Soto Kadipiro Yogyakarta, Dari Kolonial ke Milenial

Kamis, 16 Desember 2021 – 11:16 WIB
Pelayan mempersiapkan pesanan Soto Kadipiro, Rabu (15/12). Foto: M. Sukron Fitriansyah/JPNN.com

jpnn.com, YOGYAKARTA - Warung Soto Kadipiro yang terletak di Jalan Wates No. 33, Dukuh Kadipiro, Bantul, Yogyakarta selalu ramai dikunjungi konsumen dari dahulu sampai sekarang.

Meski dari luar tampak biasa saja, warung tersebut punya magnet tersendiri.

BACA JUGA: Jamu PSIM, Sultan HB X Kenang Momen Jadi Pemain Klub Setia Yogyakarta

Soto Kadipiro bukan sekadar makanan, tetapi tentang rasa yang tetap dijaga dengan baik.

Dari segi tampilan, Soto Kadipiro tampak tidak ada beda dibanding soto kebanyakan.

BACA JUGA: Deddy Corbuizer Ungkap Video Rahasia Laura Anna, Bikin Terenyuh

Akan tetapi, Soto Kadipiro dari segi bahan ternyata menggunakan ayam kampung asli, termasuk untuk urusan kaldu.

Hal tersebut membuat rasa Soto Kadipiro tetap terjaga sejak berdiri hingga sekarang.

BACA JUGA: Siskaeee Mengalami Trauma Masa Lalu, Psikolog Beber Cara Menyembuhkannya

Usaha Soto Kadipiro dimulai sejak Indonesia masih pada zaman kolonial, 1928 silam.

"Didirikan oleh kakek saya yang bernama Tahir Kartowijoyo. Beliau mengelola warung Soto Kadipiro ini sampai 1975," kata penerus usaha Soto Kadipiro Hendy Suharli, Rabu (15/12).

Harli, sapaan akrabnya, merupakan generasi ketiga yang menjalankan usaha Soto Kadipiro.

"Setelah kakek saya meninggal, lalu diteruskan bapak saya sampai 2010," imbuhnya.

Setelah 2010, usaha Soto Kadipiro diteruskan oleh Harli bersama tiga saudara kandung.

Pria berambut gondrong itu kemudian membeberkan fakta soal cabang Soto Kadipiro.

Menurutnya, istilah cabang tersebut sebetulnya tidak ada.

Tiga warung Soto Kadipiro yang berada di sekitar lokasi asli merupakan usaha dari saudara bapaknya.

"Semua Soto Kadipiro yang ada di Jogja itu, mesti ada darahnya mbah saya," terangnya.

Soto Kadipiro selalu ramai dikunjungi konsumen dari berbagai kalangan, seperti pejabat, artis, kaum milenial, dan sebagainya.

Beroperasi mulai jam 7.30 pagi, Soto Kadipiro yang dijual Rp 18 ribu selalu habis menjelang siang karena dibeli pelanggan.

"Jam 11 siang sudah habis, kami tutup," tutup Harli. (mcr25/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur : Dedi Yondra
Reporter : M. Syukron Fitriansyah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler