Setop Menyeret-nyeret Jokowi ke Dalam Masalah Partai Golkar

Sabtu, 02 Desember 2017 – 23:53 WIB
Wakil Ketua Umum SOKSI Erwin Ricardo Silalahi. Foto: Ist

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Depinas SOKSI Erwin Ricardo Silalahi keberatan Presiden Joko Widodo diseret-seret ke dalam masalah internal Partai Golkar.

Menurutnya, seharusnya kader Golkar justru menjaga Jokowi agar tetap berkonsentrasi pada tugas-tugas pemerintahan yang langsung bersentuhan dengan kesejahteraan rakyat.

BACA JUGA: Kosgoro Agung Laksono Nyatakan Dukungan untuk Airlangga

Pernyataan Erwin Ricardo ini menanggapi manuver segelintir elite Partai Golkar yang seolah-olah menarik Presiden Jokowi masuk ke dalam kemelut internal menyusul kasus hukum yang menimpa Ketua Umum Setya Novanto.

"Sebagai partai yang telah matang dalam sistem kepartaian, semestinya Partai Golkar dapat menyelesaikan permasalahan internalnya sendiri, tanpa mesti melibatkan lembaga kepresidenan. Sebagai mitra politik pendukung pemerintahan Jokowi-JK, semestinya Partai Golkar berada di garda depan untuk mengawal kehormatan posisi lembaga kepresidenan," ujar Erwin Ricardo yang juga Wakil Sekjen DPP Partai Golkar.

BACA JUGA: Reuni 212 Gerakan Anti-Jokowi, Anies Bintang Utamanya

Erwin Ricardo menegaskan, secara etis-moral organisasi, setiap kader Partai Golkar berkewajiban mengkritisi tindakan-tindakan politik yang berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan pelembagaan demokrasi di dalam Partai Golkar.

Inilah sejatinya refleksi konsistensi kader terhadap AD/ART Partai Golkar sebagai konstitusi tertinggi organisasi.

BACA JUGA: Jokowi: Peran Guru Tak Bisa Tergantikan

"Jadi, ini bukan soal siapa yang mendukung siapa, tetapi lebih merupakan ikhtiar mengawal mekanisme kelembagaan Partai Golkar," tegas Erwin Ricardo.

Dia mengajak semua komponen elite Partai Golkar agar mengambil langkah berani dan elegan untuk bersama-sama mengawal tata aturan organisasi Partai Golkar.

"Sekali lagi, ini bukan soal siapa mendukung siapa," tegas Erwin Ricardo.

Dia menjelaskan, sesuai ketentuan Pasal 32 ayat 3 point (a) yang berbunyi; "Musyawarah Nasional Luar Biasa adalah Musyawarah Nasional yang diselenggarakan dalam keadaan luar biasa, diadakan atas permintaan dan/atau persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 Dewan Pimpinan Daerah Provinsi".

Namun demikian, lanjut Erwin Ricardo, permintaan untuk Munaslub tersebut harus terlebih dahulu dibahas dalam Rapat Pleno DPP mengingat DPP merupakan badan pelaksana tertinggi partai yang bersifat kolektif.

Lagipula, kata Erwin Ricardo, setelah Rapat Pleno tidak bisa langsung digelar Munaslub, keputusan Rapat Pleno tersebut harus dibawa ke tingkat Rapat Pimpinan Nasional yang melibatkan DPP bersama seluruh Dewan Pimpinan Daerah Provinsi.

Erwin Ricardo mengimbau agar semua pihak menahan diri dengan menghormati hasil Rapat Pleno DPP yang telah digelar pada tanggal 21 November 2017, yang salah satu keputusannya adalah menunggu sampai keluarnya keputusan Sidang Pra-Peradilan.

Erwin Ricardo meminta semua elite Partai Golkar untuk lebih mengutamakan kepentingan strategis Partai Golkar yakni menjaga soliditas kader di seluruh Indonesia.

"Sampai hari ini saja Pra-Peradilan batal digelar dan harus ditunda gara-gara KPK tidak mau hadir di ruang sidang. Bagaimana mungkin kita sudah bertindak terburu-buru untuk menyelenggarakan Munaslub?" tanya Erwin Ricardo retoris. (mel/rmol)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Fahri Hamzah: Bawa Pak Jokowi ke Atas Panggung


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler