“Memang, sebagian besar penderita penyakit kaki gajah ini berada di Banyuasin. Di sana banyak perkebunan karet dan sawit, talang dan perairan,” ungkap Fenty.
Diakuinya, setiap tahun jumlah penderita kaki gajah di Sumsel cenderung meningkat. Fenti membeberkan, penyebab penyakit diakibatkan karena gigitan seluruh jenis nyamuk yang menyebabkan adanya larva microfilaria di dalam darah. Untuk mencegah bertambah banyak dan luasnya cakupan penderita kaki gajah, Dinkes berharap masyarakat dapat turut aktif memerangi dan mencegah penyebaran penyakit tersebut.
“Salah satu caranya dengan meminum obat cacing massal dan menerapkan pola hidup bersih di sekitar wilayah tempat tinggal mereka,” tuturnya.
Cara mencegah berkembang biaknya nyamuk yang menjadi perantara penyebaran penyakit ini, lakukan 3M, yaitu menguras, mengubur, dan menutup rapat tempat penampungan air.
Dijelaskan Fenti, gigitan nyamuk memiliki kandungan larva microfilaria yang tinggi, yakni sekitar dua persen. Sejauh ini, kebanyakan penderita yang terkena penyakit kaki gajah adalah masyarakat yang berada di wilayah pemukiman dan telah mengalami gigitan lebih dari 1.000 kali.
“Jadi, untuk penduduk datangan atau yang tidak menetap, kemungkinan terkena penyakit cukup kecil,” ujarnya.
Fenti menjelaskan, pihaknya menargetkan pada 2020 nanti, penyakit kaki gajah dapat dieliminasi di wilayah Sumsel. “Kami berusaha akan menekan seminimal mungkin adanya kasus ini dan diharapkan tereliminasi bagi kehidupan masyarakat 2020 mendatang,” cetusnya.
Disamping itu, Dinkes Sumsel akan terus melakukan evaluasi serta monitoring berkala agar tingkat efektivitas dari sosialisasi yang mereka lakukan terlihat hasilnya. “Kami akan memonitor bagaimana kebiasaan masyarakat, baik dalam menjaga kebersihan lingkungan maupun meminum obat cacing,” pungkasnya. (cj18/ce2)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bocah Pecandu Bedak
Redaktur : Tim Redaksi