Survei JJI: Airlangga Meraih Elektabilitas Tertinggi, Berpeluang Menang di Pilpres

Minggu, 25 Juni 2023 – 15:15 WIB
Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTAJaringan Jurnalis Indonesia (JJI) melakukan jajak pendapat tentang keinginan masyarakat terkait sosok presiden di masa mendatang.

Adapun jajak pendapat ini diberi tema “Potret Suara Masyarakat Jelang Pemilu 2024.

BACA JUGA: Airlangga Beri Kuliah Umum, Ratusan Mahasiswa se-Bandung Raya Heboh

Survei JJI dilakukan 8 -21 Juni 2023 dengan jumlah sample 2.280 warga negara Indonesia yang sudah memiliki hak pilih saat Pemilu 2024, tersebar di 488 kabupaten/kota secara proposional sesuai besaran komposisi DPT Pemilu 2019.

Hasil survei ini memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error kurang lebih 2,05 persen.

BACA JUGA: Pantun Menko Airlangga Disambut Heboh 800 Mahasiswa se-Bandung Raya

Dari hasil penelitian ini didapati bahwa jumlah responden yang pernah memberikan hak pilih pada pemilu lalu sebanyak 60,7 persen, dan yang baru akan memberikan hak pilihnya pada Pemilu 2024 sebanyak 39,3 persen. 

Koordinator JJI Agusta Irawan objek penelitian ini ialah tokoh bakal capres yang sangat mungkin bisa maju sebagai capres pada Pilpres 2024, yaitu Airlangga Hartarto, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto, serta parpol yang ada di DPR RI saat ini. 

BACA JUGA: Menko Airlangga Tinjau Pembangunan Tol Cisumdawu dan Salurkan KUR di Sumedang

Agusta menyatakan dalam penelitian ini didapati bahwa mayoritas responden atau 90,8 persen menginginkan sosok capres dan cawapres yang mampu menerapkan kebijakan pro stabilitiy, pro jobs, pro environment.

Agusta mengungkapkan kriteria sosok presiden yang diinginkan masyarakat dari sisi kemampuan.

Menurut dia, 91,7 persen masyarakat menginginkan presiden yang mampu dan punya pengalaman dalam mengelola perekonomian nasional sehingga berdampak pada tingkat kesejahteraan rakyat. 

Kemudian, 80,9 persen masyarakat menginginkan presiden berani dan punya nyali tidak mudah ditekan oleh para pemilik modal atau negara asing yang sering merugikan masyarakat.

“Lalu, 89,8 persen masyarakat menginginkan presiden yang tidak pro terhadap tenaga kerja asing yang unskill seperti masuknya TKA China di sektor dipertambangan dan lain-lain,”  kata Agusta dalam keterangan tertulisnya, Minggu (24/6).

Dari sisi elektabilitas, kata dia, penelitan JJI menunjukkan jika pilpres digelar hari ini maka 34,8 persen responden memilih Airlangga Hartarto, 29,2 persen Prabowo Subianto, dan 18,7 persen Ganjar Pranowo, 7,8 persen Anies Baswedan. Selebihnya atau 9,5 persen belum menentukan pilihan.

Sementara itu, hasil penelitian juga menunjukkan jika pemilu digelar hari ini, maka 19,7 persen memilih Partai Golkar, kemudian Gerindra (18,3 persen), PDIP  (12,4 persen), PKB (7,1, persen), Partai Demokrat (6,2 persen), PKS  (5,8 persen), Partai Perindo (4,7 persen), PPP (3,8 persen), Partai Nasdem (3,2 persen), PSI  (2,1 persen), PAN (1,9 persen) dan gabungan parpol lainnya 4,4 persen, dan tidak memilih 10,4 persen.

Sementara, untuk calon wakil presiden yang paling diinginkan, 20,2 persen memilih Puan Maharani,  kemudian Iriana Jokowi  (16,3 persen), Sandiaga Uno (10,1 persen), Gatot Nurmantyo (8,8 persen),  Andika Perkasa (8,2, persen), Mahfud MD 6,7 persen dan Erick Thohir (5,8 persen). 

Hasil riset menunjukkan alasan masyarakat memilih Iriana Jokowi sebagai wakil presiden karena Iriana lebih mengenal misi dan visi dan mengetahui kerja Jokowi.

Sementara, kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-Maruf Amin di bidang perekonomian 89,3 persen, kesejahteraan sosial 71,8 persen,  hukum dan keamanan 80,2 persen , kesehatan dan pendidikan 70,9 persen, sosial politik 73,8 persen.

Selanjutnya, kata Agusta, dari simulasi nama -nama menteri atau orang dekat Jokowi yang layak dipilih sebagai wapres, Luhut Binsar Panjaitan 20,2 persen, Budi Gunawan 18,7 persen Pratikno  14,8 persen, Pramono Anung 11,2 persen, Moeldoko 8,3 persen. Sementara responden tidak memilih 26,8 persen.

Alasan kenapa LBP paling banyak dipilih, karena paling mengerti dan bisa mengaplikasikan keinginan serta kebijakan dan visi misi dalam program-program Presiden Jokowi.

“Kesimpulan dari survei ini menunjukan bahwa publik menjadikan pemilu sebagai ajang pembentukan pemerintahan baru sehingga itu sudah diketahui oleh publik, sehingga publik mengapresiasi secara positif,” paparnya.

Dia menjelaskan bahwa secara garis besar pesta demokrasi akan berkaitan dengan kebijakan yang bertujuan untuk memberikan kemakmuran perekonomian tanah air.

"Ada komitmen ke situ menyangkut kepentingan bangsa dan negara dalam hal ini jadi otomatis kedaulatan rakyat terpenuhi," ungkapnya.

Selain itu, lanjut dia, pesta demokrasi yang berjalan kondusif dan menerapkan prinsip jujur dan adil, juga akan memberikan dampak positif bagi kehidupan demokrasi dan pembangunan ekonomi nantinya.

Menanggapi hasil survei JJI, pengamat politik dan juga dosen Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jogjakarta Ludiro Madu menilai bahwa masyarakat mulai melihat sosok calon presiden yang lebih memahami tentang keadaan rakyat, seperti persoalan ekonomi.

Oleh karena itu, kata dia, Airlangga Hartarto unggul karena dianggap mampu mengurusi ekonomi Indonesia.

"Saya melihat Airlangga Hartarto unggul dalam survei JJI, karena masyarakat anggap mampu urus ekonomi," kata Ludiro kepada wartawan, Minggu (24/6), dikutip dari keterangan tertulis. 

Ludiro mengatakan, Airlangga mampu menerapkan kebijakan pro stability, pro jobs, pro environment, karena pengalaman di bidang ekonomi dan persoalan lainnya.

Selain itu, kata Ludiro, citra positif Airlangga di mata publik saat ini juga mendongkrak elektabilitas sebagai capres.

Hal ini juga bisa menambah nilai bagi ketua umum Partai Golkar itu.

Menurut dia, Golkar di Pemilu 2024 dapat menjadi partai yang dipilih masyarakat karena ditambah adanya figur Airlangga.

"Peluang menang Airlangga sebagai capres besar jika mesin politik Golkar terus berjalan," ungkapnya.

Kesempatan Airlangga menjadi Capres 2024 menjadi momen Golkar sebagai partai besar yang selalu didukung masyarakat.

Hal ini merupakan modal Golkar wujudkan ketumnya sebagai presiden 2024.

Sementara, munculnya Iriana Jokowi sebagai cawapres di survei JJI dianggap sangat mengejutkan.

Sebab, nama Iriana Jokowi tidak pernah muncul di survei.

Munculnya Iriana Jokowi  karena dianggap bisa melanjutkan kerja Presiden Jokowi.

Sebab, Iriana lebih paham tentang kerja yang dilakukan Jokowi.

"Ya sangat mengejutkan ada nama Iriana Jokowi masuk di survei JJI sebagai cawapres, tentu ini hal yang wajar karena Iriana Jokowi tahu dan paham atas kerja Jokowi," bebernya. (boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler