JAKARTA -- Praktek suap dalam sepakbola Indonesia ternyata sudah lama terjadi. Praktek yang merusak sepakbola Indonesia bahkan terjadi sejak tahun 1980-an.
Juru Bicara Save Our Soccer (SOS) Apung Widadi menyatakan, pengaturan skor di era 80-an dilakukan oleh pemain dan wasit. Hal ini terjadi karena bayaran wasit dan pemain rendah.
"Istilah yang dikenal saat itu adalah sepakbola gajah," kata Apung Widadi dalam sebuah diskusi di Kopi Tiam Kawasan SCBD Jakarta Selatan, Selasa (12/3).
Praktek suap itu berlanjut ke era 90-an. Di era ini bayaran pemain sangat tinggi sementara bayaran kepada wasit masih rendah. "Di era ini yang terjadi adalah mafia wasit," ujar Apung.
Lalu di tahun 2000-an praktek pengaturan skor kembali terjadi meski bayaran wasit dan pemain cukup tinggi. Kali ini, kata Apung, yang bermain adalah mafia pengurus.
"Juga terjadi penyusunan jadwal yang tidak baik oleh oknum pengurus. Pengaturan skor, pengaturan juara, promosi dan hukuman," bebernya. (abu/jpnn)
Juru Bicara Save Our Soccer (SOS) Apung Widadi menyatakan, pengaturan skor di era 80-an dilakukan oleh pemain dan wasit. Hal ini terjadi karena bayaran wasit dan pemain rendah.
"Istilah yang dikenal saat itu adalah sepakbola gajah," kata Apung Widadi dalam sebuah diskusi di Kopi Tiam Kawasan SCBD Jakarta Selatan, Selasa (12/3).
Praktek suap itu berlanjut ke era 90-an. Di era ini bayaran pemain sangat tinggi sementara bayaran kepada wasit masih rendah. "Di era ini yang terjadi adalah mafia wasit," ujar Apung.
Lalu di tahun 2000-an praktek pengaturan skor kembali terjadi meski bayaran wasit dan pemain cukup tinggi. Kali ini, kata Apung, yang bermain adalah mafia pengurus.
"Juga terjadi penyusunan jadwal yang tidak baik oleh oknum pengurus. Pengaturan skor, pengaturan juara, promosi dan hukuman," bebernya. (abu/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... AC Milan Ingin Ulang Sejarah Bungkam Barca
Redaktur : Tim Redaksi