Tahun Depan Diprediksi Jadi Kejayaan Bisnis yang Terintegrasi GenAI & AI

Selasa, 10 Desember 2024 – 18:10 WIB
Ki-Ka: Principal Solution Engineer, Cloudera Fajar Muharandy dan Country Manager Indonesia, Cloudera Sherlie Karnidta, Foto Mesya/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Cloudera, satu-satunya platform true hybrid untuk data, analitik dan AI, memprediksi sejumlah perkembangan yang akan muncul dan teknologi baru yang harus diantisipasi saat memasuki tahun 2025.

Hal ini seiring maraknya pemakaian kecerdasan buatan (AI) dan GenAI di masa datang.

BACA JUGA: Media Sosial X Mengembangkan Generator Gambar AI Bernama Aurora

Para pemimpin bisnis sudah lebih fasih menggunakan bantuan AI yang ramah pengguna seperti asisten dan kopilot, yang membuat para profesional bisnis dapat memanfaatkan analitik untuk mengambil keputusan lebih baik. Tren ini dinilai akan terus berlanjut saat industri membuka akses lebih besar pada AI dan analitik. 

"Tren baru yang berbanding terbalik juga dapat terjadi, di mana tim IT dan data scientist akan mulai merasakan tujuan bisnis lebih besar untuk memenuhi kebutuhan perusahaan," kata Country Manager Indonesia, Cloudera Sherlie Karnidta di Jakarta, Selasa (10/12). 

BACA JUGA: Alcon Hadirkan Air Optix Colors, Lensa Kontak Berbahan Silicone Hydrogel

Dia menjelaskan pada 2025 kesenjangan antara tim IT dan data scientist mulai berkurang di mana sebagian besar enterprise terdepan akan saling memperlengkapi seluruh stafnya.

Mulai dari departemen pemasaran dan keuangan, hingga ke tim IT dan data scientist, hingga ke jajaran C-suite untuk memanfaatkan data, analitik dan AI untuk mempercepat pertumbuhan.

BACA JUGA: Solusi Keamanan Terbaik untuk Rumah dan Bisnis dengan Berkat Teknik CCTV

Principal Solution Engineer, Cloudera Fajar Muharandy menambahkan dunia usaha juga akan dihadapkan pada dua kubu, pertama bisnis yang telah sukses dalam penggunaan GenAI dan sedang memanen hasilnya. 

Menurut  McKinsey, 65% dari perusahaan melaporkan penggunaan GenAI secara berkala dan mengalami pengurangan biaya yang besar untuk SDM dan peningkatan pendapatan dalam manajemen rantai pasok. 

Di Indonesia, menurut Fajar, meskipun perusahaan Indonesia masih tertinggal dibandingkan perusahaan Asia Pasifik dalam pengadopsian GenAI, diyakini bahwa pada tahun depan, GenAI akan meningkatkan kemampuan CEO dalam membangun kepercayaan pemangku kepentingan (57 persen) dan meningkatkan kualitas produk dan layanan (56 persen).

"Lembaga layanan keuangan, contohnya, adalah pengadopsi awal GenAI, dan di Cloudera kami melihat perubahan penting sedang terjadi di industri ini ketika makin banyak bank beralih dari sistem rule-based ke model-based untuk pendeteksian penipuan," ucapnya. 

Kelompok kedua adalah perusahaan yang secara tradisional tidak memiliki database dalam skala besar untuk memanfaatkan GenAI, dan mereka akan beralih ke AI tradisional atau model machine learning yang deterministik, untuk mendorong efisiensi dan produktivitas. 

"Pada akhirnya, bisnis akan berhenti memberikan perhatian besar pada sensasi dan kejayaan GenAI, sebaliknya mereka akan berfokus untuk memetakan roadmap investasi teknologi mereka untuk meraih target perusahaan yang lebih besar," imbuhnya.

Dia melanjutkan, dengan inovasi enterprise AI yang menjadi pusat perhatian di tahun depan, bisnis harus dapat memilih kapan harus menggunakan public large language models (LLM) atau privat yang bisa memberikan insight akurat berdasarkan konteks organisasi. 

Menurut riset  McKinsey, kurang dari setengah (47 persen) perusahaan secara signifikan melakukan kustomisasi dan mengembangkan model mereka sendiri saat ini. 

"Kami yakin ini akan berubah di tahun 2025 saat perusahaan mengembangkan chatbot yang digerakkan AI, asisten virtual, dan aplikasi berbasis agen yang disesuaikan dengan bisnis perorangan dan industri," ujarnya.

Saat makin banyak perusahaan menjalankan LLM kelas enterprise, mereka akan membutuhkan dukungan GPU untuk performa yang lebih cepat dibandingkan CPU tradisional, dan sistem tata kelola data yang kuat dengan keamanan dan privasi yang ditingkatkan. 

Perusahaan juga akan meningkatkan penggunaan metode retrieval-augmented generation untuk mengubah LLM generik menjadi data repository yang khusus untuk industri atau perusahaan tertentu, lebih akurat dan andal bagi pengguna akhir yang bekerja di field support, SDM, atau rantai pasokan.

Di sisi lain, jika 2024 adalah tahun percontohan untuk GenAI, maka di 2025 perusahaan akan melangkah maju menuju ke produksi penuh dan melakukan pengembangan dengan penerapan GenAI. Ini artinya menjalankan infrastruktur hybrid cloud saja tidak akan cukup. 

"Perusahaan akan menghadapi kebutuhan mendesak untuk memiliki kemampuan multi-cloud atau hybrid cloud untuk data dan analitik," ungkapnya.

Dengan begitu banyak data yang diberikan kepada layanan model AI, keamanan dan tata kelola akan muncul ke permukaan. Undang-undang Perlindungan Data Pribadi (PDP) yang mulai berlaku tahun ini mengharuskan perusahaan untuk memastikan keamanan dan kerahasiaan data pribadi. 

"Pelanggaran terhadap peraturan ini akan membuat perusahaan berhadapan dengan sanksi administratif, hukuman pidana, dan denda yang besar," pungkasnya. (esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... DTC Netconnect Memperkenalkan Solusi Data Center Berbasis AI


Redaktur : Elfany Kurniawan
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler