jpnn.com - JAKARTA - Lembaga Poltracking Indonesia merilis hasil survei terbaru elektabilitas pasangan calon di Pilkada Jawa Timur 2024.
Pasangan Calon Gubernur-Calon Wakil Gubernur Jatim nomor urut 2 Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak, potensial memenangi Pilkada Jatim 2024.
BACA JUGA: Khofifah-Emil Punya Komitmen Konkret Menjadikan Jatim Episentrum Ekonomi Indonesia Timur
Khofifah-Emil meraih elektabilitas 68,4 persen, unggil jauh dari para rivalnya.
Temuan tersebut merujuk survei yang dilakukan pada periode 13-19 November 2024 dengan metode stratified multistage random sampling dan sampel sebanyak 2.000 responden. Bila hasil survei digabung plus dan minus dengan margin of error 2,2 persen ditemukan batas bawah 66,2 persen dan batas atas 70,6 persen.
BACA JUGA: Rudy Masud-Seno Aji Unggul di Pilkada Kalimantan Timur Versi Survei GRC
"Kita memprediksi pemenang Pilkada Gubernur Jawa Timur 2024 akan dimenangkan oleh pasangan nomor urut 2 Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak dengan perolehan kisaran 66,2 sampai dengan 70,6 persen," kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda dalam pemaparan rilis survei secara daring, Kamis (21/11).
Dia juga memaparkan pada posisi kedua terdapat pasangan Tri Rismaharini-Zahrul Azhar atau Gus Hans dengan perolehan elektabilitas 24,2 persen. Disusul Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim di posisi ketiga dengan raihan elektabilitas 3,8 persen.
BACA JUGA: Irjen Iqbal Beri Pembekalan Pengamanan Pilkada 2024 di Rokan Hulu Jelang Pencoblosan
Hanta mengatakan tingginya angka partisipasi pemilih pada Pilgub Jatim 2024 turut memberi peranan kunci. Terutama dalam memprediksi hasil survei yang sampai sekarang ini terekam masih diungguli oleh pasangan petahana.
"Tentu angka ini juga berkaitan dengan tingat partisipasi yang relatif stabil artinya di angka 70 atau 80 sampai 90 persen itu kemunginan angka survei ini tidak begitu jauh perkiraannya," ungkapnya.
Dia menyebut gelaran Pilgub Jatim kali ini relatif berjalan sangat tertib dan kondusif.
Kecil kemungkinan untuk terjadi dinamika politik luar biasa yang berpotensi mengubah arah pilihan masyarakat.
"Tidak ada dinamika politik yang luar biasa, tidak ada operasi politik dan sebagainya yang kemudian mengubah di sisa satu minggu terakhir ini," kata dia. (boy/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi