Susu Kental Manis Tidak Baik untuk Anak-Anak

Selasa, 28 Juli 2020 – 02:09 WIB
Salah seorang anak penderita gizi buruk di Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor. Foto: Kozer/Radar Bogor

jpnn.com, JAKARTA - Aktivis kesehatan anak Yuli Supriati mengatakan, masih banyak warga yang tidak mengerti bahwa susu kental manis (SKM) tak baik dikonsumsi anak-anak.

Dia berkaca pada kunjungannya puskesmas di Tigaraksa, Banten, beberapa waktu lalu.

BACA JUGA: Yuli Mengingatkan, Jangan Ada Susu Kental Manis di Paket Sembako

Yuli mengatakan, ada 36 anak berusia di bawah lima tahun berada dalam status gizi kurang.

 Sebanyak 21 anak di antaranya berada pada rentang usia 1-2 tahun," ungkap komisioner Yayasan Abhipraya Insan Cendekia (YAICI) itu, Minggu (26/7).

BACA JUGA: Penempatan Produk Kental Manis Masih Disatukan dengan Susu

Selain di Tangerang, kasus gizi buruk akibat pemberian susu kental manis juga terjadi pada korban banjir di Konawe, Sulawesi Tenggara.

Dari sekian banyak korban, ada salah seorang balita di bangsal penampungan. Seharusnya, dia sudah bisa berjalan atau berlari sejak berusia setahun lebih.

Namun, hingga hari ini tulangnya masih lemah. Dia juga belum mampu menyebut nama ayah dan ibunya.

Menanggapi hasil temuan YAICI dan di Konawe itu, dokter spesialis anak Tubagus Rachmat Sentika membenarkan bahwa SKM tidak untuk diberikan kepada anak-anak, baik untuk pelezat makanan apalagi untuk pengganti ASI.

“Karena kandungan gulanya yang tinggi, kental manis tidak baik untuk anak-anak. Anak yang meminum kental manis akan mengalami kegemukan, gigi keropos, dan tidak sehat,” katanya.

Dia menambahkan, calon ibu perlu memperhatikan gizi lengkap dan seimbang seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air. Sebab hal itu akan memengaruhi bayi mereka yang akan lahir kelak.

“Baik bayi, balita, ibu hamil, sampai lansia semuanya memerlukan gizi, cuma bentuknya berbeda-beda. Bayi itu bentuknya cair makanan pendamping ASI. Namun, setelah 6 bulan 1 tahun harus ditambahkan dengan makanan-makanan lain,” kata Tubagus.

Khusus untuk ibu hamil, sambung dia, yang perlu diperhatikan adalah pembentukan organ-organ setelah 8 minggu atau 4 bulan 10 hari.

Di sini sangat dibutuhkan asam folat, tablet zat besi (Fe) untuk pembentukan 25 persen perkembangan otak calon bayi.

Setelah 2- 3 tahun otak anak akan berkembang menjadi menjadi 80 persen dan setelah 6 tahun jadi 95 persen.

“Ini yang dinamakan golden period, yaitu masa emas atau 1000 hari pertama kehidupan atau masa-masa pembentukan otak. Karena itu, protein asam amino harus cukup, karbohidrat cukup, semua harus cukup," paparnya. (jos/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler