Soroti Hasil Kajian CREA Tentang Polusi Udara, Peneliti Untirta: Kok Beda?

Kamis, 14 September 2023 – 10:57 WIB
Polusi udara. Ilustrasi. Foto dok jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Ahli Emisi Udara dari Universitas Sultan Agung Tirtayasa, Profesor Anton Irawan menyoroti hasil kajian dari Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA).

Anton menyebut hasil kajian CREA tidak valid dan perlu memperjelas permodelan kajian yang menyebutkan polusi udara akibat PLTU.

BACA JUGA: MS Instruments, Produk Anak Negeri jadi Andalan Pantau Kualitas Udara

“Kok beda, kan, sudah banyak kajian yang menyatakan transportasi sebagai penyebab utama polusi udara,” kata Anton. 

Prof Anton mengatakan, jika benar CREA menggunakan pemodelan kualitas udara dengan Calpuff maka kecil kemungkinan polusi itu diakibatkan oleh PLTU.

BACA JUGA: Polusi Udara Masih Mengintai, 4 Barang Ini Bisa Melindungi Kita

Menurutnya, jika digunakan lebih dari 100 km, maka hasil yang dilakukan membutuhkan sarana komputasi yang handal serta potensi untuk tidak valid besar.

“Saya perikirakan hasilnya kurang valid. Dia mengukur sampai Bandung. Jarak PLTU yang diukur sampai Bandung itu hampir 250 kilometer. Software Calpuff itu biasanya digunakan untuk mengukur jarak dekat. Tidak lebih dari radius 100 kilometer,” katanya.

BACA JUGA: Vastu Garden City, Hunian Premium dengan Banyak Keunggulan

Jadi menurut Anton perlu dilakukan investigasi lebih lanjut untuk sumber emisi yang menyebabkan kualitas udara di Jakarta menurun.

Menurut Anton, emisi PLTU Suralaya sudah terkonsentrasi hanya di sekitar kawasan pembangkitan menyusul diterapkannya teknologi berbasis tinggi. Rata-rata PLTU sudah dipasang Electrostatic Precipitator atau yang sering disebut ESP. Hasil efisiensi penyaringan abu dengan ESP dapat mencapai 99,5%.

Penyaringan emisi tersebut, paparnya, bisa terlihat dari perbedaan asap yang dikeluarkan dari PLTU.

“Sekarang sudah bagus pengelolaan pembangkitan listrik berbasis batu bara di Tanah Air, dan tinggal bagaimana pemantauan oleh pemerintah sehingga emisi udara ambient tetap di bawah baku mutu emisi sesuai PP No 22 tahun 2021 di lampiran VII” katanya.

Lagi pula, Anton menegaskan, kajian yang dilakukan saat ini menunjukkan bahwa tidak ada emisi yang mengarah ke Jakarta.

“Pada Juli-Agustus tahun ini, angin sedang mengarah ke Samudra Hindia. Jadi sangat tidak mungkin mengarah ke Jakarta dengan jarak yang lebih dari 100 km pada Juli–Agustus ini," sebutnya.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler