jpnn.com, JAKARTA - Panel Survei Indonesia (PSI) merilis hasil survei elektabilitas dan kekuatan bakal calon Gubernur Sumatera Utara (Sumut).
Direktur Eksekutive PSI Mahendra Zaeni mengatakan survei itu merekam beberap kriteria calon kepala daerah yang diinginkan masyarakat.
BACA JUGA: Nikson Nababan Unggul dalam Survei TBRC Sebagai Calon Gubernur Sumut
Menurut Zaeni, sebanyak 81,6 persen masyarakat menginginkan gubernur dan wakil gubernur harus memiliki kapasitas, wawasan luas, dan kemampuan kepemimpinan yang mumpuni.
Sebanyak 84,7 persen memilih yang memiliki moralitas atau akhlakul karimah yang merupakan pondasi dalam mengemban amanat dari masyarakat.
BACA JUGA: Meski Nama Bobby Nasution Disebut Bisa Mengatur Izin Tambang, KPK Belum Mau Bertindak
Selain itu, sebanyak 60,7 persen menginginkan calon kepala daerah punya kemampuan finansial.
"Kebutuhan biaya menjadi konsekuensi logis bagi calon. Biaya yang dimaksud bukan untuk menyuap masyarakat, namun untuk akomodasi kegiatan kampanye dan sosialisasi," kata Zaeni di Jakarta, Senin (5/8).
BACA JUGA: Edy Rahmayadi Enggak Takut Lawan Menantu Presiden Jokowi Bobby Nasution
Zaeni menyebutkan survei juga menyasar tingkat popularitas (terkenal), akseptabilitas (diterima), dan elektabilitas (dipilih) bagi para bakal calon kepala daerah Sumut.
Hasilnya, nama Nikson Nababan memiliki tingkat popularitas sebesar 82,2 persen, lalu Edy Rahmayadi memiliki tingkat popularitas mencapai 84,6 persen.
Kemudian, Bobby Nasution 89,3 persen.
"Namun, popularitas untuk Nikson Nababan dan Edy Rahmayadi bersifat sosiometrik, di mana popularitas sosiometrik muncul dari daya tarik individu, yang disukai karena berbagai sifat baiknya," kata Zaeni.
Zaeni menyebut Nikson dinilai memiliki kemampuan personal, memiliki empati dan sering membantu orang lain.
Kemudian, tingkat popularitas Bobby Nasution masuk dalam sifat popularitas perceived.
Perihal ini, lanjut Zaeni, Bobby terkenal, tetapi jarang disukai karena reputasinya yang kurang positif.
Contohnya, Bobby lebih dikenal karena pemberitaan tentang dugaan kasus korupsi, dianggap suka marah-marah, dan lainnya.
Dikatakan, dengan popularitas sosiometrik yang dimiliki Edy Rahmayadi dan Nikson ini mengarah pada satu konstruksi kesukaan atau akseptabilitas.
Di mana tingkat kesukaan atau akseptabilitas dari Nikson Nababan paling tinggi hingga di angka 88,2 persen.
Lalu, disusul Edy Rahmayadi 70,2 persen dan Bobby Nasution yang popularitas bersifat perceived memiliki tingkat akseptabilitas yang paling rendah di angka 43,7 persen.
Lebih lanjut Zaeni menjelaskan, survei juga didasarkan pada simulasi dengan pertanyaan terbuka secara spontanitas pada responden untuk mengukur pilihan top of mind responden terhadap tokoh pilihannya sebagai Gubernur Sumut.
Hasilnya, Nikson Nababan menempati tingkat elektabitas paling tinggi sebanyak 27,2 persen.
Kemudian, Edy Rahmayadi menempati urutan kedua dengan tingkat elektabilitas sebagai bakal Cagub Sumut dengan raihan sebesar 19,3 persen, dan di urutan ketiga Bobby Nasution 14,2 persen.
Adapun nama lainnya masih di bawah 10 persen top of mind-nya, yaitu Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah (Ijeck) di urutan keempat dengan 9,3 persen, dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di urutan kelima 8,9 persen.
Survei juga mengukur indikator tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bakal calon gubernur Sumut untuk memimpin provinsi.
Hasilnya tingkat kepercayaan (trust) masyarakat pada Nikson Nababan di angka kepercayaan responden tertinggi yakni 78,3 persen, lalu Edy Rahmayadi dipercaya 77,8 persen responden, sedangkan Bobby Nasution di percaya 46,7 persen responden.
Hasil penilaian masyarakat itu didasarkan pada pengalaman kepemimpinan di daerah bagi bakal cagub.
Di mana Nikson Nababan punya pengalaman dua periode sebagai Bupati Tapanuli Utara, kemudian Edy Rahmayadi pengalaman satu periode memimpin Sumut, sedangkan Bobby Nasution baru satu periode menjabat sebagai Wali Kota Medan.
Zaeni mengatakan, survei PSI dilaksanakan pada 19-31 Juli 2024 itu dilakukan dengan menggunakan populasi masyarakat Sumut yang terdaftar sebagai Daftar Pemilih Tetap di Pemilu 2024.
Responden dalam survei juga merupakan warga negara Indonesia di Sumut yang memiliki hak pilih dalam Pemilu, yakni mereka yang berusia 17 tahun atau lebih atau sudah menikah ketika survei berlangsung.
"Pengambilan sampel dengan metode multistage random sampling yang diikuti 1680 responden. Wawancara secara tatap muka dengan margin of error kurang lebih 2,38 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen," kata Zaeni. (mcr10/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Elvi Robiatul