JAKARTA - Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Sutiyoso, benar-benar merasa dipermainkan para Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU). Perasaan marah, emosi dan gelisah, campur aduk menjadi satu.
"Membiarkan orang berlarut tanpa kepastian itu sangat menyakitkan. Seharusnya semua pihak berpikir untuk hal yang lebih besar. Politik mulia itu bukan seperti sekarang yang memalukan," katanya di Jakarta, Selasa (12/3).
Namun begitu, mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengaku masih bersabar. Sebab target PKPI dalam berpolitik bukan pada kekuasaan. Namun berorientasi pada demokrasi yang santun. Meskipun ia merasa dirugikan dengan sikap KPU yang tidak juga merespon fatwa Mahkamah Agung (MA).
“Tetapi sampai sekarang ini, (KPU) hanya seperti kaset saja. Yang diputar itu-itu saja. Ini seperti jalan buntu. KPU tidak mau dengar lagi. Sehingga kita merasa perlu membetulkan hal-hal keliru seperti ini. Perlu ada penyadaran hak-hak tertentu,” katanya.
Untuk itu, Sutiyoso dengan tegas menyatakan PKPI akan terus berjuang. Mereka akan terus mendesak KPU segera bersikap. Karena walau bagaimana pun, demokrasi di Indonesia harus dipertahankan berjalan sesuai norma-norma hukum yang ada.
"Kami teraniya luar biasa. Baru permulaan saja sudah begini, apalagi dalam proses penyelenggaraan nantinya. Jadi sekali lagi, kita minta penyelenggara menjalankan hukum sebenar-benarnya," katanya.
PKPI diketahui telah berkali-kali melakukan upaya hukum. Termasuk beraudiensi ke KPU sebagaimana diberitakan Senin (4/3) pascakeluarnya fatwa MA. Namun langkah tersebut berlangsung ricuh. Puluhan kader PKPI mengamuk hingga memaki-maki para komisioner KPU, karena belum juga menyertakan mereka sebagai peserta Pemilu. Alasan tuntutan ini keputusan Bawaslu yang diperkuat fatwa MA, dimana dalam satu butirnya menyatakan, Bawaslu memiliki kewenangan yang setara dengan KPU dan dapat mengeluarkan putusan yang bertentangan dengan keputusan KPU. (gir/jpnn)
"Membiarkan orang berlarut tanpa kepastian itu sangat menyakitkan. Seharusnya semua pihak berpikir untuk hal yang lebih besar. Politik mulia itu bukan seperti sekarang yang memalukan," katanya di Jakarta, Selasa (12/3).
Namun begitu, mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengaku masih bersabar. Sebab target PKPI dalam berpolitik bukan pada kekuasaan. Namun berorientasi pada demokrasi yang santun. Meskipun ia merasa dirugikan dengan sikap KPU yang tidak juga merespon fatwa Mahkamah Agung (MA).
“Tetapi sampai sekarang ini, (KPU) hanya seperti kaset saja. Yang diputar itu-itu saja. Ini seperti jalan buntu. KPU tidak mau dengar lagi. Sehingga kita merasa perlu membetulkan hal-hal keliru seperti ini. Perlu ada penyadaran hak-hak tertentu,” katanya.
Untuk itu, Sutiyoso dengan tegas menyatakan PKPI akan terus berjuang. Mereka akan terus mendesak KPU segera bersikap. Karena walau bagaimana pun, demokrasi di Indonesia harus dipertahankan berjalan sesuai norma-norma hukum yang ada.
"Kami teraniya luar biasa. Baru permulaan saja sudah begini, apalagi dalam proses penyelenggaraan nantinya. Jadi sekali lagi, kita minta penyelenggara menjalankan hukum sebenar-benarnya," katanya.
PKPI diketahui telah berkali-kali melakukan upaya hukum. Termasuk beraudiensi ke KPU sebagaimana diberitakan Senin (4/3) pascakeluarnya fatwa MA. Namun langkah tersebut berlangsung ricuh. Puluhan kader PKPI mengamuk hingga memaki-maki para komisioner KPU, karena belum juga menyertakan mereka sebagai peserta Pemilu. Alasan tuntutan ini keputusan Bawaslu yang diperkuat fatwa MA, dimana dalam satu butirnya menyatakan, Bawaslu memiliki kewenangan yang setara dengan KPU dan dapat mengeluarkan putusan yang bertentangan dengan keputusan KPU. (gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tri Dianto Incar Posisi Ketum Demokrat
Redaktur : Tim Redaksi