jpnn.com, LEBAK - Dampak dari kekeringan yang berlangsung beberapa waktu terakhir menyebabkan masyarakat sejumlah wilayah di Indonesia kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Salah satunya di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Sebagai bentuk ikhtiar spiritual mengetuk pintu langit, sukarelawan Mak Ganjar bersama ibu-ibu Kabupaten Lebak melakukan doa bersama memohon hujan.
BACA JUGA: Ganjar Tegaskan Pemerintah Harus Berpihak pada Pelaku UMKM
Agenda yang berlangsung di Kampung Oteng Sabrang, Desa Padasuka, Kecamatan Warung Gunung, Kabupaten Lebak, Banten itu diikuti oleh ratusan mak-mak yang berharap agar ketersediaan air bersih dapat kembali seperti semula.
Doa tersebut terselip dalam kegiatan bertajuk zikir akbar dan doa bersama untuk kemenangan Ganjar Pranowo yang digelar Mak Ganjar Banten.
BACA JUGA: Ganjar Berpotensi Panen Suara Perempuan, Mbak Wiwik Bicara soal Capres Cool & Asyik
"Jadi, ada doa (mohon) hujan juga supaya tidak ada musibah kemarau kepanjangan di sini karena memang di mana-mana daerah semua kekeringan dan kesulitan air," kata Koorwil Mak Ganjar Banten, Siti Hani dalam siaran persnya, Minggu (24/9).
Mereka pun menunduk khusyuk, memejamkan mata seakan tenggelam dalam doa, dan memohon agar hujan dapat segera turun memberikan sumber kehidupan bagi makhluk hidup.
BACA JUGA: Punya Branding Integritas, Mahfud MD Berpotensi Dampingi Ganjar Kerek Elektabilitas
Hani menjelaskan doa minta hujan merupakan bentuk keprihatinan juga kepedulian Mak Ganjar atas fenomena kekeringan dan krisis air akibat dampak perubahan iklim kemarau 2023 atau El Nino.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten melalui Badan Pensnggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten telah menetapkan status darurat kekeringan untuk wilayah Provinsi Banten sejak 19 September 2023.
Diketahui, delapan Kabupaten dan Kota di Banten sudah merasakan dampak dari El Nino. Kabupaten Lebak pun disebut menjadi wilayah terdampak kekeringan terparah, disusul Kabupaten Serang.
Hani berharap masalah kekurangan air akibat kekeringan ini segera berakhir sehingga masyarakat dapat menikmati air bersih seperti sedia kala.
Juhariah (52) salah satu peserta mengaku gelisah atas musibah kekeringan dan krisis air yang telah melanda wilayah tempat tinggalnya selama berbulan-bulan.
Dia yang juga tinggal di Kampung Oteng Cepu, Desa Padasuka ini biasanya mengambil air keperluan memasak dan mandi dari musala. Sementara, untuk konsumsi harian dirinya perlu merogoh kocek senilai Rp 5.000 per galon.
"Ya dilanda kekeringan udah berapa bulan kering terus. Hampir 4 bulan lah dulu emang pernah ya sampe 7 bulan makanya saya minta air dari masyarakat ya. Kadang minta kadang ada dari langgar (musala) yang deket mah. Beli juga (galon isi ulang) buat minum," kata Juhariah. (cuy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Petebu Ganjar Bareng Warga Pasang Paving Block di Kompleks Masjid-Ponpes Tasikmalaya
Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan