jpnn.com - JOGJA - Meski mendapatkan penolakan dari mayoritas pangeran putra Sri Sultan Hamengku Buwono IX, langkah Hamengku Buwono X untuk mengganti nama dan gelarnya tampaknya sudah bulat. Raja yang naik takhta sejak 7 Maret 1989 tak begitu mempedulikan sikap dari adik-adiknya tersebut.
Terbukti, sore kemarin sejumlah pejabat daerah, anggota dewan maupun pejabat instansi vertikal telah menerima undangan tingalan jumenengan dalem atau peringatan ulang tahun naik takhta raja ke-27.
BACA JUGA: Rian DMasiv Pesan Abon Sapi dari Yogyakarta
Tertulis di undangan itu peringatan tingalan jumenengan dalem Sultan Hamengku Bawono X dan bukan Sultan Hamengku Buwono X.
“Hamengku Bawono kan baru dideklarasikan kemarin, kok ini sudah peringatan yang ke-27 tahun,” ujar seorang pejabat yang menerima undangan itu sambil tersenyum sekaligus gedek-gedek (menggelengkan kepala).
Dalam undangan berkop Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat itu tertulis acara dilangsungkan di Bangsal Pagelaran, Keraton Jogja.
Acaranya berlangsung Senin (18/5) malam pukul 19.00. Undangan diminta hadir setengah jam sebelumnya. Terpisah, Penghageng Kawedanan Hageng Wahana Sarta Kriya Keraton Jogja KGPH Hadiwinoto menegaskan, raja yang sekarang bertakhta di keraton masih bergelar Hamengku Buwono X.
“Gelarnya tetap itu, nggak ada yang berubah,” tegasnya. Sebagai konsistensi atas sikap itu, kerabat keraton akan menggelar acara adat berupa labuhan ke pantai selatan (Parangkusumo) dan Gunung Merapi pada Rabu (20/5) atau bertepa-tan dengan 29 Rejeb. Labuhan yang rutin diadakan setiap tahun itu khusus untuk memperingati ulang tahun kenaikan takhta Hamengku Buwono X.
“Bukan Hamengku Bawono. Kami menganggap sabdaraja tentang perubahan nama itu secara adat sejak awal cacat. Maka produknya juga batal demi hukum,” ujar adik kandung HB X ini.
Sama dengan enam pangeran Jakarta dan KGPH Hadiwinoto, Manggalayudha Keraton Jogja GBPH Yudhaningrat menegaskan, raja yang diakui bertakhta di Keraton Jogja adalah Sultan Hamengku Buwono X, dan bukan Sultan Hamengku Bawono Kase-puluh maupun gelar lainnya.
“Gelarnya masih tetap khalifatullah sesuai amanat dan warisan dari leluhur Mataram Ngayogya-karta,” tegasnya. (kus/laz/ong)
Redaktur : Tim Redaksi