BOGOR- Pembangunan proyek pusat olahraga (Sport Center) di Bukit Hambalang, Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, masih menyisakan banyak pertanyaan. Terutama masalah harga pasti tanah yang memang tidak banyak orang mengetahuinya, berapa masyarakat menjual dan pemerintah membelinya.
Menurut sumber Radar Bogor (Grup JPNN), transaksi yang terjadi untuk membangun pusat olahraga terpadu itu hanya untuk membayar ganti rugi lahan garapan. Artinya, masyarakat penggarap lahan perkebunan mendapat dana kompensasi untuk meninggalkan mata pencaharian mereka dengan lembaran rupiah senilai hasil bumi yang selama ini dikeruk.
Awalnya, harga tanah di kawasan Hambalang berkisar antara Rp1000-22.500. Namun, sejak adanya megaproyek dengan hilir mudik truk-truk besar pengangkut paku bumi, harga tanah di sekitar hambalang langsung menjulang tinggi.
“Sebelum ada pembangunan ini, harga kisaran tanah sama rata, dikisaran terendah Rp1000-22.500 per meter. Itu bagi tanah garapan masyarakat. Sedangkan berbeda dengan tanah milik masyarakat yang memang memiliki bukti kepemilikan berupa akte dan girik, harganya bisa di kisaran Rp5000-20.000 per meter pada tahun 1995-1996,” kata dia.
Namun, sumber tersebut menjelaskan, dari dulu tak ada harga khusus. Karena, semua harga tanah dari keseluruhan wilayah di Hambalang dibanderol sama. Tak terkecuali lahan yang tengah dibangun sport center di Bukit Hambalang. Menurutnya, yang membedakan hanya status tanah yang menyebabkan harga melambung tinggi.
“Sebagian besar tanah disini sudah bukan milik masyarakat asli lagi, sudah milik orang pendatang. Yang tersisa dimiliki masyarakat hanya tanah yang berdiri bangunan rumah saja,” ungkapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, harga tanah saat ini permeternya bisa mencapa harga Rp200.000-300.000 per meter. Apalagi ditambah letak strategis tanah yang berada di pingggir jalan, hal itu menjadi patokan harga tanah disana.
“Kalau tanah berada di belakang dan jauh berada di dalam dihargai Rp 10.000 permeter dari lokasi Sport Center,” terangnya.
Fluktuasi harga tanah di wilayah timur Kabupaten Bogor memang sedang mengalami gelojak yang signifikan. Pembangunan pusat bisnis dan perbelanjaan seperti di kawasan Sentul, Cibinong, hingga Gunungputri dan Cibubur mendongkrak harga tanah hingga beberapa ratus kali lipat.
Belum lagi berbagai akses fasilitas umum seperti rumah sakit yang kian menjamur, menjadikan wilayah ini target pelarian masyarakat megapolitan yang mengais rupiah di Ibukota Jakarta.
Kasi Pendataan dan Penilaian pada Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten Bogor, T Mulya mengatakan, potensi terbesar untuk pemukiman dan bisnis di kuasai wilayah Bogor bagian timur. Mulai dari Gunungputri, Klapanunggal, Citeureup, Babakanmadang, Sentul, Cibinong dan Sukaraja.
“Jika melihat potensi dari PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) wilayah ini cukup besar dan terus berkembang," kata dia.
Menurut Mulya, berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) harga tanah di Desa Nagrak, Kecamatan Gunungputri mencapai Rp1,7 juta. Kawasan ini memang dikuasi daerah perumahan dan pemukiman elite, sehingga NJOP mengikuti pertumbuhan ekonomi dan pemasukan target pajak.
Sedangkan untuk kawasan Sentul, meski sudah banyak dikuasai pihak Bukit Sentul, namun penerimaan PBB dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) cukup tinggi. “Yang pasti Cibubur dan Gunungputri di atas Rp1 juta,” ungkapnya.
Ia menambahkan, saat ini Dispenda tengah membuat program agar transaksi di kawasan beekembang sesuai dengan harga minimal yang telah ditetapkan. Sedangkan rasio jumlah pajak di wilayah pinggiran Kabupaten Bogor masih dirasa kurang. Di antaranya Kecamatan Jasinga, Cigudeg, Rumpin, Tenjolaya dan Pamijahan. Rata-rata fluktuasi harga tanah dipengaruhi tingkat perekonomian wilayah, dan dikuasai oleh wilayah industri dan pusat bisnis, niaga dan kawasan pemukiman elite.
“Misalnya Citeureup industri, Babakanmadang industri dan Cibinong pemukiman dan pusat niaga. Sementara kawasan Puncak mulai jenuh. NJOP hanya dikisaran Rp800 ribu,” tandasnya. (bac/ric)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Setiap Hujan Proyek Hambalang Roboh
Redaktur : Tim Redaksi