CHILI - Gempa bumi besar di Tohoku, Jepang dua tahun lalu ternyata memiliki efek sangat besar, hingga terasa di luar angkasa. Gempa yang berkekuatan 9,0 skala richter pada 11 Maret 2011 tersebut mampu mengirimkan riak suara melalui atmosfer hingga terdeteksi satelit European Space Agency (ESA).
Menurut para ilmuwan, instrumentasi super-sensitive mendeteksi adanya gangguan karena melewati gumpalan udara tipis 255 km di atas bumi. Meski telah lama diakui bahwa gempa besar akan menghasilkan gelombang akustik frekuensi sangat rendah, atau infrasonik yaitu jenis gelombang pada frekuensi di bawah deteksi telinga manusia. Tapi tidak ada satupun pesawat ruang angkasa di orbit yang mampu merekamnya hingga sekarang.
"Kami telah melihat sinyal ini sebelum satelit lain mendeteksinya," kata Dr Rune Floberghagen dari European Space Agency (ESA) seperti dilansir BBC (10/3).
Gelombang akustik terganggu kepadatan molekul udara dan mengubah kecepatan mereka. Satelit ESA lantas menangkap sinyal di atas Pasifik sekitar 30 menit setelah terjadinya peristiwa tersebut. Para ilmuwan sendiri sudah mempelajari dampak gempa bumi dari luar angkasa, khususnya melalui penggunaan radar untuk peta deformasi tanah saat terjadinya pergeseran lempeng benua.
Tohoku merupakan peristiwa alam luar biasa dan tepat hari ini (11/3) merupakan dua tahun sejak gempa dan tsunami yang menewaskan lebih dari 15.000 orang di Jepang. Berkaca pada berbagai peristiwa alam dan bencana di Bumi, termasuk meteor yang jatuh di Rusia beberapa waktu lalu, ESA berencana menurunkan orbit satelitnya pada Juni mendatang hingga di bawah 230 km untuk mempelajari medan gravitasi bumi. (esy/jpnn)
Menurut para ilmuwan, instrumentasi super-sensitive mendeteksi adanya gangguan karena melewati gumpalan udara tipis 255 km di atas bumi. Meski telah lama diakui bahwa gempa besar akan menghasilkan gelombang akustik frekuensi sangat rendah, atau infrasonik yaitu jenis gelombang pada frekuensi di bawah deteksi telinga manusia. Tapi tidak ada satupun pesawat ruang angkasa di orbit yang mampu merekamnya hingga sekarang.
"Kami telah melihat sinyal ini sebelum satelit lain mendeteksinya," kata Dr Rune Floberghagen dari European Space Agency (ESA) seperti dilansir BBC (10/3).
Gelombang akustik terganggu kepadatan molekul udara dan mengubah kecepatan mereka. Satelit ESA lantas menangkap sinyal di atas Pasifik sekitar 30 menit setelah terjadinya peristiwa tersebut. Para ilmuwan sendiri sudah mempelajari dampak gempa bumi dari luar angkasa, khususnya melalui penggunaan radar untuk peta deformasi tanah saat terjadinya pergeseran lempeng benua.
Tohoku merupakan peristiwa alam luar biasa dan tepat hari ini (11/3) merupakan dua tahun sejak gempa dan tsunami yang menewaskan lebih dari 15.000 orang di Jepang. Berkaca pada berbagai peristiwa alam dan bencana di Bumi, termasuk meteor yang jatuh di Rusia beberapa waktu lalu, ESA berencana menurunkan orbit satelitnya pada Juni mendatang hingga di bawah 230 km untuk mempelajari medan gravitasi bumi. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... AS Gunakan Kapal Kecil untuk Operasikan Pesawat Nirawak
Redaktur : Tim Redaksi