Suku Jawa di Kalimantan Lestarikan Budaya Sambut Idulfitri

Rabu, 10 April 2024 – 12:59 WIB
Dokumentasi - Warga menggelar tradisi kenduri atau slametan untuk melestarikan budaya Jawa menyambut 1 Syawal di Desa Bumi Asih Kecamatan Kelumpang Selatan Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan, beberapa waktu lalu. (ANTARA/HO-Dok. Pribadi).

jpnn.com - TANAH BUMBU - warga Desa Bumi Asih, Kelumpang Selatan, Kotabaru, Kalimantan Selatan merayakan Idulfitri 1445 Hijriah sembari mempertahankan tradisi.

Sebagian warga Desa Bumi Asih menggelar kenduri atau slametan menyambut 1 Syawal.

BACA JUGA: Kemenag Batam: Zakat Saat Idulfitri Terkumpul Rp 43 Miliar

Slametan atau kenduri merupakan salah satu budaya Jawa yang tetap dilestarikan masyarakat.

"Selain menyambut satu Syawal, tradisi Slametan juga dilakukan oleh warga Desa Bumi Asih untuk menyambut satu Ramadan atau lebih dikenal dengan megengan," ujar salah satu tokoh warga Desa Bumi Asih Simin di Batulicin, Rabu (10/4).

BACA JUGA: Seusai Salat Idulfitri, Presiden Jokowi Sambut Para Tamu Peserta Open House di Istana

Tradisi slametan dilakukan secara turun menurun oleh warga setempat sebagai bentuk rasa syukur terhadap anugerah dan karunia yang diberikan Allah SWT.

Simin mengatakan tradisi itu juga dilakukan menjelang panen sawah, hajatan perkawinan dan hari besar lain dengan mengundang para tetangga sekitar untuk berkumpul di rumah salah satu warga pemilik hajatan.

BACA JUGA: Sambut Idulfitri 1445 H, Sebagian Wilayah Indonesia Diguyur Hujan, Bagaimana Cuaca Jakarta?

Para tamu undangan yang sudah datang akan menerima sajian atau makanan dari tuan rumah.

Salah satu tokoh agama memanjatkan doa menunaikan hajat bagi tuan rumah sebelum menyantap sajian.

Setelah memanjatkan doa, para tamu undangan menyantap sajian makanan secara bersama-sama.

Kemudian, para undangan pun mendapatkan buah tangan berupa makanan atau berkat dari tuan rumah untuk dibawa pulang.

Simin menjelaskan Desa Bumi Asih merupakan desa transmigrasi yang ditetapkan Presiden Soeharto pada 1985, dengan luas wilayah mencapai 15 kilometer persegi dan berpenduduk 590 jiwa.

Mayoritas warga yang tinggal di desa itu merupakan suku Jawa sehingga tradisi dan budaya yang sebelumnya pernah dilaksanakan di tanah kelahiran tetap dilestarikan.

Melalui tradisi itu masyarakat diajarkan untuk saling berbagi dengan sesama, membantu orang yang membutuhkan serta meningkatkan kebersamaan dan rasa persaudaraan antarsesama.

Selain itu, pada tradisi Slametan juga terdapat nilai keagamaan yang sangat kuat, sehingga acara dimaksud bisa menjadi sarana meningkatkan keimanan dan ketakwaan masyarakat Jawa.

Oleh karena itu, Simin menyatakan Slametan tidak sekadar acara perayaan, tetapi sebuah upacara adat yang memiliki nilai-nilai sosial dan keagamaan yang tinggi.

Bukan hanya itu, tradisi lain yang dilaksanakan warga Desa Bumi Asih terutama Muslim dalam menyambut malam 1 Syawal adalah menggelar Festival Tanglong.

"Pada akhir ramadan tepatnya malam 1 Syawal, para pemuda berlomba menghias kendaraan untuk memeriahkan pawai takbir keliling Idulfitri atau festival tangklong," katanya.

Beberapa warga yang menghias mobil menjadi kapal laut, bangunan masjid, menjadi ka'bah dan lain sebagainya.

Untuk menarik peserta panitia masjid melombakan kegiatan tersebut dengan menawarkan sejumlah hadiah bagi peserta terbaik.

"Ini adalah tradisi yang sudah dilaksanakan oleh warga Desa Bumi Asih sejak dulu, sebagai rasa syukur kepada Allah isi menjalankan ibadah puasa ramadan selama satu bulan penuh," kata Simin. (Antara/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Presiden Jokowi Berharap Idulfitri Jadi Momentum Saling Memaafkan


Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler