Stres jadi Salah Satu Penyebab Tertinggi Serangan Jantung di Masa Pandemi

Selasa, 29 September 2020 – 13:27 WIB
dr Antono Sutandar Sp.JP-K. Foto: tangkapan layar zoom

jpnn.com, JAKARTA - Masa pandemi COVID-19 memicu peningkatan kasus serangan jantung.

Pasalnya, selama masa pandemi, banyak masyarakat yang stres berat akibat krisis ekonomi dan kesehatan.

BACA JUGA: 4 Pemain Persebaya Positif COVID-19, Siapa Saja?

Sementara stres menjadi salah satu pemicu penyakit jantung koroner.

Menurut dr Antono Sutandar Sp.JP-K, ada sembilan faktor penyebab risiko serangan jantung, yakni rokok, hipertensi, kolesterol, kegemukan, diabetes, stres, alkohol, kurang olahraga, kurang makan sayur dan buah.

BACA JUGA: Serangan COVID-19 di India Makin Brutal, 95 Ribu Lebih Meninggal

Namun, dari faktor-faktor tersebut, terjadi perubahan tren di mana stes, rokok, dan kolesterol menjadi penyebab tertinggi terjadinya serangan jantung koroner.

"Kalau sebelumnya paling banyak karena rokok, alkohol, tekanan darah tinggi, nah belakangan stres jadi salah satu penyebab tertinggi serangan jantung di samping rokok dan kolesterol," kata Dokter Antono dalam diskusi kesehatan daring yang diselenggarakan Siloam Heart Institute-Siloam Hospitals Kebon Jeruk untuk memperingati Hari Jantung Sedunia, 29 September 2020.

BACA JUGA: Terbit Perpres 98 Tahun 2020 tentang Gaji PPPK, Honorer K2 Bertakbir, Menangis

Dijelaskan, data WHO 2018 menyebutkan, angka kematian di Indonesia, 33,5 persennya disebabkan oleh serangan jantung dan stroke.

Ini menjadi peringatan keras bagi masyarakat Indonesia untuk selalu menjaga kesehatan jantungnya apalagi di masa pandemi COVID-19.

Dia membeberkan, Januari 2020, masyarakat masih senang-senang menjalani kehidupannya.

Namun, Maret 2020 ketika virus Corona menghantam seluruh sendi kehidupan masyarakat, mulai muncul kekhawatiran. Rasa waswas dan ketakutan kena virus mematikan itu.

"Januari 2020 orang-orang masih terbawa euforia kegembiraan tahun baru tetiba kegembiraan itu dirampas paksa oleh COVID-19. Banyak yang stres dan mulai khawatir jangan sampai mati karena COVID-19," terangnya.

Belum lagi beban hidup makin berat karena adanya pembatasan aktivitas. Yang tadinya bekerja, banyak dirumahkan.

Kondisi stres ditambah dengan pola hidup yang tidak sehat, lanjut dokter spesialis jantung koroner  ini, memicu serangan jantung dan stroke.

Ironisnya, jumlah kasus yang meninggal karena pembuluh darah yaitu jantung dan stroke cukup banyak.

Itu sebabnya Dokter Antono menyarankan masyarakat untuk menjalankan program hidup sehat.

Lebih baik lagi bila melakukan diet seperti yang dilakukan penderita diabetes.

"Sebaik-baiknya diet itu seperti diet penderita diabetes. Selain itu harus pintar mengelola stres apalagi di masa pandemi. Ditambah olahraga teratur, dan berhenti merokok. Bagi yang ada riwayat jantung harus rutin kontrol. Jangan khawatir karena kami menerapkan standar protokol kesehatan tinggi," bebernya.

Pada kesempatan sama, dr Maizul Anwar Sp.BTKV menambahkan, pasien penyakit jantung tidak usah khawatir berobat ke rumah sakit khususnya Siloam Hospital.

Sebab, para pengunjung harus melakukan rapid test COVID-19 termasuk pasien yang mau berobat atau pendamping. Semua tenaga kesehatan baik dokter, perawat, dan tenaga pelayanan kesehatan juga dirapid test.

Sedangkan bagi pasien yang dirawat atau dioperasi harus melakukan Swab tenggorokan sebelum dirawat. Ini agar pasien yang dirawat bebas dari COVID-19.

"Jika pasien ditemukan hasilnya positif maka operasi ditunda dan dilakukan pengobatan COVID-19 dulu," terangnya. (esy/jpnn)

 

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler