Susah Menemukan Sosok Seperti Hoegeng di Polri Saat Ini

Minggu, 05 Agustus 2012 – 19:27 WIB

JAKARTA - Ketika nama Kepolisian RI tengah tercoreng karena kasus korupsi proyek simulator, masyarakat kembali diingatkan pada sosok mantan Kepala Polisi RI Jenderal (purn) Hoegeng Imam Santoso. Menurut Ketua Komisi III, I Gde Pasek Suardika, di kepolisian saat ini tak mudah menemukan sosok seperti Jenderal Hoegeng yang jujur, tegas dan mengayomi.

"Cerita soal Kapolri Jenderal Hoegeng memang tak ada habisnya. Cerita kejujurannya diceritakan dari generasi ke generasi. Rasanya tak ada yang bisa menyainginya. Saat masyarakat merindukan sosok polisi jujur, tegas dan mengayomi, hanya nama Hoegeng yang disebut. Tak ada nama lain," kata Pasek di Jakarta, Minggu (5/8).

Hoegeng menjadi Kapolri sejak 9 Mei 1968 hingga 2 Oktober 1971. Pria asal Pekalongan, Jawa Tengah itu, banyak membawa perubahan sejak ia berkarya di institusi Polri.

Ia melakukan pembenahan beberapa bidang yang menyangkut Struktur Organisasi di tingkat Mabes Polri. Hasilnya, struktur yang baru lebih terkesan lebih dinamis dan komunikatif. Selain itu, ia juga membuat perubahan nama pimpinan polisi dan markas besarnya.

Berdasarkan Keppres No.52 Tahun 1969, sebutan Panglima Angkatan Kepolisian RI (Pangak) diubah menjadi Kepala Kepolisian RI (Kapolri). Dengan begitu, nama Markas Besar Angkatan Kepolisian pun berubah menjadi Markas Besar Kepolisian (Mabak) saat itu.

Perubahan itu membawa sejumlah konsekuensi untuk beberapa instansi yang berada di Kapolri. Misalnya, sebutan Panglima Daerah Kepolisian (Pangdak) menjadi Kepala Daerah Kepolisian RI atau Kadapol. Demikian pula sebutan Seskoak menjadi Seskopol.

Di bawah kepemimpinan Hoegeng peran serta Polri dalam peta organisasi Polisi Internasional, International Criminal Police Organization (ICPO), semakin aktif. Hal itu ditandai dengan dibukanya Sekretariat National Central Bureau (NCB) Interpol di Jakarta. Masih banyak karya yang dilakukan Hoegeng lewat institusi Polri.

Yang paling diingat dari masyarakat, Hoegeng adalah sosok yang tetap sederhana dan rendah hati meski telah menjadi Kapolri. Hoegeng, kata Pasek, dapat menjadi teladan bagi seluruh polisi di tanah air.

"Banyak polisi yang baik dan kita temukan di pelosok-pelosok daerah dengan pangkat-pangkat rendahan. Kalau yang tidak baik itu pasti ada juga. Namun tidak bisa disimpulkan tidak baik semuanya," kata Pasek.

Anggota Fraksi Demokrat itu menyatakan masyarakat pun harus melihat sosok polisi secara objektif. Tak semua polisi bersikap buruk. Apalagi, polisi memiliki tugasnya masing-masing, bukan hanya untuk menegak hukum dan keamanan negara, tapi juga mengayomi masyarakat.

"Menilai polisi ya harus utuh dong. ‎ Lihat saja kalau tanpa ada mereka? apakah suasana bisa seperti sekarang? Kalau ada kekurangan mari jangan mencaci kekurangannya namun denga ikhtiar terus membenahi kekurangan. Kalau ada kelebihan jangan terlalu memujinya tapi deng terus mendorong berbuat yang lebih baik," lanjutnya.(flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kompolnas: Polri dan KPK Sebaiknya Berdialog


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler