Tahun Baru, AS Berjibaku Kejar Target

Senin, 31 Desember 2012 – 08:59 WIB
WASHINGTON--Pergantian tahun 2012 ke 2013 menjadi saat-saat menegangkan bagi warga Amerika Serikat (AS). Negeri dengan perekonomian terkuat di dunia itu kini berjibaku memenuhi tenggat untuk menghindari kenaikan pajak dan penghematan belanja pemerintah atau yang sering disebut jurang fiskal (fiscal cliff) yang mulai berlaku 1 Januari 2013.

Kemarin penentu kebijakan AS menggelar pertemuan intensif untuk membahas negosiasi anggaran. Pimpinan Senat Mayoritas Harry Reid dan Pimpinan Senat Minoritas Mitch McConnell menyatakan, mereka berupaya keras mencapai kesepakatan, Senin (31/12). Salah satu masalah yang masih mengganjal adalah penentuan batas pendapatan pada kelompok yang mengalami kenaikan pajak.

Obama memiliki visi untuk memberikan tax cut hanya pada golongan berpendapatan rendah, di bawah USD 200.000 (USD 250.000 untuk pasangan). "Warga Amerika tidak memiliki kesabaran bagi kebijakan yang menguntungkan pihak tertentu dan dapat memukul perekonomian kita," jelas Presiden Barack Obama di Gedung Putih.

Di sisi lain, pihak Partai Republik berpendapat, batasan pendapatan seharusnya lebih tinggi, yakni USD 400 ribu per tahun. "Republik tidak akan setuju terhadap setiap proposal yang diajukan anggota senat dari Demokrat hanya karena kita terdesak. Ini tidak adil bagi masyarakat AS," tegas McConnell mewakili aspirasi Partai Republik.

Tarik ulur inilah yang membuat Kongres dinilai lamban dalam mengambil keputusan. Padahal, kenaikan otomatis berlaku untuk nyaris setiap kaum pekerja AS mulai 1 Januari. Sebagian besar kebijakan pemotongan pajak di Amerika berasal dari program pemotongan pajak 2001/2003, yang akan selesai pada 31 Desember 2012. Apabila semua kebijakan pemotongan pajak tersebut tidak dilanjutkan, secara rata-rata, setiap rumah tangga akan menerima tambahan pajak USD 3.500. Hal inilah yang meresahkan warga AS.

Anggota DPR telah diwanti-wanti untuk siap bekerja hingga malam tahun baru. Barack Obama menelepon Ketua DPR AS John Boehner, Mitch McConnell, Harry Reid, dan Ketua Minoritas DPR Nancy Pelosi saat berlibur di Hawaii. Mereka sepakat mengakhir libur dan berkumpul di Washington untuk mendapat kesepakatan.

Sayangnya, waktu yang tinggal sehari terasa sangat singkat untuk mengesahkan sebuah UU, baik di DPR maupun Senat kalaupun terjadi kesepakatan. Untuk memenuhi tenggat, UU tersebut harus disahkan tanpa sidang berkepanjangan, sesuatu yang belum pernah terjadi di Kongres dalam beberapa tahun terakhir.

Apa dampak kebuntuan anggaran AS ini bagi ekonomi Indonesia? Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis perdebatan fiscal cliff di AS tidak berdampak signifikan terhadap pasar modal di dalam negeri. "Saat fiscal cliff diperdebatkan, transaksi pasar saham kita justru meningkat dibanding bulan sebelumnya," ujar Direktur
Penilaian Perusahaan BEI Hoesen di Jakarta akhir pekan lalu. Dia mengemukakan, porsi kepemilikan saham investor domestik yang terus meningkat menjadi salah satu fondasi bagi pasar modal Indonesia dalam menahan sentimen negatif eksternal.  

Sayangnya, optimisme di pasar modal ini bertolak belakang dengan kondisi sektor riil. AS merupakan tujuan dari 9,68 persen ekspor nonmigas Indonesia atau menduduki peringkat ketiga, di bawah Tiongkok dan Jepang. Sejak triwulan III-2011, pertumbuhan ekspor ke Amerika selalu negatif. Pada triwulan III-2012, tercatat pertumbuhan ekspor ke Amerika -8,2 persen. (bil/ap/c2/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ratusan Ribu Muslim di Athena Tak Punya Masjid

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler