jpnn.com, NGAWI - Asam garam pengalaman birokrasi telah dirasakan betul oleh Budi Sulistyono. Bagaimana tidak, sejak 1999 namanya telah menjadi pucuk pimpinan di kota Ngawi. Mendampingi Harsono, Budi menjadi wakil bupati yang kerap menorehkan prestasi.
BACA JUGA: Ribuan Massa Akang Tolak FPI dan HTI di Ngawi
Panji Dwi Anggara
10 tahun menjabat wabup, Budi akhirnya terpilih menjadi bupati Ngawi dalam pilkada langsung yang diselenggarakan tahun 2010. Lima tahun berselang, di pilkada selanjutnya, Budi yang menggandeng Ony Anwar lagi-lagi dipercaya rakyat menjadi bupati dan wakil bupati.
”Jabatan adalah amanah. Jangan sampai karena jabatan semuanya jadi rusak. Sebaik-baik orang adalah yang mampu mengemban amanah dipercayakan padanya,” katanya.
Bagi Budi, berkarir di bidang politik sangat jauh dari cita-cita awalnya yang ingin bekerja di bidang teknik. Selepas kuliah di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Budi memang berkarir terlebih dahulu di bidang teknik sesuai pilihannya. Yakni di PT. Samarinda Pratama Gemilang dan PT INKA Madiun.
Namun panggilan jiwanya untuk mengabdi lebih luas pada masyarakat Ngawi yang menjadi daerah asalnya, membuat Budi yakin terjun total ke dunia politik.
Meski bukan cita-cita, namun sejatinya politik tidak bisa dipisahkan dari kehidupan pria yang akrab disapa Kanang atau Mbah Kung itu. Hal tersebut tak lepas dari peran ayahnya yang meskipun seorang guru, tetapi juga aktif berkiprah di PNI.
Budi ingat betul, di tahun 1970an, ketika orde baru berkuasa, hampir seluruh PNS diwajibkan memilih satu partai. Namun, sang ayah dengan konsisten tetap memilih PNI. Alhasil pilihan itu berujung pahit. Ayahnya mendapatkan sanksi tidak boleh mengajar hingga pensiun.
Pengalaman itu menurut Budi menjadi guru termahal. ”Dari situ saya belajar apa artinya konsisten. Manusia yang akan berhasil adalah manusia yang teguh memegang konsistensi mereka selagi benar,” ucap pria yang berulang tahun setiap 18 Juli itu.
Konsistensi itu pula yang dia pegang ketika dipercaya menjadi pimpinan daerah. Dengan kemampuan manajerial yang apik, Budi berhasil mengubah wajah Ngawi. Beberapa penghargaan telah diraihnya. Terbaru adalah sebagai Pembina terbaik di bidang ketransmigrasian dalam ajang Penganugerahan Gelar Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Timur.
Saat baru menjabat sebagai bupati, Budi menghadapi permasalahan yang pelik. Bukan satu, tapi tiga krisis sekaligus. Krisis pertama adalah kondisi keuangan kabupaten yang minus. Bahkan memiliki utang pada Pemerintah Provinsi.
Tapi berkat kerja kerasnya, Budi mampu membalikkan keadaan itu sekarang. Caranya adalah dengan melakukan penghematan besar-besaran di lingkungan pegawai pemerintah. ”Saat itu, laporan yang dikasih ke saya harus menggunakan kertas bekas. Tidak boleh pakai kertas baru. Begitu juga soal lembur. Pejabat harus mau lembur tanpa dibayar. Karena itu sudah melekat sebagai tanggung jawab mereka,” kata suami Sri Eko Rustiyanti.
Krisis kedua yang harus dia hadapi adalah soal SDM. Semakin banyaknya PNS yang bekerja di pemerintahan tentu akan makin memberatkan neraca keuangan daerah. Padahal, ternyata banyak pegawai yang bekerja itu illegal.
”Masa awal pemerintahan saya lewati dengan mengurangi jumlah pegawai. Semua harus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi keuangan. Untuk itu pula, saya sudah menegaskan pentingnya pendidikan kewirausahaan. Jadi mentalitas seseorang bukan hanya menjadi pegawai tetapi juga pengusaha,” tegasnya.
Krisis ketiga yang tak kalah pelik adalah ketidakpaduan antara satu dinas dengan dinas lainnya. Untuk mencari jalan keluar, Budi pun mendudukan semua pejabat di bawahnya untuk menegaskan pentingnya bersatu demi kemajuan Ngawi.
Kini, tangan dingin ayah Vembyantika Listyan Pramesti itu terbukti mampu menghasilkan Ngawi yang lebih maju dan tertata. Slogan “Ramah” yang dia gulirkan juga sudah menyatu dengan sikap keseharian masyarakat Ngawi.
Lewat berbagai kebijakannya pula Ngawi kini terbuka dan sering dikunjungi oleh wisatawan domestik. Bahkan, tanpa ragu dia mencanangkan 2017 sebagai Ngawi Visit Year. Beberapa destinasi wisata yang bisa dikunjungi di kota ini adalah Air Terjun Pengantin dan Srambang, Kebun Teh Jamus, Waduk Pondok, Selondo, Banteng Belanda, dan masih banyak lagi.
”Tak hanya pariwisata, kita juga benahi rumah sakit, pusat entertainment dan industri kreatif, serta semua fasilitas umum. Itu tidak lepas dari bangkitnya Ngawi. Karena tidak lama lagi di sini akan ada kawasan industri serta akses tol yang sangat dekat,” jelas dia. (JPNN/pda)
Redaktur : Tim Redaksi