Sultan Minta Hanya Ada Bendera Merah Putih

Senin, 01 November 2010 – 19:47 WIB
PENGUNGSIAN. Lokasi Pengungsian di Hargo Binangun Pakem, Sleman marak spanduk, bendera maupun umbul-umbul sehingga membuat suasana lokasi pengungsian seperti pasar malam. Warga mulai mengaku terganggu, dan merasa dijadikan sebagai obyek wisata bencana.Gunung Merapi kembali meletus dengan memuntahkan awan panas sebanyak enam kali mengarah ke timur dan utara pada Senin (1/11), terlihat dari Pakem, Sleman.HERMITIANTA/RADAR JOGJA

JOGJAKARTA
- Gubernur Daerah Istimewa Yogkarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X mengajak semua pihak, partai politik, perusahaan maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk bertindak arif saat akan memberikan bantuan terhadap korban letusan Gunung MerapiSultan menghimbau, agar bencana merapi ini tidak dijadikan obyek promosi maupun kampanye partai politik apalagi sebagai ajang wisata bencana

BACA JUGA: BNPB Tolak Pulau Mentawai Dikosongkan



"Karena itu saya mohon kepada semua pihak yang ingin menyampaikan bantuan kepada para korban letusan Gunung Merapi, mereka hanya mengibarkan satu bendera, bendera merah putih
Begitu pula posko-posko bencana maupun pengungsian hanya ada satu bendera, bendera merah putih," kata Sultan Hamengkubuwono X kepada wartawan di Jogjakarta, Senin (1/11).

Himbauan Sri Sultan Hamengkubuwono X ini menyusul banyaknya keluhan warga pengungsi Gunung Merapi yang mulai terganggu banyaknya posko bodong maupun konvoi sejumlah relawan yang menyalakan sirine meraung-raung hanya membawa bantuan

BACA JUGA: Tsunami Mentawai Sudah Renggut 431 jiwa

"Tidak jarang konvoi dan sirinenya jauh lebih panjang dan lebih banyak daripada bantuan yang diberikan," kata Dzakir kepada wartawan Radar Jogja Adib Lazwar Irkhami.

Menurut Dzakir, sirine konvoi relawan yang membawa bantuan  justru sering membuat warga panik
Apalagi, kata Dzakir, konvoi ini sering membentak-bentak warga untuk minggir meminta jalan

BACA JUGA: Tabrak Pengemudi Riau, Wartawan di Sumsel Tewas

"Ini sudah tidak simpatik lagiPadahal, para pengungsi ini kan butuh ketenangan, bukan malah diteror dengan sirine -sirine yang tidak perlu," Dzakir menambahkan.

Selain  merasa terganggu dengan konvoi relawan, warga juga sering dibuat heran dengan banyaknya posko bodongArtinya, posko itu hanya berdiri sebuah tenda dan bendera partai politik, LSM atau juga perusahaan tertentu"Posko itu tidak ada aktivitasnya, tidak ada yang tungguYang ada hanya tenda dan bendera saja," kata Dzakir.

Menurut pengamatan wartawan Radar Jogja Adib Lazwar, posko-posko bodong seperti itu banyak berjajar di sepanjang jalan di kawasan Pakem hingga naik terus ke atas"Banyak sekali posko tak berpenghuni dan tak beraktivitasAkibatnya, banyak juga pengungsi yang mulai gerah, karena mereka merasa dijadikan sebagai obyek wisata bencana," kata Adib.

Himbauan Sri Sultan HB X untuk mengibarkan bendera merah putih, disambut baik oleh wakil Ketua DPR dari Partai Golkar Priyo Budi SantosaMenurut Priyo, Partai Politik sebenarnya tidak perlu mengibarkan bendera partainya di lokasi bencana"Saya sepakat dengan Gubernur Sultan HB X, hanya ada satu bendera di lokasi bencana, bendera merah putih," kata Priyo di Sleman.

Priyo mengajak semua pihak, termasuk Partai Politik, yang ingin memberikan bantuan kepada para pengungsi letusan Gunung Merapi untuk tidak mengibarkan bendera partai"Meskipun saya dari Partai Golkar, tetapi marilah kita hormati saudara kita yang sedang susahJangan pakai dulu bendera-bendera partaiMau kuning, merah, hijau, biru atau lainnya, sekarang merah putih dulu," katanya.(dib/aj/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Panik, Jalur Evakuasi Semraut


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler