jpnn.com, MEDAN - Juni sering dikenal sebagai Bulan Bung Karno. Di bulan Juni pula Bung Karno lahir, mengenalkan Pancasila dan wafat.
Bung Karno lahir di Surabaya pada 1 Juni 117 tahun silam dan wafat pada 21 Juni 1970. Makamnya di Blitar, Jawa Timur.
BACA JUGA: Bung Karno Tak Pernah Mati
Namun, Sumatera Utara merupakan tempat yang tak kalah istimewa bagi Proklamator RI itu. Calon Gubernur Sumatera Utara (Cagub Sumut) Djarot S Hidayat mengatakan, Soekarno memiliki kaitan erat dengan provinsi yang beribu kota di Medan itu pada masa revolusi kemerdekaan.
Mantan wali kota Blitar itu menuturkan, pembentukan Provinsi Sumut tak bisa dilepaskan dari keputusan Bung Karno. Pada 15 April 1948, Presiden Soekarno mengesahkan Undang-undang UU Nomor 10 Tahun 1948 tentang Pembagian Sumatera Dalam Tiga Provinsi.
BACA JUGA: Relawan Berhasil Identifikasi Pemilih Djarot - Sihar
Pertama adalah Provinsi Sumatera Utara yang meliputi karesidenan-karesidenan Aceh, Sumatra Timur dan Tapanuli. Kedua Provinsi Sumatera Tengah yang meliputi karesidenan-karesidenan Sumatra Barat, Riau dan Jambi. Ketiga Provinsi Sumatera Selatan yang meliputi karesidenan-karesidenan Bengkulu, Palembang, Lampung dan Bangka-Belitong.
BACA JUGA: Jokowi : Pancasila Sampai Akhir Zaman
Provinsi Sumut terbentuk hanya berselang tiga tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan RI pada 1945. “Pembentukan Provinsi Sumut yang hanya tiga tahun pascakemerdekaan membuktikan Bung Karno memberi perhatian khusus bagi pembangunan di Sumut,” ujar Djarot, Rabu (6/6).
Djarot menambahkan, Sumut juga menjadi lokasi pengasingan Bung Karno. Pada pengujung 1948, Belanda yang melakukan Agresi Militer II menangkap Bung Karno di Yogyakarta dan membuangnya ke Berastagi di Kabupaten Karo.
Provinsi Sumut yang baru saja terbentuk kala itu langsung menjadi lokasi pembuangan Bung Karno. “Jadi bisa dibayangkan bagaimana kuatnya ikatan emosional Bung Karno dengan Sumut,” imbuh Cagub Sumut yang berpasangan dengan Sihar Sitorus itu.
Selanjutnya, Bung Karno juga menjalani pengasingan di Parapat, Kabupaten Simalungun pada awal 1949. Kala itu, tokoh berjuluk Putra Sang Fajar tersebut menempati rumah berarsitektur Eropa di tepi Danau Toba.
Djarot menambahkan, Bung Karno sering menghabiskan waktu untuk memandang Danau Toba. “Jadi sangat mungkin buku-buku hebat Bung Karno juga hasil permenungan beliau di Danau Toba,” ujar Djarot.
Mantan gubernur DKI itu pun mengaku makin terpacu untuk memimpin Sumut yang menjadi tempat istimewa bagi tokoh yang dikaguminya. “Mimpi Bung Karno itu juga yang membuat hati saya tergerak untuk ikut memberi sumbangsih untuk Sumut,” kata politikus berlatar belakang dosen itu.(jpg/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Harapan dan Ajakan PDI Perjuangan di Hari Lahir Pancasila
Redaktur : Tim Redaksi