Survei EPI Center: Gerindra Teratas, PSI Jadi Pendatang Baru di Senayan

Sabtu, 20 Januari 2024 – 18:28 WIB
Temuan survei Economics & Political Insight (EPI) Center menunjukkan elektabilitas Gerindra bertengger di puncak dengan raihan 18,9 persen. Foto: dok EPI

jpnn.com, JAKARTA - Gerindra berpeluang besar menjadi partai pemenang Pemilu 2024, menggeser PDIP yang sebelumnya menang dua kali berturut-turut.

Temuan survei Economics & Political Insight (EPI) Center menunjukkan elektabilitas Gerindra bertengger di puncak dengan raihan 18,9 persen.

BACA JUGA: Survei IndexPolitica: Gerindra Unggul, PSI Masuk Parlemen

Tergeser ke peringkat kedua, elektabilitas PDIP hanya mencapai 16,4 persen, melorot jika dibandingkan dengan perolehan suara pada Pemilu 2014 dan 2019.

PDIP diperkirakan bakal gagal mengulang kemenangan yang ketiga kalinya, atau mencetak hattrick.

BACA JUGA: Bappilu Gerindra Baca Pertanda, Prabowo-Gibran Dicintai di Jabar

Peta kontestasi partai politik juga berlangsung dinamis. Senayan kedatangan pendatang baru yaitu Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yang elektabilitasnya menembus 4,2 persen atau telah melewati ambang batas parlemen (parliamentary threshold) sebesar 4 persen.

“Gerindra diproyeksikan bakal memenangkan Pemilu 2024 sekaligus mengalahkan dominasi PDIP, serta munculnya pendatang baru di Senayan di mana elektabilitas PSI menembus 4,2 persen,” ungkap peneliti EPI Center Mursalin di Jakarta, Sabtu (20/1).

BACA JUGA: Politikus Gerindra: Program Makan Siang dan Susu Gratis Demi Siapkan Generasi Indonesia Emas 2045

Menurut Mursalin, potensi kemenangan Gerindra berkaitan erat dengan peta kontestasi Pilpres 2024.

“Dukungan yang diberikan Presiden Jokowi kepada Prabowo-Gibran mengungkit elektabilitas Gerindra sebagai partai pengusung utamanya,” tandas Mursalin.

Hal ini sekaligus membuktikan kuatnya faktor Jokowi dalam menaikkan elektabilitas partai yang didukungnya. Pada Pemilu 2014 dan 2019, perolehan suara PDIP terjaga pada kisaran mendekati 20 persen, naik dari Pemilu 2009 yang hanya berkisar 14 persen.

Sebaliknya dengan Gerindra, di mana Jokowi menjadi rival Prabowo pada Pemilu 2014 dan 2019, perolehan suaranya hanya berkisar 11-12 persen. “Suara Gerindra berpotensi melonjak berkat dukungan Jokowi kepada Prabowo pada pemilu kali ini,” tegas Mursalin.

Perolehan suara PDIP terancam tergerus, di mana kantong-kantong suara PDIP menjadi lahan garapan Prabowo-Gibran. “Terakhir, hengkangnya Maruarar Sirait yang merupakan putera tokoh pendiri PDIP memperkuat fenomena pergeseran pemilih,” lanjut Mursalin.

Besarnya faktor Jokowi juga tampak dalam lonjakan elektabilitas PSI, setelah sebelumnya partai baru pada Pemilu 2019 itu gagal menembus Senayan. “Kenaikan itu terjadi setelah Kaesang Pangarep, salah satu putera Jokowi, menjadi ketua umum PSI,” jelas Mursalin.

Jokowi yang ingin memastikan keberlanjutan program-programnya usai menjabat dua periode merasa perlu tetap mempengaruhi aktor-aktor pemilu. Selain Gibran yang didapuk sebagai cawapres Prabowo, pengaruh Jokowi pada partai juga masuk melalui Kaesang.

PSI sendiri sejak awal memposisikan diri sebagai pendukung kuat kepemimpinan Presiden Jokowi.

“PSI bahkan mengembangkan ideologi Jokowisme yang diartikan sebagai kemajuan Indonesia di bawah kepemimpinan Jokowi,” terang Mursalin.

Masuknya PSI sebagai pendatang baru di Senayan berbanding terbalik dengan nasib PPP yang diperkirakan justru bakal terlempar.

“Elektabilitas partai berlambang Ka’bah warisan dari fusi 1973 itu terpuruk hanya tersisa 2,7 persen saja,” pungkas Mursalin.

Survei Economics & Political Insight (EPI) Center dilakukan pada 9-15 Januari 2024, secara tatap muka kepada 1200 responden mewakili 38 provinsi.

Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. (dil/jpnn)

Berikut hasil lengkap elektabilitas partai-partai politik:
Gerindra 18,9 persen
PDIP 16,4 persen
Golkar 10,5 persen
PKB 7,3 persen
Demokrat 5,6 persen
PKS 5,2 persen
Nasdem 4,8 persen
PAN 4,6 persen
PSI 4,2 persen
PPP 2,7 persen
Perindo 1,5 persen
Hanura 0,6 persen
Gelora 0,4 persen
Ummat 0,3 persen
PBB 0,3 persen
Garuda 0,2 persen
PKN 0,1 persen
Buruh 0,0 persen
Tidak tahu/tidak jawab 16,5 persen


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler