SURABAYA - Peristiwa tragis mewarnai perjalanan KM Lambelu dari Namlea Maluku tujuan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Senin sore (29/4). Seorang penumpang yang diduga stres mengamuk dan membacok belasan penumpang lain. Untung, seluruh penumpang korban pembacokan bisa diselamatkan setelah sampai di Pelabuhan Tanjung Perak.
Pelaku pembacokan itu adalah Fasikun. Dia diketahui naik kapal dari Namlea, Maluku. Tampaknya, Fasikun hendak turun di Pelabuhan Tanjung Perak karena dia mengaku berasal dari Kecamatan Bobotsari, Purbalingga. Entah bagaimana ceritanya, Fasikun bisa masuk kapal dengan membawa senjata tajam. Sejumlah penumpang juga menduga Fasikun tidak bertiket karena tak mendapat jatah makan.
Peristiwa tragis itu bermula saat KM Lambelu meneruskan perjalanan dari Makassar menuju Pelabuhan Tanjung Perak. Nah, saat kapal berada di sekitar perairan Majene, Fasikun mulai berulah. "Awalnya, saya lihat dia ngobrol dengan penumpang lain. Saat penumpang lain itu mengambil jatah makan, dia tetap bertahan di dek 4 kapal," ujar Herman, salah seorang korban pembacokan.
Ketika melihat Fasikun sendirian di dek kapal dan tidak mengambil jatah makan, Herman menawarinya nasi. Namun, tawaran itu ditolak. Herman pun kembali ke dalam kapal untuk makan bersama istrinya.
Tiba-tiba Herman mendengar suara teriakan banyak orang di dek 4. Sesaat kemudian, tampak Fasikun berlari masuk ke dalam kapal sambil membawa pisau yang panjangnya sekitar 20 cm. Pisau itu disabetkan secara sporadis ke para penumpang kapal yang dia lewati. Herman dan istrinya tak luput dari sabetan senjata tajam Fasikun.
Tak puas mengamuk di dek 4, Fasikun naik tangga kapal dan menyusuri dek 5. Di sana, sejumlah orang juga terkena sabetan sajam Fasikun. Namun, orang-orang yang berada di dek tersebut lebih siap karena sebelumnya mendengar keributan di dek 4.
"Banyak orang di dek 4 yang kena bacok karena mereka tidak siap. Ada yang sedang makan, salat, bahkan tidur-tiduran. Yang lari terbirit-birit pun dikejar," papar Herman yang kemarin dirawat di RS PHC Tanjung Perak.
Nasib tak kalah tragis juga dialami Rohan. Saat di atas kapal, Rohan berusaha lari dari kejaran Fasikun. Dia berlari sambil menggendong Nuranisa, anaknya yang berusia empat tahun. Karena panik, Rohan terjatuh dan akhirnya terkena sabetan senjata Fasikun.
Bahkan, Nuranisa juga terkena sabetan di kepala kirinya. Akibatnya, balita perempuan itu harus menjalani pemeriksaan CT-scan dan dirawat intensif di ruang ICU. Tak ingin anaknya dilukai secara membabi-buta oleh tersangka, Rohan mendekap anaknya. "Saya yang akhirnya dibacok berkali-kali," ujar Rohan yang kemarin mengalami banyak luka di kepala, punggung, dan dua tangannya.
Fasikun diamankan petugas keamanan kapal dengan dibantu penumpang lain. Untuk melumpuhkan Fasikun, sejumlah penumpang berusaha keras mengeroyok bapak satu anak itu. Sejumlah pukulan mendarat di kepala Fasikun hingga pria stres tersebut tak berkutik. (gun/mas/fat)
Pelaku pembacokan itu adalah Fasikun. Dia diketahui naik kapal dari Namlea, Maluku. Tampaknya, Fasikun hendak turun di Pelabuhan Tanjung Perak karena dia mengaku berasal dari Kecamatan Bobotsari, Purbalingga. Entah bagaimana ceritanya, Fasikun bisa masuk kapal dengan membawa senjata tajam. Sejumlah penumpang juga menduga Fasikun tidak bertiket karena tak mendapat jatah makan.
Peristiwa tragis itu bermula saat KM Lambelu meneruskan perjalanan dari Makassar menuju Pelabuhan Tanjung Perak. Nah, saat kapal berada di sekitar perairan Majene, Fasikun mulai berulah. "Awalnya, saya lihat dia ngobrol dengan penumpang lain. Saat penumpang lain itu mengambil jatah makan, dia tetap bertahan di dek 4 kapal," ujar Herman, salah seorang korban pembacokan.
Ketika melihat Fasikun sendirian di dek kapal dan tidak mengambil jatah makan, Herman menawarinya nasi. Namun, tawaran itu ditolak. Herman pun kembali ke dalam kapal untuk makan bersama istrinya.
Tiba-tiba Herman mendengar suara teriakan banyak orang di dek 4. Sesaat kemudian, tampak Fasikun berlari masuk ke dalam kapal sambil membawa pisau yang panjangnya sekitar 20 cm. Pisau itu disabetkan secara sporadis ke para penumpang kapal yang dia lewati. Herman dan istrinya tak luput dari sabetan senjata tajam Fasikun.
Tak puas mengamuk di dek 4, Fasikun naik tangga kapal dan menyusuri dek 5. Di sana, sejumlah orang juga terkena sabetan sajam Fasikun. Namun, orang-orang yang berada di dek tersebut lebih siap karena sebelumnya mendengar keributan di dek 4.
"Banyak orang di dek 4 yang kena bacok karena mereka tidak siap. Ada yang sedang makan, salat, bahkan tidur-tiduran. Yang lari terbirit-birit pun dikejar," papar Herman yang kemarin dirawat di RS PHC Tanjung Perak.
Nasib tak kalah tragis juga dialami Rohan. Saat di atas kapal, Rohan berusaha lari dari kejaran Fasikun. Dia berlari sambil menggendong Nuranisa, anaknya yang berusia empat tahun. Karena panik, Rohan terjatuh dan akhirnya terkena sabetan senjata Fasikun.
Bahkan, Nuranisa juga terkena sabetan di kepala kirinya. Akibatnya, balita perempuan itu harus menjalani pemeriksaan CT-scan dan dirawat intensif di ruang ICU. Tak ingin anaknya dilukai secara membabi-buta oleh tersangka, Rohan mendekap anaknya. "Saya yang akhirnya dibacok berkali-kali," ujar Rohan yang kemarin mengalami banyak luka di kepala, punggung, dan dua tangannya.
Fasikun diamankan petugas keamanan kapal dengan dibantu penumpang lain. Untuk melumpuhkan Fasikun, sejumlah penumpang berusaha keras mengeroyok bapak satu anak itu. Sejumlah pukulan mendarat di kepala Fasikun hingga pria stres tersebut tak berkutik. (gun/mas/fat)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Layani Bupati Karena Dijanji Dinikahi
Redaktur : Tim Redaksi