Syuting Horor Menguras Fisik dan Mental

Kamis, 09 Agustus 2018 – 10:18 WIB
Suasana Nonton Bareng Film layar lebar berjudul Dilan yang digelar kaum muda yang tergabung dalam Posko Kebinekaan di salah satu bioskop di Kota Palembang. Foto: Istimewa

jpnn.com - Tahun ini bioskop Indonesia banyak dihampiri film-film dalam negeri bergenre horor. Dalam sepekan bisa muncul dua judul film baru yang menebar sensasi kengerian dan jerit ketakutan.

Salah satu yang bakal tayang Agustus ini adalah Sesat. Film tersebut menjadi karya horor pertama sutradara Sammaria Simanjuntak yang sebelumnya menggarap film Demi Ucok.

BACA JUGA: Vonny Cornellya Deg-degan

Dua pemeran film Sesat, Laura Theux dan Endy Arfian, terbilang ''akrab'' dengan genre horor. Endy populer lewat perannya sebagai Tony dalam Pengabdi Setan. Yang sudah nonton film itu pasti ingat adegan Tony ketika diminta menyisir rambut Ibu yang kemudian banyak jadi meme ngeri-ngeri kocak.

Sesat yang rilis 23 Agustus diproduksi Rapi Films. Rumah produksi yang sama dengan Pengabdi Setan besutan Joko Anwar. Untuk Laura, film sebelumnya, Jaran Goyang, juga horor.

BACA JUGA: Ini Alasan Nova Eliza Takut Nonton Film Horor

''Tahun ini memang tahunnya horror ya. Tawaran yang datang horor terus,'' ucap Laura saat berkunjung ke Graha Pena Jawa Pos di Jakarta Senin (6/8).

Terlebih, lima film Endy horor semua. Cowok kelahiran Jakarta, 22 Mei 2001, tersebut menuturkan bahwa syuting film horor menghabiskan banyak energi. Tidak hanya menguras fisik, tetapi juga mental. ''Beughh capek banget. Akting ngos-ngosan, ketakutan itu melelahkan lho,'' paparnya.

BACA JUGA: Tumbal the Ritual Janjikan Ketegangan Tak Terduga

Di sisi lain, syuting film horor punya sisi yang menarik. ''Jujur, saya lebih suka syuting yang aneh-aneh gitu. Adegan lari-larian, jatuh-jatuhan, seru,'' lanjut Endy yang mulai bermain sinetron sejak usianya baru 6 tahun.

Untuk film terbaru itu, Laura dan Endy dilibatkan dalam pembentukan karakter mereka. Laura memerankan Amara, atlet lari yang introvert dan punya bonding sangat kuat dengan sang ayah. Ketika ayahnya meninggal mendadak, Amara hancur. Mereka sekeluarga pindah ke Desa Beremanyan. Dia lantas bertemu dengan Rian (diperankan Endy), teman di sekolah barunya. Nama desa diambil dari penunggu sumur yang bernama serupa: Beremanyan.

''Kata Kak Sammaria, karakter Amara sebagian diambil dari karakter asliku setelah ketemu. Di script awalnya beda,'' tutur Laura yang blasteran Bali-Prancis itu.

Sama halnya dengan karakter Rian yang awalnya cute dan adorable. ''Aku bikin jadi agak freak,'' kata Endy.

Saat didiskusikan dengan Sammaria selaku penulis dan sutradara, dia setuju. ''Bagus loh bisa improvisasi dari karakter,'' kata Endy yang menuturkan ucapan Sammaria.

Syutingnya mengambil lokasi di kawasan Puncak, Jawa Barat, selama 20 hari pada Juni. Syuting berjalan aman, tidak ada kejadian yang mengganggu. ''Yang serem justru pas ngelihat proses make-up Beremanyan,'' ujar Laura.

Perlu sekitar lima sampai enam jam untuk merias Davis, si pemeran Beremanyan. ''Ngelihat perubahan wujud Dave (Davis) sampai jadi Beremanyan itu... sereeemmm,'' lanjut pemeran komedi situasi The East tersebut. (nor/c15/jan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Christian Sugiono Ungkap Pengalaman Perdana Main Film Horor


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler