Steak Daging Merah dan Susu Segar untuk Pemain Persija

Selasa, 13 Februari 2018 – 06:51 WIB
Marko Simic (dua dari kiri) dan Asri Akbar (kiri) di Bandara Internasional Adisumarso Solo akan terbang menuju Malaysia dalam pertandingan AFC Cup, kemarin (12/2). FOTO: Angger Bondan/Jawa Pos

jpnn.com - Peluit panjang wasit Yudi Nurcahya di Stadion Manahan, Solo, kemarin seharusnya disambut luapan kegembiraan oleh para penggawa Persija Jakarta. Sebab, mereka memastikan diri lolos ke final Piala Presiden.

FARID S.M., Solo
BAGUS P.P., Denpasar

BACA JUGA: Persija Langsung ke Johor Hadapi Tim Darul Tazim di AFC Cup

Tapi, ekspresi kegembiraan itu ternyata tak begitu terlihat di Stadion Manahan, Solo, kemarin sore (12/2).

Hanya ada aplaus di tengah lapangan setelah menundukkan PSMS Medan 1-0 dalam semifinal kedua. Lantas, tergesa-gesa masuk ke ruang ganti.

BACA JUGA: Djanur Berharap Bisa Maksimal di Perebutan Posisi Ketiga

Persija memang harus menunda pesta perayaan tersebut. Ismed Sofyan dkk dikejar waktu. Mereka mesti segera bergegas menuju Bandara Adi Soemarmo, Solo. Mengejar penerbangan menuju Jakarta.

’’Flight kami pukul 18.45, transit Jakarta, lalu transit Singapura, sebelum lanjut ke Johor, Malaysia,’’ jelas Eko Supriyono, media officer Persija.

BACA JUGA: PSMS Gagal di Piala Presiden, Djanur: Persija Lebih Baik

Persija harus sampai Johor sebelum tengah malam. Itu kalau mereka tidak ingin terkena denda AFC karena tidak datang H-2 sebelum pertandingan AFC Cup melawan tuan rumah Johor Darul Takzim pada Rabu besok (14/2).

’’Kalau berangkat sekarang, kami sampai Johor insyaAllah sebelum tengah malam,’’ katanya.

Itulah risiko yang harus dihadapi Persija karena terjun di dua ajang dengan jadwal berdempetan.

Sepulang dari Johor pada Kamis lusa (15/2), otomatis mereka cuma punya waktu persiapan sehari sebelum berlaga di final Piala Presiden.

Tapi, Persija tak sendiri. Semifinalis Piala Presiden lainnya, Bali United, bernasib serupa.

Tim yang menahan imbang Sriwijaya FC di first leg semifinal itu bahkan sudah mengalaminya lebih awal. Sejak kualifikasi Liga Champions.

Kemarin Persija bahkan sudah check out terlebih dahulu dari hotel tempatnya menginap pukul 12.00.

Tim berlambang Monas di dada itu datang ke Stadion Manahan, Solo, sangat awal, satu jam sebelum PSMS datang. Tepatnya pukul 12.10.

’’Kami meeting-nya di stadion. Mau bagaimana lagi, harus begini untuk menyiasati waktu,’’ jelasnya.

Setelah pertandingan pun, jumpa pers kepada awak media harus dipercepat. Hanya satu sesi yang terdiri atas tiga pertanyaan.

’’Kami mohon maaf, kami harus mengejar flight,’’ kata Eko kepada media yang sudah menanti Persija setelah laga.

Di semifinal saja, mereka harus main dua kali dalam tiga hari. Hanya ada jeda waktu sehari untuk istirahat.

Untuk menuju bandara kemarin, kurang lebih ada dua mobil polisi yang mengawal bus Persija sepanjang perjalanan.

Itu belum termasuk beberapa motor patroli dari Polresta Surakarta yang stand by di beberapa perempatan untuk mengatur lalu lintas.

Berangkat dari stadion pukul 17.05, Persija sampai di bandara 30 menit kemudian, setelah menempuh jarak sekitar 11 kilometer. Menembus padatnya lalu lintas Kota Solo di sore hari.

Selain kelelahan, risiko cedera jadi momok paling menakutkan bagi Persija. Pelatih Persija Stefano Cugurra Teco pun menyebut jadwal timnya sangat tidak ideal. ’’Kasihan pemain, mereka harus bermain 3 kali dalam 5 hari,’’ tegasnya.

Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Teco pun harus berkompromi dengan jadwal yang ada. Berbagai cara dilakukannya. Salah satunya adalah benar-benar menghemat tenaga para pemain inti.

Ya, dalam dua pertandingan semifinal melawan PSMS, Teco memakai semua jatah pergantian pemain untuk meminimalkan risiko kelelahan dan cedera. Di leg pertama pada 10 Februari lalu, enam pemain masuk menggantikan para starter.

Di leg kedua, sama. Enam pemain pengganti juga masuk. Dua pemain andalan, Riko Simanjuntak dan Marko Simic, tak dimainkan penuh selama 90 menit.

’’Sebelum pertandingan, saya diskusi kepada pemain. Siap atau tidak, lelah atau kuat. Saya tidak mau paksa,’’ ujarnya.

Saat pertandingan pun, pelatih asal Brasil itu bakal secepatnya mengambil keputusan jika melihat pemainnya kelelahan atau cedera. Menggantinya di luar skema yang sudah disusun.

’’Tidak peduli main bagus atau tidak. Saya tidak mau ada cedera, saya lihat harus diganti, ya diganti,’’ ungkapnya.

Dia juga tidak memberikan latihan yang keras selama di Solo. Saat jeda antarsemifinal, misalnya, Teco hanya memberikan latihan ringan bersifat recovery dan peregangan otot. Bahkan, untuk pemain yang turun di leg pertama, hanya ada senam ringan di pinggir lapangan.

Sebab, bagi Teco, dua turnamen yang diikuti Persija sama-sama penting. Jika juara Piala Presiden, bisa dibilang itu akan jadi gelar paling berarti Persija sejak menjuarai Liga Indonesia pada 2001.

Sedangkan di Piala AFC, sudah 16 tahun Persija tidak bermain dalam ajang tersebut. ’’Saya tidak mau menunggu 16 tahun lagi untuk itu. Jadi, saya harus benar-benar serius,’’ ucapnya.

Selain mengatasinya dengan rotasi pemain, Teco yang dibantu staf pelatih juga memberikan berbagai suplemen khusus. Misalnya, larangan makan daging sebelum pertandingan.

”Terapi” penggantinya, sesudah pertandingan, skuad Persija diberi asupan steak daging merah. Itu bisa mengembalikan energi yang hilang saat pertandingan.

Selain itu, pemain wajib minum susu segar selama di Solo. Susu diberikan setelah makan besar.

Pihaknya juga mengharuskan skuadnya banyak-banyak minum air putih dingin untuk mengganti cairan yang hilang. Dan, mengatur metabolisme tubuh agar normal. ’’Mencegah kram otot juga,’’ lanjutnya.

Pemberian vitamin yang rutin pun dilakukan. ”Pemain juga harus benar-benar memanfaatkan waktu istirahat yang ada,” ungkapnya.

Ramdani Lestaluhu, salah seorang penggawa Persija, bersyukur punya pelatih seperti Teco. Yang mau berdiskusi untuk menentukan skuad yang akan bermain jelang pertandingan.

’’Dia (Teco) juga mengerti kualitas pemain kami. Tidak pernah memaksakan, yang terpenting hasilnya bagus untuk tim,’’ bebernya.

Kalau Persija harus main tiga kali dalam lima hari, Bali United malah harus turun ke lapangan tiga kali dalam empat hari.

Minggu lalu (11/2) mereka melawat ke Palembang, markas Sriwijaya FC, untuk melakoni first leg semifinal Piala Presiden.

Baru kemarin pagi (12/2) mendarat di Denpasar, hari ini sudah harus menjamu Yangon United dalam laga perdana grup G AFC Cup 2018. Dan, besok (14/2) harus kembali turun ke lapangan meladeni Sriwijaya di second leg.

Beruntung bagi tim berjuluk Serdadu Tridatu itu, mereka punya stok pemain melimpah. Ada 36 orang.

Karena itulah, sejak awal mereka membagi skuad menjadi dua. Satu untuk ajang di Asia, satunya lagi buat Piala Presiden.

Untuk tiap ajang, ada 25 pemain yang didaftarkan. Artinya, ada beberapa nama yang masuk daftar dua tim sekaligus.

Rata-rata mereka adalah pemain kunci. Di antaranya, Stefano Lilipaly, Ilija Spasojevic, Nick van der Velden, dan Taufiq. Masuknya mereka ke dua tim sekaligus memang bukan tanpa alasan.

”Kami ingin meraih hasil maksimal di dua kompetisi tersebut,” ungkap CEO Bali United Yabes Tanuri.

Maklum, Piala Presiden 2018 menjanjikan hadiah yang cukup besar, yakni Rp 3,3 miliar. Match fee-nya juga lumayan.

Tim pemenang berhak mengantongi Rp 125 juta. Sementara itu, jika imbang mendapat Rp 100 juta. Kalah pun masih bisa meraup Rp 75 juta.

Sementara itu, untuk AFC Cup 2018, Yabes punya alasan sendiri. ”Tim kami masih muda, tapi sudah tampil di AFC Cup. Prestisenya cukup tinggi sehingga kami tak ingin tampil asal-asalan,” kata Yabes.

Bukan hanya skuad yang dibagi. Agar konsentrasi Widodo Cahyono Putro tak terbelah, manajemen merekrut Hans Peter Schaller khusus untuk menangani tim di Piala Presiden.

Meski, seperti terlihat di perempat final dan first leg semifinal, Widodo turut mendampingi di bench.

”Memang (waktunya) sangat mepet. Bolak-balik juga cukup capek,” ungkap Widodo.

Yang pasti, para pemain yang masuk ke dua tim sangat capek. ”Lelah sih pasti. Tapi tetap semangat,” ungkap Agus Nova Wiantara, salah seorang pemain yang masuk daftar di dua skuad Bali United.

Widodo menyadari kelelahan yang dirasakan sebagian pemainnya tersebut. Karena itu, dia tak akan memaksa pemain yang tenaganya sudah benar-benar terkuras untuk tampil di hari ini.

”Meski dia masuk daftar tim AFC Cup, tapi kalau kelelahan, tetap akan kami cari penggantinya. Jangan dipaksakan,” ungkap pria 47 tahun itu.

Sebab, dia tak ingin anak asuhnya mengalami nasib serupa dengan Irfan Bachdim. Striker tim nasional Indonesia itu mengalami cedera saat Bali United bersua Chiangrai United (Thailand) dalam kualifikasi Liga Champions Asia 2017 pada 23 Januari lalu. Pergelangan kaki kanannya tertarik.

Hans Peter Schaller setuju dengan rencana Widodo itu. Dia akan berkoordinasi dengan koleganya tersebut tentang siapa saja yang bakal diistirahatkan dan siapa saja yang bakal dimainkan.

Itu agar prestasi di kedua ajang bisa diraih. ”Ada kans untuk menang atas Sriwijaya di leg kedua jika pemilihan pemain tepat,” ujar Schaller. (*/c10/ttg)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lolos Final Piala Presiden 2018, Persija Akhiri Rekor Buruk


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler