Sudah Muncul Nama Kandidat Pengganti Edy Rahmayadi

Kamis, 29 November 2018 – 08:45 WIB
Suporter Timnas Indonesia saat laga menghadapi Filipina di ajang Piala AFF 2018 di SUGBK, Jakarta, Minggu (25/11). Foto: Chandra Nur Satwika/JawaPos

jpnn.com, JAKARTA - Kegagalan Timnas Indonesia di Piala AFF 2018 sangat mengecewakan para pecinta sepak bola di tanah air. Boro-boro juara, lolos dari babak penyisihan grup pun tak mampu. Padahal, jika menilik komposisi tim, bisa dikatakan skuat kali ini cukup mumpuni. Lantas, apa yang salah dengan timnas kali ini?

Ragam kritik mengemuka tentang alasan Timnas Indonesia tak mampu bersaing dengan Thailand, Filipina, bahkan Singapura. Mulai keputusan PSSI tidak memperpanjang kontrak Luis Milla. Ini bahkan dinilai sebagai dosa paling besar federasi.

BACA JUGA: Edy Rahmayadi: Kalian Percaya Gubernur atau Menpora?

Sementara itu, Bima Sakti yang ditunjuk sebagai suksesor, minim jam terbang. Jangankan di level timnas, di level klub saja eks Persiba Balikpapan itu tidak punya nama.

Wajar Bima belum mampu menandingi tim lain yang notabene disentuh tangan-tangan pelatih sarat pengalaman. Sebut saja Sven Goran Erickson di Filipina. Pelatih yang sudah kenyang pengalaman menangani klub Eropa berhasil mengantarkan Filipina ke semifinal AFF 2018. Pelatih adalah sosok yang sangat menentukan bagi keberhasilan tim.

BACA JUGA: Siap Dimusuhi, Manajer Persib Dukung #EdyOut

Komposisi tim memang cukup mumpuni. Tapi starting eleven yang diturunkan dinilai monoton. Bima lebih sering menurunkan pemain yang sering mendapat kepercayaan pada era Luis Milla. Atau lebih tepatnya skuat Asian Games.

Padahal, level AFF adalah level tim senior. Artinya, skuat yang seharusnya bermain adalah pemain yang benar-benar mengerti atmosfer di level senior.

BACA JUGA: Tingkah Nyeleneh Terbaru Edy Rahmayadi

Kendati demikian, alasan tersebut sudah tidak berlaku. Indonesia sudah gugur mengenaskan. Edisi sebelumnya menempati posisi runner up. Tapi, kini gugur di fase grup.

Kegagalan tersebut menyebabkan masyarakat muak terhadap kepemimpinan Edy Rahmayadi. Tak sedikit yang menyuarakan agar gubernur Sumatra Utara itu mundur dari kursi ketua umum PSSI.

Tuntutan yang tidak salah. Pasalnya, sejak ditangani Edy tak banyak prestasi yang diraih Indonesia di ajang internasional. Hanya Timnas U-16 yang mampu mendulang emas di AFF U-16. Selebihnya, timnas U-19, U-23, dan senior gagal total.

Menyikapi hal tersebut, penggawa timnas dan kapten Mitra Kukar, Bayu Pradana, mengatakan saat ini yang perlu dilakukan PSSI adalah evaluasi.

Diharapkan dari evaluasi tersebut bisa lahir keputusan cerdas yang bisa memperbaiki prestasi. “Evaluasi saja dulu, baru ambil sikap yang perlu diambil,” kata pemain 27 tahun itu.

Terkait kepemimpinan Edy, Bayu enggan banyak berkomentar. Apalagi posisinya sebagai pemain, jelas tidak berkompeten jika harus mengomentari federasi.

“Kalau soal itu (tuntutan Edy mundur) biar para petinggi PSSI dan Exco yang memutuskan. Saya hanya pemain. Saya hanya ingin sepak bola Indonesia disegani di Asia,” pungkas ayah dua anak tersebut.

Desakan agar Edy mundur dari jabatan ketua PSSI juga digaungkan kelompok suporter Pusamania. Arifin selaku dirigen mengaku geram dengan banyaknya kegagalan target di ajang internasional.

"Sebaiknya beliau (Edy Rahmayadi) mundur. Karena tak ada prestasi membanggakan yang berhasil diraih baik di Timnas Indonesia atau kompetisi," kata Arifin.

Selain tak becus memimpin organisasi tertinggi sepak bola di Indonesia, Edy dinilai terkesan rakus jabatan. Dia juga memangku posisi penting yakni gubernur Sumatra Utara.

"Sebaiknya Pak Edy fokus di satu jabatan saja. Menurut kami lebih nyaman sebagai gubernur. Karena sepak bola terlihat bukan bidangnya," imbuh dia.

Salah satu nama yang layak memimpin PSSI, menurut Arifin, ialah mantan pemain Timnas Indonesia Kurniawan Dwi Yulianto. Dia menganggap sosok yang berhak memimpin PSSI, harus paham sepak bola di Indonesia dan profesional.

Besar harapan Arifin, pengurus PSSI tak rangkap jabatan. Apalagi masih ada beberapa nama yang memiliki kepentingan di klub juga berada di PSSI.

"Semoga sepak bola di Indonesia lebih bersih dan berkembang. Jadi Macan Asia lagi yang disegani tim lawan," paparnya.

Ditemui terpisah, bek sekaligus kapten Borneo FC Diego Michiels tak mau berkomentar banyak soal desakan mundurnya Edy dari PSSI. Dia hanya berharap, siapa pun pemimpinnya wajib lebih mengerti sepak bola. Baik di level nasional maupun internasional.

"Saya ikut sedih karena kegagalan Indonesia di banyak event. Tapi saya harap segera bangkit dan dapat solusi tepat," pungkas Diego. (don/*/abi/dwi/k8)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Posisi Bima Sakti Terancam, Indra dan Fakhri Naik Kelas


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler