Survei Ipsos: Ganjar Vs Prabowo Kejar-kejaran, Anies Makin Ketinggalan

Rabu, 06 September 2023 – 20:03 WIB
Ilustrasi bakal capres Pilpres 2024 (dari kiri) Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. Ilustrator: Sultan Amanda/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Lembaga riset internasional Ipsos Public Affairs merilis survei nasional terkait dinamika partai politik dan elektabilitas para tokoh potensial yang hendak berlaga dalam Pemilihan Presiden(Pilpres) 2024.

Survei ini digelar pada 22-27 Agustus di 24 provinsi, di daerah perkotaan dan perdesaan, menggunakan metode wawancara tatap muka dengan 1.200 responden dengan margin of error ±2,83 persen.

BACA JUGA: Srikandi Ganjar Tingkatkan Kreativitas Perempuan Milenial dalam Tata Rias

“Pilpres makin dekat, sementara persaingan antarkandidat makin ketat. Dalam survei terbaru Ipsos, Ganjar Pranowo menduduki posisi pertama dengan elektabilitas sebesar 40,12 persen, sementara Prabowo Subianto sebanyak 37 persen. Anies Baswedan menduduki peringkat ketiga dengan elektabilitas yang awalnya sebesar 25,60 persen turun menjadi 22,67 persen," ujar Deputy Director Ipsos Public Affairs Sukma Widyanti dalam paparannya.

Hasil ini menunjukan Ganjar Pranowo mengalamai rebound mengalahkan Prabowo Subianto, mengubah peta hasil telesurvei Ipsos Public Affairs 18 Juli 2023.

BACA JUGA: NCBI Menyorong Ganjar - Andika Perkasa pada Pilpres 2024

Ketika itu, Prabowo unggul di angka 36,65 persen dibanding Ganjar Pranowo 34,46 persen. 

Meski demikian, lanjut dia, peta elektabilitas bakal capres masih akan bergerak dinamis, selain karena faktor ketokohan juga faktor lainnya seperti mesin politik, strategi kampanye, logistik dan lainnya.

BACA JUGA: Santri Dukung Ganjar Beri Bantuan dan Merenovasi Ponpes di Subang

Pada simulasi tiga pasang calon presiden dan wakil presiden, Ganjar Pranowo unggul saat berpasangan dengan Sandiaga Uno maupun Mahfud MD memiliki elektabilitas tertinggi (36 persen dan 39 persen) jika berhadapan dengan Prabowo Subianto-Erick Thohir/ Khofifah Indar Parawansa (34 persen/ 28 persen) dan Anies Baswedan–AHY (19 persen/ 21 persen), sementara 12-13 persen masih belum menentukan pilihan.

Pada simulasi dua pasang, jika Prabowo Subianto berpasangan dengan Ganjar Pranowo akan meraih 54 persen jika berhadapan dengan Anies Baswedan–AHY (23 persen). Masih terdapat 23 persen suara yang belum menentukan pilihan.

Mungkinkah Poros Baru Pasca Deklarasi Anies Baswedan–Muhaimin Iskadar?

Arif Nurul Imam, peneliti senior Ipsos Public Affairs mengatakan dinamika politik masih dinamis. Bahkan peta koalisi masih bisa bergeser.

“Wacana dibangunnya koalisi antara PPP dan Partai Demokrat tentu menarik dicermati. Jika mampu menambah dukungan partai lain, misalnya PKB membuat manuver sehingga Anies Baswedan tidak bisa maju,” ujar Arif.

“Karena kita  mengetahui bahwa PKB sejatinya adalah partai pendukung pemerintah yang sebagian besar atau 63 persen pemilihnya justru mendukung Ganjar Pranowo. Merujuk ke data tersebut, Sebagian besar pendukung PKB sepertinya tidak sejalan dengan ide perubahan yang diusung Anies,” tuturnya.

Dari data survei terbaru Ipsos, pemilih PKB hanya 6% ke Anies Baswedan dan 31% ke Prabowo Subianto.

Skenario apabila Anies Baswedan tidak bisa maju sebagai Capres masih bisa terjadi mengingat Partai Demokrat yang masih belum menentukan pilihan koalisi pasca keluarnya dari Koalisi Perubahan.

Dalam wacana pasca deklarasi Anies-Muhaimin, terdapat suara yang menginginkan pasangan Sandiaga Uno dan Agus Harimurti Yudoyono sebagai poros baru pasangan Capres-CawaPres. Namun pasangan ini masih menyisakan tantangan.

“Sebab potensi suara Sandiaga Uno dan Agus Harimurti masih di angka 9 persen, selesih jauh dibandingkan Ganjar Pranowo–Mahfud MD sebesar 39 persen dan Prabowo Subianto–Erick Thohir 36 persen dan yang tidak menjawab terdapat 16 persen,” kata Arif Nurul Imam.

Selain itu, untuk mewujudkan skenario Sandiaga Uno-AHY terjadi perlu dukungan partai sebesar 20% minimal.

Sejauh ini, apabila Partai Demokrat dan PPP Bersatu, jumlah kursi keduanya baru mencapai 73 kursi parlemen.

"Akankah ada partai yang mau menambahkan kursi tersebut sehingga tercapai tresehold untuk mendaftar sebagai pasangan?" pungkasnya.

Untuk diketahui, Ipsos merupakan Lembaga riset yang sangat berpengalaman di dunia global. Lembaga yang berkantor pusat di Perancis ini beroperasi di 90 negara selain dikenal melakukan riset pasar, juga melakukan riset sosial politik, termasuk di Indonesia.

Ipsos Indonesia merupakan anggota Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) dan Association for Global Research Agency Worldwide (ESOMAR World Research). (dil/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler