Sriwijaya FC Dekati Zona Degradasi, Para Suporter Mulai Risau

Kamis, 03 Agustus 2017 – 20:51 WIB
Airlangga Sucipto penyerang Sriwijaya FC (kiri) support Alberto Goncalves yang sedang tertunduk lesu usai pertandingan hadapi Perseru di Stadion Gelora Sriwijaya, Jakabaring, tadi malam (2/8). FOTO: KRIS SAMIAJI/SUMEKS

jpnn.com, PALEMBANG - Rasa was-was tengah menyelimuti suporter Sriwijaya FC saat ini. Mereka khawatir tim berjuluk Laskar Wong Kito terdegradasi ke Liga 2 musim depan.

Sinyal itu, tampak setelah Yu Hyun Koo bersama kolega kesulitan menjauh dari kejaran zona degradasi.

BACA JUGA: Gelandang Serang SFC Akui Jadwal Padat Kuras Tenaga Pemain

Apalagi Sriwijaya FC betah di papan bawah setelah hanya mampu koleksi 21 poin dari 17 pertandingan.

“Harapan kami Sriwijaya dapat bermain lebih baik lagi pada putaran kedua. Komposisi pemain yang pas dan solid sehingga Sriwijaya dapat mengejar juara di liga bergengsi. Itu saja, tidak ada permintaan lain hanya juara,” kata Henny Agustri Kusumawati Firmansyah, ketua S-MAN Angel seperti dilansir Sumatera Ekspres (Jawa Pos Group) hari ini.

BACA JUGA: Misi Berat Sriwijaya FC Agar Tak Terdampar di Bibir Zona Degradasi

Henny, sapaan akrabnya, ingin ada perombakan di jajaran pelatih. “Kalau bisa Papa Gumbs (Keith Kayamba Gumbs) bisa kembali ke Sriwijaya. Meski kami tahu Papa Gumbs sedang sekolah pelatih lagi di luar negeri dan sudah terikat kontrak dengan klub lain,” tukas Henny.

Agung Fachrurrozi, presiden Ultras Palembang minta agar manajemen Sriwijaya harus melakukan perbaikan dengan cepat.

BACA JUGA: Pro Duta FC Mundur, PSMS Medan Kehilangan Tiga Poin

“Menurut kami, pemain belakang dan playmaker kebutuhan mendesak Sriwijaya FC saat ini. Dua pemain dengan bernaluri bertahan ini sangat dibutuhkan di putaran kedua. Kami khawatir jika gak segera berbenah Sriwijaya FC turun ke Liga 2,” terang Agung.

Rasa was-was itu, diakuinya, semakin menjadi-jadi jika melihat pergerakan manajemen Sriwijaya FC di transfer window. Manajemen baru bisa mengimpor bek asing asal Portugal bernama Vitor Manuel dos Santos Bastos.

Tapi statusnya belum jelas. Apakah marquee player atau pemain biasa. Jika pemain biasa, maka Hilton Moreira atau Alberto Beto Goncalves yang akan jadi korban. Tapi jika dia marquee player maka Tijani Belaid yang dilego. Sudah statusnya belum jelas, kualitasnya juga belum bisa dipastikan karena dia harus melalui proses seleksi.

Diakuinya, jika kualitas Vitor sesuai kebutuhan tim, bagus buat Sriwijaya FC. Lini belakang tambah kuat jika Bio Paulin juga bisa main. Dengan lini belakang yang kokoh akan menambah ketenangan para striker mencetak gol.

Mengingat, fokus para penyerang selama putaran pertama Liga 1 lebih sering turun membantu pertahanan. Contoh Hilton Moreira atau Beto sering mem-back up lini tengah saat diserang. Padahal Beto termasuk striker yang sudah berumur.

Sementara para gelandang sibuk membantu lini belakang. Kondisi ini diakuinya tidak ideal untuk tim sekelas Sriwijaya FC. Sementara kebutuhan pemain untuk posisi lainnya belum juga muncul.

“Jika melihat klub lain sudah agresif datangkan pemain untuk perkuat tim. Sementara Sriwijaya FC belum jelas siapa yang direkrut sementara untuk yang keluar sudah jelas. Maldini Pali dan Hendra Sandy. Jujur, kami belum puas dengan pergerakan Sriwijaya FC di transfer window ini,” tukasnya.

Kelompok suporter Sriwijaya FC lainnya, Singa Mania, juga gelisah dengan aksi manajemen di bursa transfer pertengahan musim ini. Skuat Sriwijaya FC belum menunjukkan perubahan berarti. Padahal putaran kedua sudah mulai 4 Agustus, sementara bagi Sriwijaya FC 5 Agustus dengan menantang tuan rumah Borneo FC di Kalimantan.

“Kami belum puas dengan pergerakan Sriwijaya FC di transfer window. Memang sudah didatangkan bek tengah asing, tapi belum tahu juga apakah dia pemain bagus atau gak. Marquee player atau gak. Kalau memang marquee player, masak iya mau diseleksi,” ungkap Ketum Singa Mania, Ariyadi Eko Neori, Rabu (2/8).

Sriwijaya FC memang butuh bek tangguh di jantung pertahanan. Rapuhnya pertahanan selama putaran pertama memaksa Sriwijaya FC kebobolan 21 gol. Itu menjadi kebobolan terbanyak ketujuh dari 18 tim Liga 1.

Beruntung lini depan bisa mengimbanginya dengan menabung 21 gol juga ke gawang lawan. Manajemen juga dianggapnya belum bergerak menutup lubang di sektor lain. Ini karena sektor gelandang dilihatnya butuh penguatan. Terutama pos gelandang bertahan.

“Kami sih inginnya pemain yang datang gak butuh waktu lama adaptasi. Misal, pemain tersebut pernah satu tim dengan pemain yang akan menjadi tandem. Atau mungkin yang berkualitas dan punya nama. Biasanya pemain berkualitas cepat adaptasinya,” jelasnya. (cj11/kmd/ion/ce2)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kerasnya Persaingan Liga 1 Bikin Sebelas Pelatih Ini Harus Tersingkir


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler