Stuber, Kisah Kocak Polisi dan Supir Uber Memburu Tedjo

Jumat, 26 Juli 2019 – 17:36 WIB
Poster film Stuber. Foto: Fox Movies

jpnn.com - Genrenya memang action. Tapi, komedinya tak ketinggalan. Action-comedy itu membuat Stuber jadi tak membosankan. Film tersebut justru ringan meski sarat adegan laga.

Stu (Kumail Nanjiani), sopir Uber, tidak menyangka bahwa hidupnya akan berubah dalam sehari. Dia tiba-tiba mendapat order dari polisi bernama Vic (Dave Bautista). Polisi kekar, namun geraknya agak lamban karena sudah berumur dan pernah cedera parah.

BACA JUGA: Tarantino Sudah Membayangkan Star Trek Rasa Pulp Fiction

Kondisinya makin rumit karena mata Vic baru menjalani lasik. Jadi, pandangannya belum normal. Dia tak bisa menyetir sendiri sehingga harus menumpang Uber.

Mengantar penumpang seharusnya berakhir saat tiba di tempat tujuan. Syukur-syukur dapat bintang lima. ''Jangan lupa bintang limanya'' seolah jadi kalimat yang selalu diucapkan driver Uber macam Stu. Sayang, mendapat bintang lima dari Vic tidak semudah itu.

BACA JUGA: Mengintip Rumitnya Dapur The Lion King

Vic justru menyeret Stu ke petualangan laga yang jauh dari image Stu. Driver yang polos dan cenderung linglung itu harus menyamakan frekuensi dengan Vic yang gahar dan haus beraksi melawan penjahat. Keduanya punya karakter yang sangat berbeda. Tapi, kombinasi ketidakcocokan tersebut justru menjadi kunci keberhasilan jalan cerita film yang juga dibintangi Iko Uwais itu.

BACA JUGA:  

BACA JUGA: A Quiet Place 2 Mulai Digarap

Selain aksi heroik dan kekonyolan, film tersebut menyajikan unsur drama keluarga. Yakni, bagaimana relasi Vic-Stu akhirnya berkembang dari sekadar sopir dan penumpang menjadi lebih dekat. Sebagai teman.

Buat penonton Indonesia, film itu makin menarik karena ada Iko. Dia menjadi villain utama. Yakni, sebagai Tedjo, bandar narkoba kelas kakap di Los Angeles.

Sayang, latar belakang karakter Tedjo kurang diperdalam. Tidak diceritakan asal mula Tedjo menjadi buronan yang paling dicari LAPD hingga membuat Vic butuh waktu bertahun-tahun untuk mengejarnya.

Iko sendiri tidak khawatir meski mendapat peran villain. ''Dengan peran ini, aku justru lebih tertantang,'' ungkapnya saat ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu.

Namun, rupanya, film itu juga sama sulitnya seperti Stu yang ingin dapat bintang lima. Kritikus menilai film tersebut punya banyak kekurangan. Misalnya, yang ditulis Wendy Ide, kolumnis The Guardian. Dia hanya memberi rating bintang satu untuk film besutan Michael Dowse tersebut. ''Penulisan naskahnya kurang tajam. Dialog Stu dan Vic juga terkesan dipaksakan. Tidak ada yang bisa dilihat dari film ini,'' tulisnya.

Pendapat berbeda diberikan Matt Goldberg, kolomnis Collider. Dia mengulas betapa Bautista dan Nanjiani sebagai tokoh sentral sangat pintar memahami timing. Mereka tahu kapan harus bereaksi terhadap lawan main yang berpotensi bikin momen itu komikal. Jadi, meski itu film aksi, duo Bautista dan Nanjiani membawa penonton menuju genre yang berbeda. Komedi. ''(And) it still works,'' tulisnya. (deb/c18/jan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kabar Terbaru Film Penyelamatan Tim Moo Pa dari Gua Thailand


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler