tidak meramal sepak bola. Namun, teorinya mengenai zaman kenisbian menjadi kenyataan dalam Euro 2020 sekarang ini.

Tidak ada favorit dan tidak ada data-data statistik yang bisa menjadi dasar prediksi siapa yang bakal juara.

Raja-raja Eropa dan para juara dunia bertumbangan dengan mengenaskan. Prancis bukan sekadar favorit, tetapi super-favorit. Itu kata Sang Profesor Arsene Wenger. Kini Wenger dianggap keblinger karena ramalannya meleset.

Siapa sangka Prancis disisihkan oleh Switzerland? Tidak ada. Lihatlah angka-angka statistik. Lihatlah deretan pemain-pemain yang ada di Prancis. Bahkan, kalau diadakan tanding ulang, tim cadangan Prancis pun mungkin bisa menang mudah atas Swiss.

Itu kata statistik. Itu kata para pundit yang dibayar mahal untuk membuat komentar yang aneh-aneh.

Namun, kalau mengacu pada teori Soros, semua bisa hancur berantakan. Kalau Soros memasang taruhan di William Hill atau Ladbroke, dua rumah taruhan itu dijamin bangkrut dalam semalam.

The Age of Fallibility juga terbukti dalam kemenangan Inggris atas Jerman. Kemenangan itu disebut sebagai against all odds, menentang semua taruhan. Hampir tidak ada yang menduga Inggris menang bersih dua gol tanpa balas.

Ukraina membawa bukti tambahan mengenai teori kenisbian.

Mengalahkan Swedia pada detik terakhir menjadi sebuah kejutan yang tidak disangka-sangka. Orang di balik kejutan itu adalah Andri Shevchenko, pelatih nasional yang menjadi legenda Ukraina.

Belgia akan menghadapi Italia di perempat final. Swiss menghadapi Spanyol. Republik Ceko menantang Denmark, dan Ukraina meladeni Inggris.

Tahan napas dalam-dalam dan pahami betul teori kenisbian. Tidak ada yang namanya favorit, semua berada pada kenisbian.

George Soros belajar teori ekonomi dan filsafat di Inggris.

Ilmunya kemudian ia pakai untuk membobol Bank Sentral Inggris.

Andri Shevchenko menghabiskan akhir kariernya di Chelsea. Ia tidak terlalu sukses, tetapi ia mempelajari sepak bola Inggris dengan baik.

Kalau Inggris tidak waspada, Black Wednesday akan berulang, dan seluruh Inggris akan mengalami perkabungan nasional. (*)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler