Tabloid Australia yang terbit di Brisbane, Courier Mail, menyatakan permintaan maaf terkait pemberitaan Mayang Prasetyo, tiga minggu setelah warga Indonesia tersebut terbunuh dalam apa yang diduga polisi setempat sebagai akibat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Sebuah petisi yang dilengkapi 28 ribu tandatangan disampaikan ke Dewan Pers Australia. Isinya mengecam pemberitaan tabloid itu, yang mereka nilai sangat sensasional dan melecehkan Mayang Prasetyo yang justru merupakan korban pembunuhan.
BACA JUGA: Martin Aircraft Wujudkan Impian Terbang dengan Jetpack
Awal Oktober lalu, Mayang Prasetyo yang telah berganti kelamin dan hidup bersama Marcus Volke, ditemukan tewas di apartemen mereka di wilayah Teneriffe di Brisbane.
Dilaporkan, polisi menemukan mayat Mayang dalam kondisi terpotong-potong dan sebagian berada dalam panci di atas dapur. Mayang dan Marcus menikah kurang dari setahun sebelum peristiwa ini.
BACA JUGA: Respon Eskalasi Serangan Rasial, Polisi NSW Luncurkan Hotline Anti Diskriminasi 24 Jam
Saat polisi tiba di lokasi karena adanya laporan bau menyengat dari warga sekitar, Marcus dikabarkan sempat melarikan diri. Ia belakangan ditemukan dalam kondisi tewas dengan luka sayatan di lehernya.
Sampai saat ini polisi menduga bahwa Marcus adalah pembunuh Mayang, sebelum pria tersebut membunuh dirinya sendiri.
BACA JUGA: Resepkan Morfin untuk Pacar ABG-nya, Spesialis Jantung ini Diskors 18 Bulan
Peristiwa ini menjadi sorotan media bukan hanya di Australia, namun menurut komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di Australia, pemberitaan Courier Mail pada awal-awalnya justru menyudutkan Mayang Prasetyo.
Menurut Melody Moore, koordinator Trans Health Australia, liputan Courier Mail sangat menjijikkan dan tidak manusiawi terhadap Mayang. "Pemberitaan mereka menyudutkan korban, membuat Mayang kelihatan begitu buruknya, sama dengan pacarnya," kata Melody.
"Perempuan transgender selama ini berjuang untuk bisa diterima di masyarakat sebagai perempuan, dan terminologi she-male yang mereka gunakan sangat menghina," katanya.
Meskipun belakangan Courier Mail mengubah intonasi judul-judul yang mereka pergunakan menjadi lebih netral, namun komunitas transgender tetap menuntut permintaan maaf.
Pada akhirnya, Courier Mail mengeluarkan permintaan maaf tersebut, di halaman 62 terbitan edisi Sabtu 25 Oktober 2014. Selain itu, Courier Mail juga mengundang Australian Transgender Support Association Queensland untuk mengirimkan artikel mengenai pandangan mereka.
Namun selain permintaan maaf, Courier Mail juga menyatakan, "Semua media utama di Queensland memuat fakta yang sama tentang jenis kelamin dan pekerjaan Mayang dan pembunuhnya."
"Kami saat itu memberitakan bahwa Mayang adalah korban tak berdosa, dan pemuatan rincian kehidupannya dan kehidupan pembunuhnya tidak pernah dimaksudkan untuk melecehkan Mayang atau keluarganya. Kami menghubungi ibu Mayang dan dia tidak pernah menyatakan tersinggung atas pemberitaan kami," demikian ditambahkan.
Sementara itu, pemulangan jenazah Mayang ke Bandar Lampung, belum mendapat kepastian hingga Kamis (30/10/2014), meskipun sebelumnya beredar kabar bahwa pemulangan itu kemungkinan dilakukan akhir pekan ini.
Jenazah Marcus sendiri telah dimakamkan oleh keluarganya di Ballarrat, sekitar 2 jam dari Kota Melbourne, pada pertengahan Oktober lalu.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Berusia 100 Tahun, Pelukis Tasmania Ini Masih Eksis Berkarya