Ruth Condon mengatakan bahwa ia hanya mencoba melakukan hal yang benar saat ia meninggalkan sejumlah tas berisi barang-barang di luar salah satu toko St Vincent de Paul di Brisbane.

Tepat sebelum Natal tahun lalu ketika Ruth mengatakan bahwa ia meninggalkan beberapa tas berisi pakaian bersih dan disetrika, bersama dengan beberapa wajan, di atas lempengan beton tempat pengumpulan donasi lembaga amal itu berada di Sumner Park.

BACA JUGA: Patah Hati Bisa Membuat Anda Meninggal Dunia

Beberapa bulan kemudian, dan ia lantas dikenai denda $ 252 (atau setara Rp 2,52 juta), setelah kamera berhasil merekam dengan jelas perbuatan baiknya yang dilakukan dengan salah.

"Meninggalkan barang di luar toko dianggap menyampah," tulis surat denda yang dikeluarkan oleh Dewan Kota Brisbane (BCC).

BACA JUGA: Sosok Para Perempuan yang Mendobrak Australia

"Saya mengetahui bahwa Anda menyumbang untuk amal karena niat baik dan kebaikan. Namun, saya yakin Anda bisa menghargai bahwa setiap orang yang memutuskan untuk meninggalkan barang tanpa pendampingan memberikan kontribusi dampak yang lebih luas terhadap lingkungan dan kemudahan publik."

Ruth mengatakan hal itu mengecewakan, tapi toko Vinnies dan BCC mengatakan bahwa itu termasuk menyampah di mata hukum.

BACA JUGA: Pengguna Bulanan Aplikasi WeChat Milik China Capai 1 Miliar

"Saya tidak membuang sampah, saya membuang pakaian bagus dan bersih," kata Ruth.

"Bagi saya, menyampah seperti menjatuhkan sekaleng soda, tidak menempatkan barang dengan rapi di atas lempengan beton."

Ruth mengatakan bahwa ia meninggalkan donasi itu pada hari Minggu pagi, 20 menit sebelum toko tersebut dibuka. Photo: Ruth Condon diberi waktu sampai akhir bulan untuk membayar denda. (Facebook: Ruth Condon)

Ia mengatakan, pakaian yang ditinggalkannya telah "dicuci, disetrika, dan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang diikat ketat".

"Apa yang saya tinggalkan benar-benar bagus ... itu tidak kotor, itu tidak ternoda atau robek. Mereka sempurna."

Ruth mengakui bahwa ada tanda peringatan tentang "membuang sampah", namun ia menyebut apa yang ditinggalkannya jauh dari itu.

"Tanda peringatannya menyebut jangan menyampah, nah saya tidak menganggap saya menyampah," kata Ruth.

Ia berujar, ada barang lain yang ditinggalkan di atas lempengan beton saat ia tiba untuk menyumbangkan barangnya.

Ia mengatakan bahwa dirinya berencana untuk menulis kembali ke BCC untuk mempertanyakan denda itu.

"Jelas saya tidak ingin membayar denda penuh, tapi kalau saya harua demikian, saya masih berpendapat saya tidak menyampah dan saya tidak meninggalkan barang terlarang," tuturnya.

Ia mengatakan dirinya akan bersedia untuk menyumbangkan $ 252 (atau setara Rp 2,52 juta) kepada Vinnies jika dewan kota membatalkan denda tersebut. Photo: Ruth mengatakan, ia meninggalkan barang-barangnya di luar toko Vinnies, Sumner Park, di mana tempat donasi sebelumnya berada. (ABC News: Scott Kyle)

Jika tak masuk wadah sumbangan, itu menyampah ilegal

Pejabat Eksekutif Keuskupan Agung Queensland Barat dari St Vincent de Paul Society, Roberta Jays, mengatakan tidak ada alasan untuk meninggalkan barang-barang di luar tempat sumbangan yang disediakan.

"Menyampah adalah menyampah karena ditinggalkan di luar di trotoar atau area berumput, bukan di dalam tempat yang aman, akibatnya barang itu bisa terkena hujan atau dicuri yang berarti orang yang membutuhkannya terewati," kata Jays.

"Barang-barang yang dibuang menimbulkan biaya terhadap toko Vinnies Queensland setiap tahunnya, tak hanya soal waktu dan usaha relawan kami yang berharga untuk membersihkannya, tapi itu bisa menimbulkan biaya mencapai $ 80 (atau setara Rp 800 ribu) per jam bagi (toko) Vinnies untuk mendatangkan truk dengan sopir bayaran."

"Dewan Kota Brisbane memiliki papan penanda di lokasi tersebut yang memeringatkan bahwa daerah tersebut diawasi dan pembuangan barang bisa diadili."

"Kami selalu mendorong masyarakat untuk menyumbang di toko kami selama jam buka, yang sebagian besar buka pada hari Sabtu dan beberapa bahkan pada hari Minggu."

"Apa yang kami ingin dapatkan adalah sumbangan yang bersih, tidak rusak dan masih berkualitas, apapun yang kotor atau rusak bagaimanapun juga tidak ada gunanya dan hanya menghabiskan waktu (toko) Vinnie untuk membuangnya." Photo: Tanda di luar toko mengungkap tempat donasi dipindahkan karena adanya vandalisme. (Supplied: St Vincent de Paul)

Ketua Layanan Gaya Hidup dan Komunitas Brisbane, Matthew Bourke, mengatakan bahwa pembuangan ilegal membuat dewan kota mengeluarkan biaya $ 800.000 (atau setara Rp 8 miliar) setahun.

"Jika tidak dimasukkan ke dalam tempat donasi, itu ilegal dan tidak ditolerir oleh Dewan Kota," kata Bourke.

"Atas permintaan toko amal, dewan kota akan memasang CCTV dan papan penanda secara berkala untuk memantau pembuangan ilegal dan mengingatkan masyarakat akan konsekuensinya."

"Sampah di jalan mendorong hama dan membuat kota kami tidak sedap dipandang. Barang yang ditinggal di luar di tengah cuaca terbuka kebanyakan tak bisa digunakan dan badan amal mengeluarkan biaya untuk membuang barang-barang itu."

"Setiap dolar yang dikeluarkan dewan kota untuk membersihkan sampah ilegal adalah satu dolar yang tak bisa diinvestasikan kembali ke masyarakat sebagai hibah atau layanan. Baik dewan kota dan badan amal menanggung biaya untuk membuang sampah ilegal ke lokasi di seberang kota."

Bourke mengatakan dewan kota memberikan sejumlah pilihan bagi masyarakat untuk membuang barang yang tak diinginkan - termasuk tempat pengumpulan pinggir jalan, kupon sampah gratis dan pembuangan daur ulang gratis di pusat pemulihan sumber daya. Photo: Tempat donasi yang penuh di toko Vinnies di Hobart. (ABC Hobart: Carol Rääbus)

Ruth mengatakan, terlepas dari denda itu, ia akan terus menyumbang kepada Vinnies, namun tidak akan meninggalkan barang apapun di luar toko di masa depan.

"Saya telah melakukannya sepanjang hidup saya. Kami kelebihan barang tapi kualitasnya tetap bagus," sebutnya.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lecehkan Gadis Yang Ditemui di Halte Bus, Pria Canberra Dipenjarakan 7 Tahun

Berita Terkait