Sungai di Tiga Kecamatan Dipenuhi Bangkai Ikan

Jumat, 02 November 2012 – 12:09 WIB
MARTAPURA – Matinya jutaan ikan nila dan mas di Desa Mali-Mali dan Sungai Arfat Kecamatan Karang Intan, menimbulkan masalah bagi warga Kecamatan Astambul dan Martapura Timur Kabupaten Banjar.

Ikan di keramba yang mati mendadak pada Sabtu dan Minggu lalu sebagian besar dibuang  ke sungai yang arusnya mengalir melewati beberapa desa di kecamatan lainnya. Akibatnya ikan mati tersebut menumpuk di hilir sungai yakni di Desa Pingaran Hilir dan Tambak Baru.

Camat Astambul Gusti Surya mengaku sudah menerima laporan dari beberapa desa mengenai banyaknya ikan mati yang tertumpuk di sungai. Akibatnya aktivitas warga terganggu karena ikan-ikan tersebut mengeluarkan bau busuk yang menyengat.

“Pagi tadi saya sudah mengecek langsung kelapangan untuk memastikan laporan warga tersebut seperti di Desa Pingaran Ilir, memang banyak sekali ikan mati menumpuk yang sudah berbau busuk,” ujarnya, kepada Radar Banjarmasin saat dikonfirmasi.

Kehadiran bangkai ikan busuk tersebut mengakibatkan terganggunya aktivitas warga karena air sungai banyak digunakan warga setiap harinya untuk beberapa keperluan seperti mandi dan mencuci. “Bahkan ada juga warga yang menggunakannya untuk memasak,” katanya.

Banyak warga yang akhirnya tidak bisa menggunakan air sungai dan mengalami krisis air bersih seperti di Desa Pingaran Ulu dan Ilir. “Kita sudah mengirimkan surat kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjar untuk meminta bantuan air bersih,” lanjutnya.

Senada dengan Surya, Camat Martapura Timur Amir Hasan juga mengaku telah dilapori warga Desa Tambak Baru yang mengeluhkan adanya tumpukan ikan yang hanyut di sungai yang mengganggu aktivitas warga. Karena selama ini warganya juga sangat bergantung dengan air sungai untuk beberapa keperluan. “Saya mengimbau kepada warga agar bisa bergotong-royong untuk membuang ikan-ikan yang mati tersebut, sehingga sungai bisa kembali digunakan,” katanya.

Sementara itu, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banjar yang dikonfirmasi kemarin, masih belum memiliki data lengkap berapa jumlah ikan yang mati dan berapa banyak jumlah pemilik keramba yang merugi. “Saat ini petugas dari Dinas masih melakukan pendataan, sehingga untuk sementara ini belum diketahui kerugian yang dialami pemilik keramba akibat banyaknya ikan mati selama beberapa hari terakhir,” ujar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Noor Ifansyah Fani, kepada Radar Banjarmasin.

Mengenai penyebabnya, Dinas juga belum mengetahui secara pasti apa penyebabnya, karena masih  belum melakukan uji laboratorium pada ikan dan air sungai.

Secara umum, Ifansyah mengungkapkan matinya ikan tersebut dikarenakan karena adanya beberapa faktor seperti kualitas air dan faktor X  yang  mungkin ada. “Saya masih tidak bisa memberikan banyak keterangan karena masih belum menerima laporan utuh dari petugas di lapangan. Minimnya debit air sungai juga dapat menyebabkan masalah ini karena tingginya gas amoniak yang dihasilkan dari pakan ikan,” jelasnya.

Sedangkan dari petugas Tim Pengendali Hama dan Penyakit Balai Pembudayaan Air Tawar (BPAT) Mandiangin, Bambang yang melakukan pengujian sampai air di tiga titik di Mali-Mali dan Sungai Arfat menunjukkan kadar oksigen dalam air berada di bawah ambang batas normal.

Menurutnya, ambang batas normal oksigen tersebut adalah diatas 4, dan juga diketahui kadar Amoniak (NH3) dalam air tersebut tinggi. (ins/ij/ram)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelancong Naik 31,13 Persen

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler