jpnn.com - jpnn.com - Harga rumah murah yang dikhususkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) mengalami kenaikan 5,9 persen.
Meski begitu, animo masyarakat terhadap rumah murah masih belum menurun.
BACA JUGA: Ekspektasi Pertumbuhan Properti Tak Bisa Terlalu Tinggi
Hal ini didukung kondisi pasar properti menengah ke atas yang belum bergairah.
Ketua DPD Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Kalimantan Timur Sunarti Amirullah mengatakan, rumah bersubsidi di Kaltim naik menjadi Rp 135 juta.
BACA JUGA: Rini Minta BTN Tingkatkan KPR Nonsubsidi
Sebelumnya, harga rumah bersubidi hanya Rp 128 juta.
Kenaikan ini dinilai wajar. Pasalnya, tiap tahun harga properti pasti naik.
BACA JUGA: Pengembang Optimistis Apartemen Beri Multiplier Effect
Normalnya, kenaikan bisa mencapai 10-20 persen.
Tetapi, hal itu disesuaikan dengan naiknya harga bahan bangunan dan upah buruh.
Dia mengatakan, kenaikan harga ini tidak akan berdampak terhadap daya beli golongan MBR.
Pasalnya, pemerintah telah memberikan sejumlah kemudahan agar masyarakat bisa memiliki rumah dengan lebih mudah.
Mulai down payment (DP) sebesar satu persen, suku bunga lima persen flat, dan tenor sampai 20 tahun.
“Dari cicilan minimum sekitar Rp 800 ribu, sekarang jadi Rp 900 ribu. Tidak terlalu membebani,” ucapnya, Kamis (19/1).
“Kebutuhan rumah, jelas sangat penting. Apalagi harga murah dan cicilannya ringan. Kondisi tersebut membuat yakin, pasar di rumah murah ini masih sangat tinggi,” tuturnya.
Tahun lalu, Apersi Kaltim telah merealisasikan sekitar 1.300 unit rumah murah.
Tahun ini, pihaknya menargetkan sebanyak 3.800 unit lagi terbangun. (aji/lhl/k18)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Developer Agresif Kembangkan Konsep TOD
Redaktur & Reporter : Ragil