Sukses Menjual Jutaan Pakaian Dalam Sebulan

Sabtu, 09 Februari 2013 – 11:20 WIB
KUALITAS TERATAS: Presiden Direktur PT Indonesia Wacoal Suryadi Sasmita dengan display pakaian dalam. FOTO: Muhammad Ali / JAWA POS

Tabu untuk diperlihatkan, tak berarti tidak ada untung di industri pakaian dalam. Presiden Direktur PT Indonesia Wacoal

Suryadi Sasmita sudah membuktikan. Pengalaman 31 tahun menggeluti produksi pakaian dalam membuatnya sukses menjual jutaan pieces setiap bulan.

---

Banyak yang rikuh jika bicara tentang pakaian dalam. Namun, Anda justru menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian?

Ini juga tidak saya rencanakan sejak kecil. Basic saya bukanlah dari keluarga berada. Lulus SMA, saya bekerja menjadi penjaga toko tekstil. Lalu, saya kuliah dan menjadi karyawan perusahaan trading asal Jepang. Modal saya kumpulkan hingga pada 1981, saya ditawari bergabung Wacoal Jepang. Saat itu, kesempatan datang kepada saya untuk masuk bisnis pakaian dalam.

Dan langsung "klik" dengan keinginan Anda?

Modal memproduksi pakaian dalam itu lebih sedikit dibanding garmen lainnya. Jadi, itu sangat cocok dengan kondisi keuangan saya. Selain itu, saya tertantang karena membuat pakaian itu rumit. Pakaian dalam, bahan dan cara pengerjaannya khusus. Dan, saat itu belum ada pesaingnya.

Lalu, apakah semua berjalan lancar hingga sekarang?

Wacoal memiliki standar yang tinggi, baik dari bahan maupun pengerjaan. Sebagian besar komponennya diimpor. Untuk membuat bra misalnya, dibutuhkan 27 komponen. Satu komponen kadang dibeli dari beberapa negara. Menyamakan warna yang benar-benar sama antara satu pabrik dan pabrik itu sangat sulit. Selain itu, dulu karyawan belum memiliki keterampilan cukup untuk menjahit pakaian dalam.

Apakah Anda sudah menemukan jalan keluarnya?


Saya bekerja sama dengan perusahaan Wacoal dari Jepang, Prancis, dan Taiwan. Saya beli bahan borongan dengan mereka. Saya datangkan teknisi ke sana. Ada juga karyawan yang dikirim ke sana.

Pasti butuh biaya besar melakukan itu. Apakah uang bukan masalah?

Saya tahu itu. Sejak awal menjalankan bisnis ini, saya sudah siap untuk rugi dalam beberapa tahun. Untuk investasi di bidang manufacturing, hasilnya tidak bisa dilihat dalam jangka pendek. Berbeda dengan berdagang. Alurnya hanya mendapat barang dan dijual. Investasi manufacturing memerlukan modal yang besar. Bagi saya, salah satu investasi yang penting adalah sumber daya manusia.

Itu kiat di bagian produksi. Bagaimana aspek marketing?

Saya tidak gampang mengobral diskon. Konsumen Indonesia saya rasa sudah pintar. Barang bagus tak akan mudah mengeluarkan diskon. Itu hukum produk berkualitas di dunia. Saya hanya memberi diskon jika ukuran produk tersebut sudah tidak lengkap. Jadi, kuncinya sekali lagi tingkatkan kualitas.

Dalam produksi pakaian dalam, apa yang berbeda dari sekarang dengan 30 tahun lampau?

Jika melihat fungsinya pakaian dalam, kondisi saat ini sangat berbeda jauh jika dibandingkan dengan 30 tahun lalu. Dulu, perempuan menganggap pakaian dalam hanya sebagai cover. Warnanya sangat basic. Kalau nggak krem, hitam, ya putih. Sekarang pakaian dalam sudah menjadi bagian dari fashion. Jadi, desain dan warna lebih beragam.

Apa ada yang menjadi acuan untuk desain?


Ada, kota mode Paris untuk pasar Eropa dan Jepang untuk pasar Asia. Namun, semua desain dari mereka tentu disaring. Tidak dijiplak begitu saja. Saya ingin membuat apa yang bisa dipakai, bukan hanya dilihat. Sebab, jika melihat Paris, desainnya kebanyakan untuk kepentingan fashion show saja. Saya tidak mau seperti itu.

Apa target Anda selanjutnya?


Saya ingin memperbesar porsi ekspor. Ekspor saat ini baru mencapai sekitar 40 persen dari total omzet. Saya targetkan bisa 50 persen. Selama ini, kami telah mengekspor ke sembilan negara. Yaitu, Singapura, Malaysia, Filipina, Vietnam, Hongkong, Taiwan, Jepang, China (Tiongkok, Red), dan Amerika Serikat. Melakukan ekspansi pasar ke Eropa dan Amerika sulit saat ini.

Wacoal dikenal sebagai produk untuk segmen menengah. Apakah ada rencana mencoba pasar low-end?


Awalnya, kami hanya memproduksi bra dan pakaian dalam. Tapi, sekarang sudah ada pengembangan produk, misal baju hamil, lingerie, korset, dan suite untuk melangsingkan perut. Kalau untuk low-end, saya rasa tidak. Saya rasa pasar menengah, menengah atas, dan atas sudah cukup. Dengan itu, saya bisa mengembangkan 325 gerai dan menjual jutaan piece per bulan.

Anda merasa ada yang belum tercapai?

Edukasi ke masyarakat, khususnya perempuan. Selama ini, banyak yang memandang sebelah mata fungsi pakaian dalam. Padahal, jika tidak tepat pemilihan ukuran dan bahannya, itu bisa memengaruhi kesehatan. Misal, salah memilih ukuran bra. Jika dibiarkan terus-menerus, itu bisa mengakibatkan nyeri punggung, bahkan kanker payudara.

Apa resep sehingga perusahaan terus berkembang hingga 30 tahun lebih?

Kuncinya jujur kepada konsumen. Saya berani membanderol harga mahal tentu harus memberi kualitas yang sesuai dengan harga itu. Perang harga sudah bukan zamannya lagi. Perang harga membuat kualitas dipertaruhkan. Saya tidak mau itu. Lebih baik perang kualitas. Jadi, semakin lama semakin baik. (uma/c6/kim)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Skuter Otomatik Kuasai Pasar Motor

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler