jpnn.com - JAKARTA - Pameran Business Matching Tahap VII Tahun 2024 menjadi ajang bergengsi bagi satuan pendidikan vokasi untuk memamerkan produk-produk inovasinya.
Dari sekian banyak stan yang dihadirkan peserta pameran, stan vokasi menjadi salah satu yang menarik perhatian para pengunjung.
BACA JUGA: Hari Musik Nasional 2024, Kemendikbudristek Gelar Serangkaian Acara
Para pengunjung pameran itu berasal dari berbagai kalangan, mulai pebisnis, industri hingga pemangku kebijakan.
Total ada sekitar 182 stan yang turut dalam pameran yang diselenggarakan di Denpasar, Bali, pada 4-7 Maret 2024.
BACA JUGA: Sekjen Kemnaker Jajaki Kerja Sama Riset Pelatihan Vokasional dengan BiBB Jerman
Stan-stan tersebut memamerkan berbagai macam produk dalam negeri yang berasal dari binaan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), serta Kementerian Pertahanan (Kemhan).
Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti menyampaikan bahwa Pameran Business Matching Tahap VII Tahun 2024 menjadi salah satu upaya pemerintah untuk mendukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI), di samping mewujudkan kemandirian bangsa.
BACA JUGA: 2madison Gallery Hadirkan Pameran Seni Dual Exhibiton
"Keberhasilan gerakan ini bisa mendorong perkembangan industri dalam negeri, peningkatan lapangan kerja baru, penyerapan tenaga kerja, dan berbagai multiplier effect lainnya yang akan memperkuat pertumbuhan ekonomi di Indonesia," kata Sesjen Suharti.
Dia melanjutkan untuk menyukseskan Gernas BBI, Kemendikbudristek meningkatkan pengembangan produk dalam negeri yang dilakukan satuan pendidikan terutama SMK untuk menjadi produk usaha mikro, usaha kecil, dan koperasi, serta meningkatkan pengembangan produk dalam negeri yang dilakukan perguruan tinggi untuk menjadi produk substitusi impor.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Kiki Yuliati mengatakan bahwa sejak awal Ditjen Pendidikan Vokasi terus berupaya memastikan relevansi lulusan vokasi untuk menjawab dan memenuhi kebutuhan masyarakat termasuk dunia usaha dan dunia industri. Dirjen Kiki juga menambahkan bahwa dampak kegiatan sangat positif.
Saat ini anak-anak vokasi bukan hanya belajar membuat dan melakukan praktik. Namun, mereka juga sudah memperhatikan bahwa kalau memproduksi sesuatu ada kepentingan pelanggan yang harus dipikirkan.
"Dengan kesadaran tersebut, maka dampak positif tersebut juga dirasakan oleh perguruan tinggi. Pada level perguruan tinggi, riset yang mereka lakukan akan makin maju dan berkualitas,” tambah Kiki.
Dia berharap produksi vokasi terus berkembang, memproduksi karya secara massal, dipasarkan ke pasar industri, dan dipakai oleh masyarakat Indonesia.
Kepala SMKN 2 Salatiga Sriyanto menuturkan bahwa sepanjang pameran yang berlangsung selama empat hari tersebut, setidaknya sudah ada lebih dari 10 pihak yang telah melakukan komunikasi untuk membahas kemungkinan-kemungkinan kerja sama.
Pembicaraan awal kerja sama tersebut tidak hanya kalangan industri, tetapi juga berasal dari pemerintah daerah, hingga asosiasi.
“Rata-rata mereka ingin mengajak kerja sama untuk menghasilkan produk-produk inovasi lokal, utamanya produk yang ramah disabilitas,” kata Sriyanto. (esy/jpnn)
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Mesyia Muhammad