jpnn.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan perempuan Indonesia harus terus meningkatkan kompetensi dan kualitas diri, terutama mengenai peran kepemimpinan.
Hal itu diungkapkan Sri Mulyani dalam webinar Women Leaders Forum (WLF) 2022: “Achieving an Equal Future” yang diadakan Katadata untuk memperingati Hari Perempuan Internasional yang tahun ini mengusung semangat #BreakTheBias.
BACA JUGA: Wujudkan Kesetaraan Kepemimpinan, Pupuk Indonesia Dukung Pengembangan Talent Perempuan
"Penting untuk mengatasi stereotip yang kerap melekat pada perempuan," ujar Sri Mulyani dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (9/3).
Menurutnya, kompetensi dan kualitas juga akan berdampak pada reputasi perempuan yang kerap dianggap tidak kompeten di suatu bidang.
BACA JUGA: Begini Saran Rerie untuk Hancurkan Stereotip dan Bias, Perempuan Harus Tahu
"Harus dapat membuktikan bahwa mereka pantas berada di posisi tersebut. Karena tantangan yang sebenarnya adalah bagaimana membuat institusi yang kita pimpin bekerja sesuai fungsinya,” lanjut Sri Mulyani.
Presiden Direktur PT Unilever Indonesia, Tbk. Ira Noviarti menjelaskan, Unilever Indonesia terus melakukan penguatan komitmen dan kemitraan untuk menciptakan kesetaraan gender di seluruh value chain perusahaan; sejalan dengan salah satu pilar keberlanjutan dalam strategi ‘The Unilever Compass’, yaitu berkontribusi pada dunia yang lebih adil dan inklusif.
BACA JUGA: Rayakan Hari Perempuan Sedunia, Yura Yunita Unggah Foto Menyentuh ini
Chair dari Women in Business Action Council, Presidensi B20 Indonesia (B20 WiBAC) itu menyebut pihaknya menciptakan lingkungan dan iklim kerja yang mengarusutamakan kesetaraan gender yang menjadi salah satu kunci penting untuk menumbuhkan lebih banyak pemimpin perempuan.
"Salah satu komitmen penting dari Unilever Indonesia. Tidak hanya itu, upaya untuk mendobrak bias gender juga dilakukan Unilever Indonesia melalui kampanye yang diusung oleh sejumlah brand guna menciptakan iklim kesetaraan gender yang lebih luas di tengah masyarakat," ujarnya.
Ira membeberkan salah satu cara menghilangkan hambatan dan menciptakan peluang yang sama bagi perempuan adalah dengan mengedepankan keseimbangan gender di ruang lingkup perusahaan.
"Saat ini lima dari sembilan Board of Directors kami adalah perempuan, sementara di level senior leader berikutnya kami juga sudah mencapai prosentase hampir 50 persen perempuan,” lanjut Ira.
Semangat ini sejalan dengan yang diperjuangkan oleh B20 WiBAC untuk mendorong representasi kepemimpinan perempuan.
Data yang dikumpulkan B20 WiBAC menunjukan bahwa sampai Maret 2021 posisi Board of Directors rata-rata diduduki hanya 25,5 persen perempuan, sementara dan hanya tujuh persen dari perusahaan-perusahaan dalam Russell Index 3.000 yang memiliki dewan direksi yang seimbang secara gender.
Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams PSM menjelaskan ketimpangan gender merupakan persoalan yang sudah ada dari generasi ke generasi, sehingga membutuhkan waktu panjang untuk memperbaiki hal tersebut.
Pandemi Covid-19 pun semakin menunjukkan adanya ketimpangan antara perempuan dan laki-laki, salah satunya ditunjukkan oleh laporan Global Gender Gap Index 2021, yang menempatkan Australia berada di nomor 50 dari 156 negara.
Pemerintah Australia mengakui ada ketimpangan dalam keterlibatan perempuan dan juga masalah di tempat kerja, ada juga masalah kehilangan pekerjaan, karena biasanya perempuan bekerja di dalam sektor informal.
"Kami terus mencari jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut, termasuk terus bekerja sama dengan Indonesia untuk memberikan kepemimpinan serta advokasi yang kuat dalam memajukan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan," ucap Penny.
Namun, fokus yang dimiliki Australia untuk Indonesia adalah bagaimana bisa mencapai pemberdayaan perempuan tanpa harus terkena dengan isu-isu yang ada.
"Serta bagaimana perempuan dapat terlibat dalam pembuatan keputusan dan yang lainnya,” jelas Penny. (mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia